BI RIAU: POTENSI BESAR PARIWISATA YANG HARUS DIKEMBANGKAN

Upaya Memoles Sepetak Surga di Rupat Utara

Riau | Kamis, 04 Agustus 2022 - 18:28 WIB

Upaya Memoles Sepetak Surga di Rupat Utara
Pantai Beting Aceh dengan hamparan pasir putih yang luas di Rupat Utara, Bengkalis, akhir Juli 2022. (MUJAWARAH ANNAFI/RIAUPOS.CO)

Hamparan pasir putih dan halus membentang seluas lapangan bola, mengelilingi pulau kecil tak berpenghuni tak jauh dari negeri Malaysia. Riak ombak tenang berkejaran di antara kaki-kaki telanjang pengunjung yang berjalan di tepi pantai.

Laporan: Mujawaroh Annafi, Rupat Utara


BIRUNYA air laut, putihnya pasir pantai, serta bisik-bisik lembut kala kaki menjejak pasir, menjadikan Pulau Beting Aceh yang berada di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau ini menyimpan keunikannya sendiri. 

Ketika kaki turun dari speedboat, sejauh mata memandang hanya ada laut, pasir, dan pohon cemara laut, dan dua buah gazebo berjejer di antara pepohonan. Tidak ada satu pun orang yang tinggal di pulau ini. Tidak ada fasilitas lain di tempat ini, sehingga membuat pulau seluas 2 hektare ini terlihat masih sangat 'perawan'. Terlebih, jika datang saat bukan hari libur, rasanya pulau seperti milik pribadi.

Bukan rahasia umum, Riau memang kaya akan sumber daya alam berupa minyak dan gas. Namun, jika dibilang tentang wisata alam, bahkan masyarakatnya sendiri lebih memilih Sumatera Barat atau Kepulauan Riau yang menjadi tujuannya. 

Kendati demikian, rupanya Riau memiliki surga yang juga mempesona. Air yang biru dan hamparan pasir putih. Pulau Beting Aceh menjadi kekayaan tak ternilai dan menjadi wisata andalan di Rupat Utara. 

Rupat Utara berada pada bagian terluar dari Provinsi Riau dan berbatasan langsung dengan Malaysia. Memiliki luas wilayah 378,68 Km2 terdiri dari 8 desa, Total jumlah penduduk Rupat Utara 16.572 Jiwa dengan 74 persen di antaranya merupakan usia produktif. Kondisi geografis dan demografis Rupat Utara sangat potensial dijadikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). 

Rupat
Foto bersama peserta Capacity Building Wartawan 2022 di Pulau Beting Aceh, Rupat Utara, Kamis (28/7/2022).(ISTIMEWA)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Provinsi Riau mengajak mengenal langsung pesona Rupat Utara di Pulau Rupat dalam agenda Capacity Building Wartawan 2022, dilaksanakan Rabu-Jumat, (27-28 Juli 2022), dengan mengunjungi beragam keindahan alam yang memanjakan mata, yaitu Pulau Beting Aceh, Pantai Pesona, dan Pantai Tanjung Lapin, serta melihat langsung atraksi budaya yang hanya dimiliki oleh masyarakat Melayu di Rupat Utara yaitu tari zapin api. 

Di antara banyaknya pantai yang membentang di Rupat Utara, Pantai Pesona memiliki daya tarik tersendiri. Hadirnya pohon cemara laut yang juga disebut pohon rhu semakin membuat diri ingin berlama-lama memandangnya. Berada di tepi pantai yang berlokasi di Desa Teluk Rhu ini, akan terlihat laut yang di seberangnya berdiri gagah bukit-bukit di Negeri Jiran Malaysia. Saat malam tiba, cahaya lampu-lampu yang terlihat dari seberang menunjukkan ada kehidupan di bukit itu. 

Berada di Desa Tanjung Punak, Rupat Utara, tak kalah menawan Pantai Tanjung Lapin. Pantai ini memiliki objek wisata pantai terlengkap di Rupat Utara. Belum lagi, lebatnya hutan cemara laut yang disangga dengan hutan mangrove semakin menambah keindahan Pantai Tanjung Lapin. 

Fasilitas Pantai Tanjung Lapin juga sangat memadai, membuat wisawatan sangat betah berlama-lama di pantai ini. 

