8.034 ORANG RIAU TERPAPAR HIV/AIDS

Masifkan Promosi Pencegahan dan Pengendalian

Riau | Kamis, 01 Desember 2022 - 11:40 WIB

Masifkan Promosi Pencegahan dan Pengendalian
ILUSTRASI

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Hari AIDS sedunia jatuh Kamis (1/12) hari ini. Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat, hingga Oktober 2022 telah ditemukan 8.034 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Provinsi Riau. Di mana 3.711 orang di antaranya ditemukan sudah dalam stadium AIDS. Untuk itu, promosi pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS harus dimasifkan.

 


"Oleh karena itu, mari kita masifkan promosi pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. Manfaatkan media digital, teknologi digital terbaru, perluaskan akses pencegahan dan tes, hingga pengobatan," ujar Wakil Gubernur Riau (Wagubri)  Edy Natar Nasution.

 

Wagubri mengimbau, untuk organisasi perangkat daerah terkait dapat melakukan penganggaran tentang HIV/AIDS sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karena, kebijakan alokasi anggaran ini sebagai salah satu bukti dan dapat memberikan gambaran upaya memerangi HIV/AIDS mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah.

 

 

Saat hadir di acara Rapat Koordinasi Daerah, Komisi Penananggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau, di Pekanbaru awal bulan lalu, Edy Natar mengatakan penemuan kasus HIV di Provinsi Riau jumlahnya yang baru sebesar 8.034 atau setara dengan 69,2 persen. ‘’Ini merupakan dari 11.596 target yang ditentukan nasional," ungkapnya.

 

Dijelaskan dia, bahwa karakteristik temuan kasus HIV dan AIDS di Provinsi Riau sudah mengarah kepada populasi umum. Di mana jumlah terbesar berada di Kota Pekanbaru dengan temuan kasus sejumlah 4.730 orang. "Temuan kasus pada ibu rumah tangga menduduki rangking ke-3 terbesar. Jika dikelompokkan ke dalam kelompok usia, maka temuan kasus HIV terbesar banyak ditemukan pada kelompok umur 25 sampai dengan 45 tahun. Artinya ini usia produktif," ujarnya.

 

Menurutnya, dalam upaya percepatan penanggulangan HIV/AIDS secara nasional, pemerintah telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar itu harus dicapai oleh pemerintah daerah dan sudah tertuang dalam PP Nomor 2 tahun 2018. Di mana pencapaian SPM tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, bupati, wali kota dan gubernur.

 

Dikatakan dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau sudah berupaya untuk melakukan penanggulangan HIV/AIDS. Dengan menetapkan Perda Nomor 4 tahun 2006 tentang Penanggulangan HIV/AIDS dan kelembagaan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau.

 

"Oleh karena itulah, orang yang terdampak HIV/AIDS (ODHA) ini harus dilakukan pendekatan dan dirangkul untuk menanganinya agar pertolongan bisa berjalan lancar," katanya.

 

Sementara itu, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar merasa sangat miris karena terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS di Bumi Melayu Lancang Kuning. Tidak hanya itu, kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang dinilai menyimpang secara seksual, juga tumbuh subur di Riau.

 

"Saya bahkan dapat informasi, Ketua LGBT Indonesia itu berasal dari Riau. Ini sangat memalukan kita sebagai orang Melayu," kata Gubri Syamsuar.

 

Ditegaskan Syamsuar, adalah tugas bersama menurunkan kasus HIV/AIDS dan melawan kelompok LGBT. Tidak mungkin hanya dibebankan kepada pemerintah.

 

Dalam hal ini, ulama juga punya peran yang sangat penting. Harus ada kolaborasi antara ulama dan umara. Umara melawan dengan kekuasaannya, sementara ulama bisa menyampaikan melalui ceramah kepada masyarakat terkait bahaya HIV/AIDS dan LGBT, termasuk dosa besar yang akan diterima.

 

"Jangan sampai kita semua, negeri kita ini kena murka Allah SWT akibat banyaknya maksiat," tegas Syamsuar lagi.

 

Syamsuar bahkan mengaku sudah pernah sampai ke Negeri Sodom, yang terletak di sebelah selatan Laut Mati, di perbatasan antara Palestina dan Jordania. Kota Sodom dulu diluluhlantakan Allah SWT di zaman Nabi Luth AS akibat penduduknya yang lebih suka kepada sesama jenis alias LGBT.

