Ternak Ujang ini mengalami luka serius hingga akhirnya sekarat. Ujang disebut Hutomo mengambil tindakan cepat dengan menyembelih sapinya itu.
Saat kejadian, Ujang tak melihat persis sosok harimau. Ujang hanya melihat sorot mata tajam dari kegelapan yang melihat gerak-geriknya menyelamatkan sapi. “Hanya sorot mata yang dilihat, tidak nampak harimaunya,” kata Hutomo.
Di lokasi setelah tim BBKSDA turun, memang ditemukan jejak-jejak harimau. Setelah dipelajari, ada dua ekor harimau berdasarkan perbedaan besaran jejak.
“Berdasarkan jejak, ada dua harimau. Satu besar dan satu lagi ukurannya sedang, dugaannya induk dan anaknya,” jelas Hutomo.
Di Suaka Margasatwa Kerumutan sendiri, Hutomo menyebut saat ini ada enam harimau terpantau. Hal itu berdasarkan hasil jepretan dari kamera pengintai yang dipasang di lokasi.
Enam harimau ini punya wilayah jelajahnya masing-masing. Di sisi utara berjalan ke arah Pelalawan dan barat ke Indragiri Hilir, seperti kasus Bonita dan Boni.
Menurut Hutomo, harimau jantan punya daya jelajah hingga ratusan kilometer. Hal itu akan meningkat jika harimau memasuki masa kawin, di mana hormonnya semakin meningkat.
Untuk harimau betina, Hutomo menyebut punya daya jelajah 50 kilometer. Bisa meningkat hingga ratusan kilometer jika masuk musim kawin, di mana harimau akan mencari pasangannya.
Biasanya, kata Hutomo, harimau menghindari perjumpaan dengan manusia. Beda halnya dengan kasus Bonita yang malah mendatangi manusia. “Bonita ini kalau lihat orang di kebun didatanginya, ditongkronginya, bahkan dalam beberapa laporan mengejar manusia,” kata Hutomo.(mng)