Pulau Rupat memiliki banyak pantai, selain Pulau Beting Aceh, Pantai Pesona, Pantai Tanjung Lapin, Rupat Utara juga memiliki Pantai Ketapang, Pantai Makeruh, dan Pantai Pasir Putih. Pulau Rupat juga memiliki hutan mangrove, migrasi burung, dan potensi penangkaran penyu.

Kekayaan Budaya yang Hanya Dimiliki Rupat Utara 

Bukan Indonesia namanya jika miskin akan budaya. Rupat Utara juga memiliki budaya yang terus dijaga dari generasi ke generasi. Didominasi oleh suku Melayu, masyarakat Rupat mempunyai ciri khas budaya kesenian tersendiri, seperti mandi safar, zapin api, pencak silat, tarian, dan lain-lain. 

Salah satu yang sangat terkenal dan hanya ada di Rupat, yaitu kesenian zapin api. Jika Banten punya debus yang ekstrem, lalu Sumbar dengan penarinya yang menari di atas pecahan piring, maka Rupat punya zapin api. 
Rupat
Penari zapin api saat sedang beraksi.(ISTIMEWA)

Beberapa penari zapin api bersiap-siap kemudian berbaris dan berjalan mengelilingi dua gundukan dari sabut kelapa dengan apinya yang membara. Para penari duduk melingkar, dengan diiringi alunan musik tradisional Melayu, ritual pun dimulai. 

Selang beberapa saat kemudian, para penari mulai berdiri bertepuk tangan sesuai irama musik yang dimainkan. Kemudian berlari menuju gundukan sabut kelapa yang terbakar menyala-nyala, menerjangnya, lalu berjingkrak-jingkrak gembira. Api kembali diterjang, ditendang, bahkan beberapa kali sabut kelapa yang masih menyala digosokkan ke badan sendiri. 

Dengan bertelanjang dada dan mengenakan celana panjang berwarna putih, para penari menari liar bersama api, sembari terus bergerak, mengambil sabut kelapa menepuk-nepuknya hingga melemparkan ke udara, sembari alunan lagu berbahasa Melayu yang sarat akan kisah-kisah nabi didendangkan oleh seseorang. 

Para penari semakin riang, terlebih saat bola api diberikan. Mereka melempar ke berbagai arah, beberapa kali bola terlempar jauh, dan beberapa kali pula para pawang menendang balik bola api ke dalam arena agar tidak membahayakan penonton. 

Penari terus memainkan api hingga api padam. Tersisa erangan penari yang merasa kurang dengan durasi. Mencari ke sana ke mari sumber cahaya, hingga pawang memaksanya untuk berhenti. Padamnya api, hingga tak terdengar erangan penari pertanda pertunjukan zapin api telah usai. 

Penari, penabuh gendang, pemain musik lainnya, hingga pelantun kisah-kisah nabi berasal dari Sanggar Seni Budaya Petak Semai. Ketua Sanggar Muhammad Hafiz bercerita, seni zapin api merupakan kesenian asli Rupat Utara yang pada zaman dahulu merupakan ritual bela kampung atau pelihara kampung. 

"Saat ini kami berjuang melestarikan dengan menjadikannya hiburan menyambut tetamu di Pulau Rupat," ungkap pria 38 tahun ini. 

Hafiz mengisahkan, dahulu zapin api bernama tari api, selain untuk pelihara kampung, ritual ini juga dilakukan guna menjaga ladang dari banjir, serta tanda syukur setiap habis panen, di mana pawang api melakukan tari api. 

Seiring berjalannya waktu, sejak datangnya bangsa Aceh yang membawa pengaruh agama Islam, lambat laun tari api berganti menjadi zapin api, yang dibubuhi dengan irama zapin. 

Tidak sembarang orang bisa menarikan zapin api. Hafiz mengungkapkan, para penari zapin api adalah orang-orang pilihah, berpikiran lurus, dan jujur.

"Kalau orang sembarangan tidak bisa main," ungkapnya. 

Sebelum tari zapin api dimulai, selalu diingatkan kepada penonton agar tidak menyalakan rokok dan menyalakan lampu flash. Hafiz menuturkan, para penari memandang api seperti bunga, bercahaya dan indah. Andai saja api di arena telah padam semua, penari yang tidak puas dengan pertunjukkannya akan mencari sumber api di luar arena. 

"Mereka melihat api seperti bunga. Karena itu demi keselamatan, setiap penari kami diberikan satu penjaga khusus yang memahami karakter penari agar tidak membahayakan penonton," tukasnya. 

