Diungkapkan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru dr Mulyadi SpBP, dari dua klaster tersebut sudah berkembang kasus positif Covid-19 di Pekanbaru sebanyak 26 kasus.
"12 kasus dari klaster BRI dan 14 kasus dari klaster Palembang," ungkapnya.
Meski penambahan kasus positif dari dua klaster tersebut, pihaknya selaku tim gugus tugas terus melakukan tracing kontak sesuai arahan Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT.
"Pak Wali selalu memberikan arahan untuk menemukan kasus, mengobati dan sembuhkan," tegasnya.
Dengan pertambahan dua kasus ini, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru berjumlah 84 orang. Sebanyak 35 orang masih dirawat, 43 orang dinyatakan sembuh dan 6 orang meninggal dunia.
Kemarin, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru kembali melakukan rapid test dan swab massal. Kali ini di Pasar Agus Salim. Tes dilakukan terhadap pedagang, dan pengunjung pasar. Wako Firdaus datang melakukan peninjauan langsung ke lokasi. Dia menyebut rapid test dan swab difokuskan di pusat keramaian guna menjaring OTG yang positif Covid-19.
"Upaya kami untuk temukan, obati, dan sembuhkan (TOS). Sampai saat ini tes masih berjalan, sudah 150 orang yang mengikuti rapid test, dan hampir 200 orang yang tes swab," kata Firdaus di lokasi.
Hingga 150 orang yang melakukan rapid tes di pasar tersebut belum ditemukan warga yang memiliki hasil reaktif.
"Warga yang sudah ikut tadi hasilnya non reaktif semua. Untuk swab hasilnya menunggu 3-4 hari lagi," imbuhnya.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pekanbaru bersama Diskes Provinsi Riau, menyediakan masing-masing 300 alat rapid test dan 300 alat swab di tempat itu. Para tenaga kesehatan dari beberapa puskesmas berpakaian lengkap menggunakan APD. Di antara kios dan lapak pedagang tes dilakukan sejak pukul 09.00WIB. Sebagian lapak di pasar itu terlihat kosong ditinggal pedagang saat tes berlangsung. Wako Pekanbaru terkait ini tak menampik adanya kemungkinan pedagang enggan di tes.
"Masih ada pedagang yang enggan untuk ikut, ini yang harus nya kita berikan edukasi. Kita berikan pemahaman kepada mereka ini salah satu upaya untuk memutus penyebaran Covid-19," sebutnya.
Salah seorang pedagang cabai di sana Ros mengungkapkan, ada beberapa pedagang yang sengaja menutup lapak jualan mereka. Mereka takut mengikuti tes swab.
"Nanti kalau ada saja satu yang positif, takut lah orang ke pasar ini. Pembeli tak mau datang," ujarnya.
Satu Lagi Pedagang Pasar Tradisional Positif
Penyebaran Covid-19 gelombang kedua dari klaster pasar tradisional di Kota Dumai terus bertambah. Pada, Jumat (26/6) di Kota Dumai terjadi satu penambahan kasus positif Covid-19 lagi.
Satu kasus positif Covid-19 berasal dari pedagang pasar Kampung Baru Kecamatan Bukit Kapur. Dengan penambahan kasus di pasar yang hanya buka setiap hari Sabtu ini, Pemerintah Kota Dumai melalui tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai melakukan penutupan pasar.
"Pasien positif ke-26 di Kota Dumai ini berinisial M (23) merupakan pedagang di pasar tradisional Kampung Baru. Pasien terdeteksi positif Covid-19 dari rangkaian screening pengambilan spesimen sputum secara massal yang dilakukan tim gugus tugas," ujar Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful, Jumat (26/6).
Ia mengatakan kondisi pasien ini dalam keadaan baik dan tidak memiliki gelaja klinis mirip Covid-19.
"Statusnya OTG (orang tanpa gejala, red)," sebutnya.
Dengan demikian dari pedagang pasar total sudah ada empat pasien yang positif Covid-19. "Sementara tiga lagi, ada yang berprofesi sebagai ABK, ASN dan pengunjung pasar," terang Syaiful.
Mantan Direktur RSUD Kota Dumai itu menyebutkan melihat perkembangan dalam lima hari terakhir ini dengan adanya 7 kasus Dumai kini berada di zona orange (risiko sedang).
"Dumai sempat berada di zona hijau pada 21 sampai 22 Juni 2020 lalu, karena tidak ada penambahan kasus positif Covid-19 selama 28 hari, namun karena ada penambahan kasus yang cukup signifikan membuat indeks kesehatan dan penyebaran Covid-19 di Kota Dumai menjadi turun lagi," tuturnya.
Ia mengatakan tidak menutup kemungkinan Dumai kembali berada di zona merah jika kasus positif Covid-19 semakin bertambah. "Ini artinya akan ada pembatasan-pembatasan sosial lagi di masyarakat, bahkan bisa saja PSBB kembali diajukan," terangnya.
Saat ini pihaknya terus melakukan penyelidikan epidemiologi terkait kasus positif Covid-19 terutama di klaster pedagang pasar tradisional. "Sampai saat ini kami belum mengetahui dari mana para pedagang tersebut tertular, kami juga melakukan tracing kontak kepala keluarga, orang yang berkontak terhadap pasien," tuturnya.
PDP Meranti Lebih dari Seorang
Ternyata pasien dalam pengawasan (PDP) di Kepulauan Meranti lebih dari satu orang. Tak seperti yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Riau, Jumat (26/6) sekitar pukul 14.56 jumlahnya masih satu orang. Dari informasi yang diterima Riau Pos di waktu yang sama, jumlah PDP di Meranti sebanyak dua orang. Itu diketahui setelah seorang dari jumlah tersebut dikabarkan telah meninggal dunia.
Kabar itu tidak ditampik oleh Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Kepulauan Meranti, Fahri. Namun terkait jumlah PDP yang dirilis belum diperbarui karena baru saja dikirim ke Pemprov Riau. "Iya mungkin belum update. Karena baru dikirim laporannya," ungkap Fahri.
Fahri membeberkan dua orang PDP tersebut terdiri dari pasien sebelumnya adalah Tn J (22) warga Jalan Gelora, Kecamatan Tebingtinggi. Ungkapnya Tn. J (22) ditetapkan sebagai PDP Ahad (21/6/20) siang kemarin hasil dari tracing yang diketahui memiliki kontak dengan Tn DH (46) pasien terjangkit klaster BRI. Sementara PDP yang baru saja meninggal dunia adalah Tn. N (62) Warga Jalan Banglas, juga Kecamatan Tebingtinggi.
Menurutnya PDP tersebut ditetapkan sebagai PDP, Kamis (25/6/20) kemarin sepulang berobat di Batam Kepri.(sol/ali/hsb/wir/ted)
Laporan: TIM RIAU POS(Pekanbaru)