 

"Sudah banyak negeri yang dihancurkan Allah karena LGBT ini. Jangan sampai negeri kita yang dulu dijaga dengan baik oleh para ulama, habaib para pendahulu kita, justru mendapat murka Allah karena kita tak bisa menjaganya," ucapnya lagi.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau Zainal Arifin mengatakan, untuk kumulatif kasus ODHA di kabupaten/kota di Riau di antaranya di Kuansing 81 kasus, Kampar 104, Indragiri Hulu 111, Rokan Hulu 141, Kepulauan Meranti 143, Siak 86, Indragiri Hilir 349, Rokan Hilir 388, Pelalawan 449. Kota Dumai 631, Bengkalis 721, dan Pekanbaru 4.730 kasus.

 

Dikatakan Zainal, di Provinsi Riau, peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh Kamis (1/12) hari ini akan diisi dengan aksi simpatik pemberian bunga kepada pengendara yang melintas di Tugu Zapin depan Kantor Gubernur Riau.

 

"Tanggal 1 Desember (hari ini, red) kami mengadakan aksi simpatik pemberian bunga  kepada masyarakat yang lewat di sekitar Tugu Zapin. Kemudian di hari Ahad kami adakan acara yang sama di car free day," katanya.

 

Selain itu pihaknya juga akan menggelar seminar tentang HIV/AIDS. Seminar ini akan diikuti oleh mahasiswa kesehatan di Riau dan dari Komisi Pelindungan AIDS Riau serta Kota Pekanbaru. "Kami akan buat seminar. Peserta nya perwakilan dari mahasiswa kesehatan. Mereka akan kita jadikan volunteer (sukarelawan) untuk memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat," ujarnya.

 

Pekanbaru menjadi kota yang terbesar kasus HIV/AIDS. Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru yang juga Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldy Saragih atau biasa disapa dr Bob didampingi Sekretaris KPA Kota Pekanbaru, Hasan Supriyanto mengatakan secara kumulatif atau perhitungan dari pertama kali ditemukan tahun 2000, tercatat 2.429 kasus HIV dan 2.172 kasus AIDS. Namun sebagian di antaranya sudah meninggal dan berpindah domisili.

 

Dari temuan kasus tersebut lanjutnya, sebagian besar ditemukan pada usia produktif 25-49 tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin dari angka kumulatif tersebut sebagian besar ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 1.594 kasus HIV dan 835 kasus AIDS. Bahkan ditemukan juga pada kelompok usia di bawah 4 tahun. Angka kematian kasus HIV dan AIDS dari tahun 2021 cenderung mengalami penurunan. "Pada tahun 2021 angka kematian kasus HIV dan AIDS mencapai 6,51 persen, dan menurun menjadi 4,83 persen," ungkapnya.

 

Terhadap temuan ini, Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Kesehatan, telah membuka layanan pemeriksaan/tes dan pengobatan di puskesmas secara gratis. Khusus pemeriksaan/tes telah ada di 21 puskesmas tanpa dipungut biaya."Selain itu dengan dukungan rumah sakit dan pihak lain telah ada juga layanan tes di 26 rumah sakit dan empat di Lapas dan satu rutan,’’ ujarnya.

 

‘’Khusus layanan pengobatan telah tersedia di 13 fasilitas layanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit. Dinas Kesehatan dan KPA juga terus melakukan upaya pemberian informasi baik langsung maupun melalui media massa," lanjut dr Bob.

 

Sementara itu, Sekretaris KPA Kota Pekanbaru, Hasan Supriyantomengatakan dalam rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2022 pihaknya melaksanakan berbagai kegiatan antara lain dialog interaktif di media massa dan penyebaran media informasi berupa brosur ke instansi pemerintah dan swasta.

 

Upaya penanggulangan akan terus dilakukan pihkanya. Oleh sebab itu kami harapkan dukungan berbagai pihak termasuk tokoh masyarakat, organisasi masyrakat, LSM,tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh perempuan termasuk ibu-ibu kader.

 

51 Pasien HIV/AIDS Meranti dalam Pengawasan Hidup Normal

 

Sejauh ini kasus HIV maupun AIDS di Kabupaten Kepulauan Meranti yang masih dalam pengawasan ada sebanyak 51 orang. Secara rinci dari data tersebut 49 orang merupakan dewasa dan 2 orang lainnya merupakan anak.

 

Walaupun demikian secara kolektif dari 2014 sampai Oktober 2022 temuan kasus HIV/AIDS di Kepulauan Meranti sebanyak 139 kasus dengan rincian HIV 43 kasus dan AIDS 96 kasus. Demikian data yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti melalui Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Zulham Efendi, Rabu (30/11).

 

Menurutnya secara umum orang-orang yang terjangkit HIV /AIDS sulit untuk diobati. Sehingga statusnya tetap dalam pantauan ataupun dalam pengobatan. "Jadi bagi mereka yang masih berstatus terjangkit menjalani pengobatan karena bisa dikatakan menjalani pengobatan sumur hidup dan tetap dalam pantauan kita," ungkapnya.