Sanggar Seni Petak Semai mendidik penarinya mulai usia 14 tahun, di mana dalam umur tersebut, para remaja belum terpengaruh oleh budaya luar, agar bisa menanamkan doa-doa yang diajarkan oleh nenek moyang. Puasa, zikir, mengetahui pantang larang yang bertentangan dengan syariat Islam menjadi dasar yang harus dikuasai oleh penari zapin api. 

Sekarang ini, tari yang berlangsung minimal 45 menit ini bisa disaksikan langsung di acara-acara tertentu, seperti peringatan hari-hari besar Islam, Rabu capuk bulan Safar (Rabu terakhir bulan Safar), penyambutan tamu-tamu terhormat, hingga acara pernikahan.

Potensi-Potensi Pulau Rupat yang Terus Dikembangkan 

Meksipun Pulau Rupat memiliki keunikan dan kelebihan, kekurangan juga tak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi bahan pemikiran kebanyakan orang untuk berkunjung ke destinasi wisata adalah jarak dan waktu, fasilitas, moda transportasi, dan lain-lain. 

Menuju Pulau Rupat tidak bisa langsung terbang dan mendarat begitu saja, atau naik mobil dan membuka pintu langsung sampai di Pulau Rupat. Ada dua pilihan yang dapat dipilih oleh wisatawan saat berkunjung ke Pulau Rupat. Jika membawa kendaraan seperti motor, mobil, bus dan lain-lain, maka dari Kota Dumai melalui Pelabuhan Ro-Ro Bandar Sri Junjungan Dumai menuju Pulau Rupat yaitu di Pelabuhan Ro-Ro Tanjung Kapal. Perjalanan dengan kapal ini memakan waktu sekitar 30 menit, belum termasuk waktu menunggu kapal tiba.

Turun dari kapal, menuju Rupat Utara menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam. Melalui jalan yang belum dibeton seluruhnya dan masih ada bagian jalan dari tanah kuning yang bergelombang. Sehingga kendaraan seperti bus dan mobil sulit untuk melaju dengan kencang. 

Pilihan lain yaitu langsung menggunakan speed boat dari Pelabuhan Sungai Dumai menuju Tanjung Medang Rupat Utara yang hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 jam dengan biaya sekitar Rp100 ribuan. Dari Pelabuhan Tanjung Medang, wisatawan dapat megunjungi berbagai destinasi wisata Rupat Utara. 

Wisata andalan Rupat Utara yang terkenal dengan keindahannya yaitu, Pulau Beting Aceh. Menuju pulau ini, dari Pelabuhan Tanjung Medang perjalanan dapat dilanjutkan menuju Pulau Beting Aceh menggunakan speed boat. Untuk perjalanan pulang dan pergi dikenakan biaya per speedboat mulai Rp600 ribu tergantung dari negosiasi dengan pemilik kapal. 

"Jadi tidak dikenakan per orang, per sewanya mulai dari Rp600 ribu - Rp800 ribu, bahkan sampai Rp2 juta yang kapalnya besar. Jamnya tidak ditentukan," jelas Akademisi Pariwisata Universitas Riau Achmad Nawawi yang membersamai agenda Capacity Building Wartawan 2022 ini. 

Berkunjung ke Pulau Beting Aceh memang tidak untuk menginap, pasalnya pulau ini masih sangat alami, tanpa ada fasilitas seperti toilet dan wahana permainan. "Di sana maksimal 6 jam karena amenitas nggak ada," tutur Nawawi. 

Menikmati wisata Rupat Utara lainnya dapat diakses melalui Tanjung Medang. Tersedia penginapan, homestay, hingga vila dengan harga beragam, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp400 ribu untuk wisma dan homestay.

"Harga tidak mahal, tapi ini beda kalau vila yang sekelas hotel ya," tuturnya. 

Kendati demikian, Nawawi mengatakan, jumlah penginapan di Tanjung Medang masih terbilang sedikit. Bahkan saat high season seperti Tahun Baru dan libur Idulfitri terjadi krisis penginapan di Rupat Utara. Selama ini, krisis tersebut disiasati dengan dialihkan ke homestay masyarakat. 

