PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bantuan helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat akhirnya tiba di Pekanbaru, Senin (1/5).
Namun, yang datang baru helikopter patroli udara, sedangkan helikopter water bombing masih berada di Kupang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, helikopter bantuan BNPB tersebut nantinya akan digunakan untuk berpatroli mengawasi karhutla di Riau. “Kami baru saja menerima bantuan helikopter patroli dari BNPB. Helikopter yang dikirim ke Riau ini termasuk helikopter baru,” katanya, Senin (1/5).
Lebih lanjut dikatakannya, helikopter tersebut bisa digunakan untuk berpatroli udara selama 3,5 jam. Jika nantinya ditemukan ada karhutla, maka akan langsung dilaporkan guna ditangani lebih lanjut, baik melalui darat ataupun udara. “Dengan adanya helikopter, patroli karhutla akan lebih mudah dan cepat,” ujarnya.
Edy mengatakan, saat ini juga sedang menunggu helikopter untuk water boombing yang sedang dikirim dari Australia. Saat ini, posisi helikopter tersebut sudah berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur. “(Helikopter untuk water boombing) sedang dicek oleh pihak Bea Cukai. Diharapkan, pekan ini juga sudah sampai di Riau,” sebutnya.
Lebih lanjut, Edy mengatakan saat ini tim satgas sedang melakukan pendinginan karhutla yang terjadi di Kota Dumai dan Bengkalis. Di dua lokasi ini, api di permukaan sudah padam dan tinggal pendinginan untuk memastikan api di dalam gambut juga sudah mati. “Untuk karhutla di Dumai dan Bengkalis sudah padam. Tinggal pendinginan saja,” ujarnya.
Karhutla yang terjadi di Riau tersebar di beberapa kabupaten/kota yakni Bengkalis seluas 172,84 hektare, Dumai seluas 86,67 hektare, Indragiri Hilir 42,5 hektare, Pelalawan 30,48 hektare, Rokan Hilir 23 hektare, Siak 12,93 hektare, Pekanbaru 9,05 hektare, Kepulauan Meranti 8,5 hektare, Kampar 2,78 hektare, Indragiri Hulu 0,65 hektare. ‘’Rokan Hulu dan Kuantan Singingi belum terjadi karhutla,” paparnya.
Sementara pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), hingga saat ini sudah 9 ton garam yang disemai di langit Provinsi Riau. Penyemaian garam ini lebih difokuskan di daerah pesisir Riau. “Berarti 11 ton garam lagi tersisa di gudang. Kalau habis, nanti kami ajukan bantuan lagi,” sebutnya.
4 Titik Api di Kepulauan Meranti
Kepulauan Meranti masuk dalam pantauan daerah rawan karhutla. Pasalnya dari data yang diterima Riau Pos, sejak Januari hingga 30 April 2023 ini sudah terpantau 4 titik api yang berhasil dipadamkan oleh tim satgas. Empat titik api tersebut membakar 8,5 hektare lahan di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Rangsang, Kecamatan Rangsang Peisisir, Tebingtinggi, dan kejadian terparah berlangsung di Kecamatan Pulau Merbau. “Seluas 6 hektare lahan masyarakat di sana rusak terbakar,” ungkap AKBP Andi Yul SIK MH, Senin (1/5).
Menyikapi kerawanan itu, ia mengaku telah memperkuat koordinasi antara tim satgas. Seperti, Sabtu (29/4) mereka menggelar rakor dan analisis serta mengevaluasi pencegahan. Menurutnya kegiatan tersebut difokuskan pada koordinasi langkah-langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan pihak yang terkait.
Walaupun demikian, karhutla di Kepulauan Meranti sejauh ini dapat diatasi berkat kesiapsiagaan dan sinergi antara Polres bersama pemerintah daerah, TNI serta stakeholder terkait. “Upaya pencegahan dan penanganan karhutla adalah tugas serta tanggung jawab bersama. Makanya perlu dukungan dari semua pihak,’’ ujar Andi Yul.
‘’Untuk itu, kita perlu selalu siaga apabila sewaktu-waktu terjadi karhutla sehingga bisa ditangani cepat. Tentunya dengan saling berkoordinasi dan bersinergi. Seperti melakukan patroli bersama, pengecekan embung-embung, dan sekat kanal. Semua itu dilakukan dengan menggunakan teknologi yang memadai,” tambahnya.
Sementara itu, Plt Bupati Kepulauan Meranti H Asmar dalam arahannya mengimbau sekaligus mengajak semua unsur terkait agar tetap berkomitmen apabila terjadi karhutla di wilayah ini. “Jangan sampai api yang kecil menjadi besar. Maka dari itu, semuanya perlu siap siaga segera melakukan upaya pemadaman,” ajaknya.
Plt Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kepulauan Meranti, Eko Setiawan juga menyampaikan soal kerentanan karhutla di Kepulauan Meranti. Sebagian besar terdiri dari hutan dan semak belukar yang tidak terolah dengan rata-rata memiliki lahan gambut dengan kedalaman bekisar 3-5 meter.
BPBD sendiri telah melaksanakan langkah-langkah pencegahan karhutla dengan berpatroli di sekitar titik yang dianggap rawan karhutla. Mereka memberikan sosialisasi pencegahan karhutla, melakukan pemasangan spanduk terkait bahaya dan pencegahan karhutla, dan penetapan status siaga karhutla yang dimulai pada Februari tahun 2023.(sol/wir)