Sementara itu Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful mengatakan berdasarkan hasil epidemiologi pasien positif tersebut datang ke Dumai dari Bogor pada 10 Maret dengan tujuan menghadiri pesta pernikahan saudaranya pada 23 Maret 2020.
Pada 12 Maret mulai mengalami gejala batuk pilek dan demam. Pada saat pada 21 Maret berobat ke salah satu klinik di Kota Dumai. Kemudian pada keesokan harinya dirawat ke RS Pertamina Dumai, namun kemudian dirujuk ke RSUD Kota Dumai pada 23 Maret dan ditetapkan sebagai PDP Covid-19.
"Pasien langsung dimasukkan ke ruang isolasi dan diambil swab dan dilakukan pemeriksaan VCR," tuturnya.
Jadi, dikatakannya yang bersangkutan tak sempat menghadiri pesta tanggal 23 Maret. "Karena sudah masuk rumah sakit sejak 21 Maret," ujar Syaiful.
Syaiful mengatakan kondisi pasien yang positif tersebut saat ini dalam keadaan membaik dan berkemungkinan besar sembuh. "Mudah-mudahan sembuh," tuturnya.
Terhadap PDP yang positif ini akan ditingkatkan perawatannya sesuai protokol perawatan yang ditetapkan. Keluarga yang pernah dikunjungi pasien positif tersebut langsung ditetapkan sebagai ODP.
"Rumah keluarga pasien tersebut juga dilakukan penyemprotan disinfektan, bahkan rumah tetangga korban juga," sebutnya.
Mantan Direktur RSUD Kota Dumai itu mengatakan pihaknya sudah melakukan pelacakan kontak terdekat dengan pasien. "Totalnya ada 15 orang yang berhasil kami lacak dan kami lakukan rapid test. Dari hasil rapid test ada satu orang yang positif, namun belum bisa di pastikan jika itu merupakan positif Covid-19, makanya akan kami lakukan swab dan VCR terhadap yang bersangkutan," tuturnya.
Dikatakannya, hasil positif oleh pemeriksaan rapid test belum menjamin seseorang itu terinfeksi Covid-19, namun bisa saja terinfeksi virus lainnya.
"Rapid test yang dilihat adalah antibodi di tubuh, biasanya orang yang terinfeksi virus baik itu Covid-19 atau tidak pada mulai dari hari ke lima antibodi meningkatkan, makanya perlu pemeriksaan lebih lanjut," tuturnya.
Ia mengatakan terhadap hasil pelacakan kontak tersebut yang positif akan dilakukan tindakan dan segera diputuskan akan dilakukan isolasi di RSUD atau tidak.
"Kondisinya baik tidak ada mengalami sakit. Baik itu demam, pilek dam batuk untuk sementara kami isolasi mandiri, tim dokter akan menentukan ia dirawat atau tidak, tapi kemungkinan besar akan diisolasi, karena berpotensi besar bisa menyebarkan virus ke orang lainnya," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan rapid test yang terhadap tenaga medis dan OPD yang terdata di Kota Dumai. "Saat ini alat rapid test yang ada sekitar 800, dan kami juga sedang memesan 2.000 alat lagi," tuturnya.
Dalam pada itu warga Pelalawan yang positif corona RB (50) berjenis kelamin perempuan dari Kecamatan Pangkalankerinci. Sebelumnya dia dirawat di ruang isolasi RS Santa Maria Pekanbaru sebagai PDP. Atas adanya temuan kasus tersebut, maka tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Pemkab Pelalawan langsung mengambil langkah cepat dengan melakukan penyemprotan disinfektan di kediaman pasien terinfeksi virus tersebut.
"Ya, setelah menerima hasil pemeriksaan swab labarotorium Kemenkes terhadap warga Pelalawan PDP yang terkonfirmasi Covid-19, maka kami langsung menurunkan satu unit mobil milik BPBP Pelalawan untuk melakukan penyemprotan disinfektan sebanyak 5 ribu liter di perumahan korban. Penyemprotan itu dilakukan untuk sterilisasi lokasi domisili pasien positif corona, agar masyarakat sekitar tidak terpapar wabah virus," terang Juru Bicara Tim Gugus Tugas Covid-19 Pelalawan H Asril SKM MKes kepada Riau Pos, Kamis (2/4).
Diungkapkan Kepala Dinas kesehatan (Diskes) Pelalawan ini bahwa, pasien terkonfirmasi Covid-19 ini, memiliki riwayat perjalanan dari daerah zona merah. Yakni Jakarta bersama suaminya berinisial JG, untuk mengunjungi anaknya yang kuliah di sana. Pada tanggal 13 Maret lalu keduanya bertolak dari Jakarta menuju Pekanbaru menggunakan transportasi udara.
"Jadi, setelah tiba di Bandara SSK Pekanbaru, kedua warga ini bergerak menuju kediamanannya di Kecamatan Pangkalankerinci. Namun, saat tiba di kediamannya, pasangan suami dan istri ini merasa sakit. Sehingga keduanya melakukan pemeriksaan ke salah satu rumah sakan di Kecamatan Pangkalankerinci dan kembali ke kediamannya," paparnya.
Namun, sambung Asril, setelah dua hari minum obat, sakit yang dialami kedua pasien ini tak kunjung sembuh. Sehingga mereka meminta rujukan untuk berobat ke RS Santa Maria Pekanbaru. Hanya saja, setelah dilakukan periksaan kesehatan, tim medis RS swasta ini menyatakan kedua warga ini memiliki gejala Covid-19. Dan ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP), sehingga dirawat di ruang isolasi.
"Dan setelah beberapa hari dirawat di RS Santa Maria, hasil pemeriksaan swap laboratorium Kemenkes terhadap pasien RB keluar yang dinyatakan terkonfirmasi atau positif Covid-19. Sedangkan pasien JG masih menunggu hasil swab," bebernya.
Ditambahkan mantan Sekretaris Diskes Pelalawan ini, setelah diketahui RB positif, maka pihaknya langsung turun ke kediaman RB. Pasalnya RB telah melakukan kontak dengan ketiga anaknya.
"Dan ketiga anak RB saat ini tengah dirawat intensif di ruang isolasi RSUD Selasih Pangkalankerinci. Sedangkan saat ini, kami masih menunggu hasil pemeriksaan tim medis, apakah ketiga warga ini masuk dalam status PDP atau tidak," sebutnya.
Dikatakannya hingga saat ini, ada sebanyak 7 PDP di Pelalawan. Dan dari jumlah tersebut, 4 PDP dinyatakan sembuh sehingga telah diperbolehkan pulang. Sedangkan tiga PDP lainnya masih dirawat ruang isolasi RS rujukan Covid-19.
Terkait perkembangan laboratorium penelitian sampel swab di Riau, Gubri mengatakan, saat ini ruangan untuk laboratorium tersebut sedang dipersiapkan. Sedangkan untuk peralatannya, saat ini masih berada di Singapura dan akan segera dikirim ke Jakarta sebelum nantinya dikirim ke Riau.
"Peralatan sudah dibeli, lebih kurang harganya Rp7 miliar. Mudah-mudahan pekan depan sudah sampai peralatannya di Riau," katanya.
Terkait perizinan, menurut Gubri, pihak Kementerian Kesehatan RI sudah memberikan izin sehingga bisa segera dioperasikan. Jika sudah beroperasi, maka setiap hari laboratorium tersebut bisa meneliti hingga 60 sampel swab pasien suspect.
"Kalau laboratorium itu sudah beroperasi, setidaknya kita bisa cepat mengetahui pasien suspect di Riau positif atau negatif. Sehingga penanganan pasien juga bisa lebih cepat," jelasnya.
ODP Tembus 20 Ribu
Sementara itu, jumlah ODP di Riau per Kamis (2/4) menembus angka 20.004. Dari jumlah tersebut, 1.906 sudah selesai menjalani pemantauan sehingga yang masih berstatus ODP sebanyak 18.098.
"Selain ODP, kami juga mencatat ada PDP di Riau yang saat ini berjumlah 119 orang. Dari jumlah tersebut, 38 orang sudah dinyatakan negatif dan diperbolehkan pulang, sedangkan yang masih dirawat 80 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir.
Dari jumlah PDP tersebut, lanjut Mimi, dua pasien meninggal dunia. Yakni satu pasien di Dumai dan satu pasien di Pekanbaru.(sol/ali/hsb/amn/ted)
Laporan: TIM RIAU POS (Pekanbaru)