"Akses, penginapan, hingga fasilitas hiburan di Rupat Utara menjadi PR tersendiri bagi pemerintah setempat jika ingin meningkatkan wisatawan dan menjadikan Rupat Utara sebagai etalase Riau. Banyak hal yang menjadi catatan dan harus terus didorong agar Pulau Rupat menjadi destinasi wisata andalan Provinsi Riau," tukasnya. 

Dalam kunjungannya ke Rupat Utara, Kepala Kpw BI Riau Muhamad Nur kagum akan alam yang dimiliki Rupat. Duduk menikmati angin laut di Vila Anting Putri Pulau Rupat, Nur menyebut-nyebut Pulau Rupat memiliki potensi besar yang harus dikembangkan, khususnya wisata bahari atau kelautan. 

Dijelaskannya, dalam konteks pariwisata Kpw BI Riau diminta untuk terus mendorong bersama-sama pemerintah agar potensi pariwisata bisa terus tumbuh. Menurutnya, selain memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, Riau juga memiliki sektor pariwisata meskipun share-nya masih relatif kecil. 

"Ke depannya, ini akan terus berkembang apalagi kita berada di lokasi geografi yang strategis," imbuhnya. 

Selain itu, Nur juga melihat, jarak antara Pulau Rupat dengan Malaysia cukup dekat. Hal ini memberikan potensi untuk mengundang masyarakat luar negeri agar datang ke Pulau Rupat. Kendati demikian, hal ini harus ada investasi yang bisa mengubah Rupat menjadi kawasan yang layak dikunjungi. 

Dijelaskan Nur, pihaknya melihat konsep pariwisata secara umum. Ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama yaitu aksesibilitas, bagaimana agar tempat pariwisata bisa dengan mudah diakses, murah, dan efisien. Kedua, di tempat wisata juga haru ada fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti penginapan, hotel, cottage, dan lain-lain. 

"Ketiga, tak kalah penting adalah atraksi, suguhan-suguhan yang sifatnya lokal, wisdom atau budaya-budaya setempat. Kalau dilihat dari tiga ini, Rupat masih banyak yang harus dibangun aksesibilitasnya. Kemarin dari Pekanbaru ke sini dengan bus memerlukan waktu 7,5 jam, sebenarnya ini masih bisa dipangkas waktunya," ucapnya. 

Sementara itu, menurut Nur, hotel di Pulau Rupat saat sudah ada tapi relatif terbatas, dan amenitas juga perlu di-upgrade. Dikatakannya, wisatawan yang menginap di hotel mengharapkan fasilitas yang serba lengkap dan tersedia. 

Hal-hal tersebut memerlukan modal yang besar. Menjadi PR  bagaimana meyakinkan investor agar mau berinvestasi di Pulau Rupat. Nur menambahkan, di Rupat Utara juga ada destinasi Pulau Beting Aceh. 

"Tadi kami ke Beting Aceh, saya melihat potensi, dengan luasnya pasir yang begitu luas, itu akan  worth it jika didukung oleh olahraga air, permainan, dan sebagainya," tukas Nur. 

Untuk mewujudkan hal tersebut tidak bisa dilaksanakan sendirian. Nur menuturkan, harus ada investor dan dukungan pemerintah.

"Ini juga akan kami laksanakan, dan terus membangun koneksi dengan pemerintah. Tentu nanti sesuai dengan kewenangan. Kami ada forum-forumnya, kami akan lakukan itu," ujarnya. 

Sementara itu, Ekonom Senior Kpw BI Riau Ignatius Adhi Nugroho memaparkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kpw BI Riau terkait Rupat Utara. Dijelaskan Adhi, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan wisata Rupat Utara yaitu, wisatawan masih kurang dalam hal mendapatkan informasi wisata, preferensi wisatawan terhadap Rupat Utara yang masih berada pada kisaran nilai sedang dan menengah karena masih kurangnya aksesbilitas, amenitas, dan atraksi. 

"Sebagai upaya menjaga kelestarian alam daya tarik wisata (DTW), pemerintah perlu menetapkan jumlah kunjungan wisatawan sekaligus untuk menentukan skema biaya aktivitas pariwisata. Sebagai DTW baru berkembang sangat diperlukan perhatian pemerintah terutama dalam menyusun kebijakan yang proposional untuk meningkatkan daya tarik investor terhadap objek wisata," jelasnya. 

Lebih lanjut, Adhi menambahkan, Kpw BI Riau juga memberikan rekomendasi untuk pengembangan pariwisata mulai jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. 

Untuk jangka pendek, bisa dilakukan optimalisasi SDA dan masyarakat dengan mendorong munculnya atraksi-atraksi baru seperti wisata bahari (memancing, snorkeling, canoeing, boating, dan lain-lain). Lalu, memasifkan informasi perjalanan dan fasilitas wisata yang dapat dinikmati di Pulau Rupat dan sekitarnya, melalui leaflet, media sosial, influencer, dan lain-lain. 

"Selain itu juga dapat mendorong mitra-mitra terkait untuk menyediakan paket perjalanan wisata dari kota-kota sekitar Rupat menuju DTW seperti paket wisata harian, mingguan, dan bulanan. Melakukan promosi pariwisata Rupat ke daerah terdekat seperti Kota Dumai. Kota Pekanbaru, Bengkalis. Serta mengoptimalkan pelibatan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam tujuan pengelolaan objek-objek wisata. Kelebihan yang dapat ditonjolkan yaitu, biaya terjangkau," paparnya. 

Sementara untuk jangka menengah rekomendasi yang diberikan Kpw BI Riau yaitu penyusunan peraturan rencana pengembangan DTW Rupat secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai stakeholders (pemerintah, masyarakat, pebisnis, dan lain-lain. Meningkatkan aksesibilitas dan fasilitas menuju lokasi DTW terutama objek unggulan wisata (Beting Aceh, Pantai Pesona, Tanjung Medang, dan lain-lain).

Menjadikan Pulau Rupat sebagai outlet center di Provinsi Riau, melalui pengadaan replikasi adat, atraksi, dan budaya dari seluruh daerah di Provinsi Riau untuk dipertunjukkan secara berkala. Serta, melakukan pendalaman riset terkait sejarah dan budaya asli dari Pulau Rupat sebagai salah satu khazanah budaya yang sekaligus bertujuan promosi wisata. 

Tak  hanya itu, untuk rekomondasi Jangka Panjang, Adhi menjelaskan hal yang dapat dilakukan  yaitu meningkatkan kegiatan konservasi dan objek wisata alam lainya secara berkelanjutan dan menjadikannya “Trade mark” kegiatan pariwisata di Rupat. Perancangan fitur wahana tematis yang mampu menghibur wisatawan serta berdaptasi dengan lingkungan dan budaya lokal agar tercipta pariwisata yang unik. Mendorong pembukaan akses laut International dengan negara Malaysia sebagai salah satu pasar DTW (kajian, rancangan, implementasi). 

"Terakhir, melakukan penyelarasan lingkungan dan budaya lokal melalui proses asimilasi dengan budaya pariwisata agar tercipta lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan," jelasnya. 

Selain itu, Sekdakab Bengkalis Bustami HY saat bertemu rombongan Capicity Building Wartawan Riau 2022 di Vila Anting Putri mengakui, banyak hal yang masih perlu diperhatikan dan dibenahi baik itu oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis, seperti infrastruktur jalan, akomodasi, penginapan, serta fasilitas pendukung lainnya. 

Pihaknya terus berupaya agar pariwisata di Pulau Rupat bisa terwujud dan semakin memberikan aya tarik wisatawan untuk berkunjung. 

"Saat ini kami sudah berkoordinasi dengan sejumlah stakeholder untuk peningkatan infrastruktur di Pulau Rupat, seperti jalan, listrik, air bersih, fasilitas kesehatan dan lainnya," kata Bustami. 

Dijelaskannya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga sudah programkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk pembangunan infrastruktur jalan dan air bersih di Pulau Rupat. "Mudah-udahan tahun depan sudah selesai dibangun, dan seluruh jalan di Pulau Rupat bagus semua," imbuhnya. 

Bustami melanjutkan, Pemkab Bengkalis akan terus berkoordinasi dengan Pemprov Riau dan Pemerintah Pusat agar pariwisata di Pulau Rupat bisa terwujud. Termasuk menggaet para investor yang ingin membangun destinasi wisata di Pulau Rupat. 

"Untuk investor akan kita berikan kemudahan, seperti perizinan dan lainnya agar tertarik membangun kawasan wisata di Pulau Rupat yang memiliki bentangan pantai hingga 17 kilometer. Kita juga mendorong pemerintah desa untuk ikut membangun sektor pariwisata Rupat, sebagai peluang menambah pendapatan daerah khususnya desa," pungkasnya.

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook