Dalam seminar tersebut, dihadiri Dewan Pembina Fompasri Bogor Dr Roberdi MSi dalam sambutannya mengapresiasi kinerja panitia pelaksana, mulai dari awal gagasan penyelenggaraan SNG 2018 sampai pada akhirnya sukses memudahkan langkah peserta untuk datang, duduk dan mendengarkan materi dari para narasumber. Roberdi yang didaulat langsung membuka acara SNG 2018 menyampaikan terima kasih panitia pelaksana atas kedatangan Gubernur Riau terpilih, Drs H Syamsuar MSi beserta para narasumber.
Sementara itu, Ketua Umum Fompasri Bogor Syafroni Pranata SSi, mahasiswa pascasarjana Prodi Sain Biologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB itu menyampaikan. Sejatinya acara ini didukung penuh pendanaannya oleh Badan Penghubung Provinsi Riau, namun karena terjadinya defisit anggaran, acara urung dilaksanakan.
“Semula SNG 2018 akan dilaksanakan di Hotel IZI Kota Bogor, Riau defisit anggaran, semua kegiatan dibatalkan, termasuk SNG 2018. Namun, panitia pelaksana tetap kekeh agar SNG 2018 dilaksanakan, acara kita pindahkan ke gedung ini, GMSK,” kata Roni.
Dikatakan Roni, penggiat sekaligus aktivis lingkungan, pihaknya memiliki motto, bersatu di tanah rantau, berkarya untuk Riau.
Selain Gubernur Riau terpilih, panitia pelaksana seminar Sadarman SPt MSc juga menghadirkan Dr Haris Gunawan dari Deputi IV Litbang Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia, Prof Dr Ir Sudirman Yahya MSc, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Purwo Subekti ST MT, calon doktor program doktoral Ilmu Keteknikan Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Menurut Haris, permasalahan gambut sampai saat ini sejatinya masih bersifat krusial, esensial dan sensitif. Hal ini terkait dengan banyaknya kepentingan di dalamnya, misalnya terkait dengan adanya perluasan wilayah perkebunan sawit dan HTI yang sudah merambah wilayah gambut, jelas ini tidak elok, namun juga memiliki pembatas jika intensivitas penanganannya ditingkatkan.
“Keberadaan perkebunan sawit dan HTI disebut sebagai penyumbang devisa bagi daerah, itu jelas, namun pihak terkait tidak serta memanfaatkan ini, sehingga kurang perhatian dalam hal mengelola gambut itu sendiri,” kata Haris.
Haris juga menghimbau bahwa pengguna tanah gambut untuk dijadikan lahan perkebunan dan HTI, perlu merawat gambut dengan baik dan benar, jika tidak jelas dampak seperti yang dikemukakan diawal, sulit diminimalkan.(adv)