 

Dirinya mengatakan orang-orang yang terjangkit HIV/AIDS tersebut kebanyakan menjalani hidup normal dan pengobatannya secara mandiri. Adapun faktor terbesar terjangkitnya HIV/AIDS kepada orang-orang tersebut di antaranya kehidupan heteroseksual, hubungan intim dan kegiatan lainnya. "Karena mereka banyak yang habis kerja dari luar, ada juga yang dari pasangan dan lain-lain," ungkapnya.

 

Sementara itu terjangkitnya HIV AIDS kepada anak disebabkan turunan dari orang tua. Secara umum, mereka yang terjangkit tetap bisa menjalani hidup secara normal. Selama patuh akan protokol kesehatan yang dianjurkan dokter.

 

Di Rokan Hulu, Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), menyatakan setiap tahun kasus penderita AIDS ditemukan. Halini dikatakan Kepala Diskes Rohul dr Bambang Triono melalui Kabid P2P Diskes Rohul Dr H Darmadi Lubis.  ‘’Dari data Klinik VCT RSUD dan 4 Puskesmas yang kita terima, setiap tahun ditemukannya kasus positif HIV/AIDS di Kabupaten Rohul. Jumlah penderita bervariasi,’’ ujarnya.

 

Darmadi menyebutkan, bagi masyarakat yang merasa berprilaku kurang sehat dan berisiko khususnya penularan HIV/AIDS, diharapkan bisa secara sukarela menjalani tes di klinik VCT RSUD Rohul maupun di 4 puskesmas.

 

‘’Kedepannya tenaga medis harus tanggap, dan jeli. Begitu ada warga atau pasien dicurigai, diarahkan untuk tes atau konseling VCT RSUD Rohul. Sifatnya tidak ada pemaksaan karena konteksnya kerelaan dari seseorang untuk melakukan tes HIV dan AIDs. Didalam proses VCT yang ada adalah, hubungan antara klien dan konselor.Bukan hubungan antara pasien dengan dokter,’’ tuturnya.

 

Setiap masyarakat yang memanfaatkan layanan Klinik VCT, kata Darmadi, menjami kerahasiaannya. Masyarakat tak perlu takut akan tersebarnya identitas pribadinya, karena klinik tersebut telah dilengkapi dengan SOP bagaimana menjaga kerahasiaan identitas klien termasuk juga di 4 puskesmas.

 

Disebutkannya, pencegahan dan penanganan kasus HIV/AIDS mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Rohul. Di mana penularan HIV/AIDs bisa melalui pemakaian narkotika, psikotropika, dan zat adiktif melalui suntik serta penderita baru dari kalangan perempuan.

 

Sementara itu di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Inhu, Elis Julinarti SKM MKesmengatakan kendala atau permasalahan dalam penanganan kasus HIV/AIDS itu di antaranya populasi sebagai kunci yang sulit di jangkau. Karena komunitas seperti Lelaki Seks Lelaki (LSL), Wanita Pekerja Seks (WPS) hingga pasangan berisiko sifatnya masih tersembunyi.

 

Kemudian, pemetaan daerah berisiko dinilai tidak maksimal akibat informasi dari desa yang terbatas. Selain itu, pengetahuan masyarakat yang masih terbatas tentang HIV/AIDS. "Permasalahan lainnya yakni keterbatasan anggaran untuk program HIV serta belum adanya didukung Peraturan Bupati (Perbup) tentang penyakit menular atau HIV dan keinginan masyarakat untuk diperiksa masih rendah," ungkapnya.

 

Di Dumai, Dinas Kesehatan Kota Dumai mencatat perkembangan kasus HIV/AIDS Kota Dumai setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Tercatat hingga Oktober 2022 total kasus HIV di Kota Dumai mencapai 532 kasus dan AIDS sebanyak 313 kasus. Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Dumai, dr. Syaiful membenarkan adanya peningkatan jumlah kasus ini.

 

"Secara keseluruhan dengan jumlah kasus sebanyak 532 kasus, Kota Dumai berada di peringkat3 se-Provinsi Riau di bawah Kota Pekanbaru dan Bengkalis. Sementara untuk kasus AIDS, Dumai berada diperingkat tiga dengan total penderita sebanyak 313 di bawah Kabupaten Indragiri Hilir dan Kota Pekanbaru, " ujar Syaiful.

 

" Untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Kota Dumai, selain melakukan pemeriksaan dan penyuluhan di titik hotspot penyebaran HIV/AIDS seperti lokalisasi, hotel dan hiburan malam, Diskes melibatkan pihak Babinkamtibmas dengan mendatangi  kos-kosan mengingat maraknya kos-kosan di Kota Dumai, " katanya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook