Dalam pada itu, selain melakukan pelacakan terhadap 25 orang siswa ini, pihaknya, kata Pria Budi juga sedang mempelajari kemungkinan ada atau tidaknya unsur pelanggaran yang dilakukan oleh orang tua yang membawa pulang paksa anaknya.
"Sedang dipelajari. Karena mereka memaksa tanpa sepengetahuan kami. Kami pelajari apakah ada pelanggaran di situ. Termasuk sekolah juga, apakah ada pelanggaran di situ, " tegasnya.
Asisten I Setdako Pekanbaru Syoffaizal dikonfirmasi terpisah menyebutkan, saat ini semua langkah penanganan yang diperlukan sudah dilakukan terhadap kasus Covid-19 di AIS.
"Yang jelas sudah kami laksanakan semua. Pencegahan, tracking, penerapan prokes. Kami imbau masyarakat jangan lengah lagi," ucapnya.
Munculnya klaster sekolah di AIS, sambung Syoffaizal, sejauh ini tidak memengaruhi penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 di Pekanbaru.
"Tidak mempengaruhi. Karena kan pedoman kita Jakarta," jelasnya.
Di sekolah ini, sambung dia, saat ini dalam masa penerapan lockdown.
"14 hari sejak Jumat (26/11)," tambahnya.
Dalam pada itu, Plt Kadiskes Kota Pekanbaru Arnaldo Eka Putra, mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melakukan penyempurnaan data terkait Covid-19 di AIS.
"Jadi kan masih penyempurnaan. Datanya belum sempurna. Yang tertinggal kami swab lagi. Ini OTG (orang tanpa gejala, red) semua, " ujarnya.
AIS Terapkan Prokes
AIS terus memantau kondisi kesehatan siswa dan guru SMP dan SMA yang terpapar Covid-19. Pihak yayasan juga memfasilitasi Guest House sebagai tempat isolasi, tenaga medis dan paramedis dan juga obat-obatan serta vitamin bagi penderita Covid-19.
"Tabrani Guest House kami sediakan untuk lokasi isolasi siswa dan guru yang terpapar Covid-19. Sekolah dan dibantu orang tua siswa juga menyiapkan multivitamin seperti vitamin D, vitamin C dan Zinc agar siswa dan guru yang terpapar segera sembuh," jelas Pembina Yayasan Dr dr Susiana Tabrani MPd didampingi Liza Trisnawati ST MKom, Direktur Luluk Elvitaria MKom, Wakil Direktur M Syauli Perdana Putra MPd, Kepala SMP AIS Syafruddin SPd, dan Kepala SMA AIS ,Annisa Fitriani SPd, Senin (29/11).
Susi mengungkapkan, 127 siswa dan guru SMP dan SMA IT AIS terpapar Covid-19. Rinciannya 30 siswa SMA, 97 siswa SMP dan 19 guru hasil swab PCR Puskesmas Garuda Marpoyan dan RS Madani serta swab PCR mandiri yang dilakukan orang tua siswa.
"Awalnya ada 2 guru kami yang kondisi kesehatannya menurun setelah menjalani vaksin kedua dan langsung diisolasi mandiri. Beberapa murid yang batuk pilek juga diisolasi. Sesuai dengan SOP hadapi pandemi Covid-19. Setelah tiga hari tidak sembuh, kami melakukan swab antigen pada 2 murid dan hasilnya reaktif. Setelah itu kami swab antigen pada guru dan siswa lainnya yang kontak erat. Bagi yang reaktif langsung kami isolasi di Guest House," jelasnya.
Lalu pihak sekolah menginformasikan hasil swab antigen reaktif tersebut ke orang tua siswa. Kemudian 25 peserta didik langsung dibawa pulang orangtua masing-masing. Sedangkan sisanya orangtua ingin agar anaknya menjalani isolasi di sekolah saja. Kepercayaan orang tua tentu karena selama ini anaknya terjaga dengan baik. Sebagian murid adalah anak-anak dokter spesialis.
"Pihak terkait awalnya mau membawa siswa dan guru yang terpapar ke Asrama Haji Pekanbaru. Namun orang tua tetap ingin anaknya menjalani isolasi mandiri di sekolah, karena di Guest House dan sekolah ada fasilitas ac, baju dilaundry, ada ahli gizi serta diawasi tim klinik sekolah, dan suasana sekolah lebih nyaman," ulasnya
Sudah delapan hari siswa dan guru menjalani isolasi.
"Hari ini (kemarin, red) siswa dan guru kembali di-swab PCR, mudah-mudahan hasilnya sudah negatif. Rencananya Rabu (1/12) anak-anak akan dikembalikan ke masing-masing orang tua untuk rencana selanjutnya, tanggung jawab kami membeli obat sendiri, merawat anak-anak dengan rapi, sudah kami lakukan maksimal," sebutnya.
Susi menampik bila ada pihak-pihak yang mengatakan sekolah yang dirintisnya itu tidak menerapkan protokol kesehatan. Bahkan ia berani memastikan di AIS sangat ketat dalam menjalankan protokol kesehatan. Baik dalam proses belajar mengajar hingga kegiatan pendukung sekolah.
"Bila ada siswa dan guru kami yang terpapar Covid-19, itu semua kehendak Allah SWT. Bagaimanapun kami sudah ketat menjaganya. Kami jamin prokes dilaksanakan. Saya tak main-main dengan virus corona itu. Apalagi saya juga penyintas, tak mungkin main-main dengan virus ini. Saya dan keluarga, sebagai founder sekolah ini juga dokter, keluarga besar saya semua dokter, tak mungkinlah kami abai. Bisa dibuktikan di CCTV sekolah, di grup WhatsApp klinik dan standard operational procedure yang kami terapkan. Sejak offline bulan September dan Oktober sekolah aman saja berkegiatan," ujar Susiana.
Susi menambahkan, selama menjalani isolasi, peserta didik dan guru yang terpapar rutin senam pagi, berjemur dan tetap melakukan amalan harian secara terbatas.
"Harapan kami semoga anak-anak dan guru yang terpapar semua segera pulih kembali. Anak-anak akan ujian akhir semester, tapi karena terpapar terpaksa belajar dan ujian secara daring," pungkasnya.(sol/ali/mar/ted)
Laporan: TIM RIAU POS, Pekanbaru