Mandi Belimau Sambut Ramadan

Riau | Minggu, 11 April 2021 - 10:16 WIB

Mandi Belimau Sambut Ramadan
Mandi Balimau Sambut Ramadan (RIAU POS)

Selain ramuan ini, juga ada ramuan lain yang disebut kasai. Kasai adalah ramuan yang terbuat dari beras dicampur kunyit dan digiling halus. Ramuan maupun kasai inilah yang dimasukkan dalam carano dan dibawa menuju tepian sungai. Sesampainya di tepi sungai, ramuan dimasukkan dalam mangkuk kecil yang sudah diisi air. Begitu juga dengan kasai. Ramuan siap disiramkan ke kepala Datuk Manaro Sati. Setelah selesai, seluruh masyarakat baru bisa mandi belimau atau balimau kasai.

Diselingi Kegiatan Lain


Salah satu daerah di Kabupaten Pelalawan yang terus melaksanakan mandi belimau atau balimau kasai ini adalah Kelurahan Langgam. Salah satu keunikan dari Balimau Kasai di sini adalah adanya upacara tonggak tonggul. Namun sebelum melakukan upacara tersebut ada beberapa acara yang terlebih dilaksanakan seperti ziarah kubur, seminar ataupun pengajian, pertunjukan seni oleh masyarakat, dan permainan.

Prosesi upacara tonggak tonggul sendiri dilaksanakan dengan menaikkan bendera atau lambang kebesaran suku yang diikuti oleh ninik mamak seluruh Kabupaten Pelalawan di bawah naungan Datuk Rajo. Arak-arakan atau pawai ini dimulai dari balai adat atas menuju balai adat Ranah Tanjung, tepatnya di tepi aliran Sungai Kampar. Arak-arakan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB, barisan dalam arak-arakan pun tidak sembarangan yakni barisan pertama diisi oleh para datuk yang berasal dari Kecamatan Langgam.

Prosesi pertama adalah penyerahan tonggul oleh sanak padusi kepada mamak suku, kedua mamak suku menyerahkan tonggul kepada ketua anak jantan. Untuk jumlah tonggul sendiri ada 63 buah. Bersamaan dengan prosesi penaikan tonggul, juga dilakukan pemotongan kerbau sedangkan untuk prosesi penurunan adalah kambing. Bisa juga sebaliknya.

Tonggul yang dinaikan harus condong ke tengah. Ini bermakna sebagai tanda ketaklukan, ketaatan dan kepatuhan kepada datuk adat. Saat proses penaikan tonggul masyarakat tidak dianjurkan untuk berkata kasar ataupun kotor baik lisan maupun di dalam hati atau tidak boleh membicarakan keburukan tonggul seperti apapun bentuknya. Jika melakukan hal tersebut masyarakat percaya bahwa orang tersebut akan ditimpa sakit. Filosofi ataupun makna dari hal ini adalah tidak boleh mencaci maki, berprasangka buruk dan senantiasa harus menjaga hati maupun ucapan.

Di Kabupaten Kampar, Balimau Kasai dilaksanakan dengan sangat meriah. Tepian sungai dipenuhi ribuan orang. Semuanya terjun ke sungai untuk membersihkan diri. Sambil ke sungai itu mereka membawa air limau yang disiramkan ke badan dan kasai yang digunakan untuk membersihkan kepala atau rambut. Maka, balimau kasai juga dikenal sebagai ajang untuk menjalin tali silaturrahmi yang lebih luas. Jika awalnya dengan keluarga terdekat, kini dengan sesama warga kampung.

Di Kampar, Rantau Kampar Kiri atau di Kerajaan Gunung Sahilan misalnya. Balimau kasai masih dijalankan dengan semangat tinggi oleh setiap keluarga, setiap persukuan, ninik mamak hingga ke Istana Gunung Sahilan. Setiap tahun juga dilaksanakan secara bersama yang langsung dihadiri oleh Raja Gunung Sahilan bergelar Yang Mulia.

‘’Mandi balimau ini memang sudah ada sejak lama, warisan leluhur, tradisi turun-temurun. Ada simbol penyucian diri, keikhlasan, kebersamaan dan silaturrahim yang luar biasa di sana. Meski ini tradisi, tapi kita ambil sisi positif dan hikmahnya. Makanya harus dilakukan dengan benar, sakral dan bukan sekadar acara atau kegiatan. Ini memang warisan yang harus dilestarikan, Sudah ada dalam undang-undang adat juga,’’ ujar Raja Gunung Sahilan Yang Mulia Tengku HM Nizar kepada Riau Pos.(das)

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook