PEKANBARU (RIAPOS.CO) -- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau menimbulkan kabut asap. Alhasil kualitas udara memburuk dan jarak pandang jadi terbatas. Terutama di Kota Pekanbaru, Rabu (31/7). Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru hingga pukul 09.40 WIB, jarak pandang hanya sekitar enam kilometer. Kendati begitu, pantauan Riau Pos, sejumlah pengendara khususnya roda dua, terlihat masih belum banyak yang menggunakan masker pelindung.
"Sambil antar barang tadi. Belum sih (masker, red). Memang kabut asap sudah kelihatan, tapi karena masih dirasa aman, makanya belum pakai," kata Juli seorang karyawan swasta.
Sementara, Bahari seorang mahasiswa UIN mengatakan sudah mengenakan masker sejak beberapa hari lalu. "Susah dari kemarin-kemarin makainya. Karena jarak rumah ke kampus jauh juga, lama-lama bahaya juga hirup asap dalam waktu lama. Makanya milih pakai masker," ujarnya.
Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) harian yang berada di Jalan Tuanku Tambusai, kualitas udara di Pekanbaru masih terbilang sedang. "Jarak pandang sore ini untuk Pekanbaru sudah 10 kilometer, Rengat 8 km, Pelalawan 7 km dan Dumai hanya 5 km," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Marzuki.
Dikatakan Marzuki, hot spot yang awalnya hanya berjumlah sepuluh titik di lima kabupaten hingga pukul 16.00 WIB jumlah titik api bertambah hingga 40 titik."Terbanyak masih di Pelalawan 22 titik, diikuti Indragiri Hilir 14 titik. Kemudian Bengkalis dan Siak masing-masing empat titik," ucapnya.
Sementara itu Kepala BPBD Kota Dumai Afri Lagan mengatakan meski jarak pandang sempat terbatas, namun Dumai tidak ada titik api. Diduga kabut asap yang terjadi merupakan asap kiriman dari kabupaten tetangga yang memang sedang terjadi karhutla. Sebelumnya Lagan mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun pada Juli tercatat seluas 272,75 hektare. (*1/hsb/sda/*2/*3)
>>> Baca selengkapnya di koran Riau Pos
Editor: Arif Oktafian