PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau hingga saat ini masih menungg hasil pemeriksaan sampel swab pasien probable (diduga kuat terinfeksi) Omicron yang dikirim ke laboratorium di Jakarta. Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau Masrul Kasmy mengatakan, sampel swab probable Omicron tersebut adalah hasil kontak tracing pasien positif varian Omicron yang merupakan warga Pekanbaru, yang melakukan pemeriksaan swab di Batam.
“Kami masih menunggu hasil pemeriksaan sampel swab pasien probable Omicron dari laboratorium milik Kementerian Kesehatan di Jakarta," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, saat ini pihak Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru juga masih terus melakukan kontak tracing untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut. “Dinas Kesehatan kota Pekanbaru masih terus melakukan tracing. Mudah-mudahan tidak ditemukan lagi penambahan yang positif Omicron," ujarnya.
Sementara itu pasien positif Covid-19 di Riau per hari Senin (31/1) bertambah 40 orang, dengan penambahan tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 128.742 orang. “Sementara itu, untuk pasien yang sembuh tiga orang, sehingga total 124.460 orang yang sembuh," katanya.
Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau masih sebanyak 4.125 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang menjalani perawatan di rumah sakit 13 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 142 orang.
“Sehingga saat ini jumlah pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri sebanyak 155 orang," ujarnya.
Sementara itu, untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 412 orang dan yang isolasi dirumah sakit 13 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 153.875 meninggal dunia 516 orang. Masrul juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.
“Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.
Tunggu Hasil Tes 32 Orang Probable Omicron
Kepastian ada atau tidaknya warga Pekanbaru yang terjangkit Covid-19 varian Omicron hingga kini belum didapatkan. Ada 32 sampel yang sedang dilakukan tes oleh Litbangkes Kementerian Kesehatan. Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldi kepada Riau Pos, Senin (31/1) kemarin. “Omicron harus dideteksi di Litbangkes pusat. Sampai sekarang belum ada balasan, “ kata dia.
Ramai pemberitaan adanya warga Riau asal Pekanbaru yang menjadi probable Covid-19 varian Omicron awalnya berawal dari surat yang didapatkan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Batam.
“Menyatakan ada salah satu warga Pekanbaru yang berkunjung ke Batam, diperiksa PCR-nya positif, terdeteksi probable Omicron, “ jelasnya.
Dr Bob, begitu Kadiskes Pekanbaru ini akrab disapa menggarisbawahi, pasien tersebut baru merupakan probable. “Cuma itu kan terdeteksi Omicron, saya pastikan lagi masih probable. Lampirannya masih probable, “ imbuhnya.
Terhadap pasien ini, pelacakan kontak erat kemudian dilakukan terhadap 10 orang. Didapati, satu dari kontak erat ini, yakni orang tua si pasien positif Covid-19 dan yang lainnya negatif. Untuk memastikan apakah, ini merupakan varian Omicron, sampelnya sudah dikirimkan ke Litbangkes pusat. “Total semua (dari Pekanbaru, red) ada 32 sampel dikirim ke Litbangkes pusat, termasuk yang terkait dengan Batam itu. Belum kembali hasilnya, “ jelasnya.
Pihak yang mengirimkan sampel ke pusat jelasnya adalah Pemerintah Provinsi Riau. “Yang mengirimkannya orang provinsi. Ada yang minggu lalu, ada yang beberapa hari lalu. Karena prosedur nya memang dari orang provinsi, kita tunggu, “ ujarnya.
Puncak Omicron Geser Akhir Februari
Pemerintah memperkirakan puncak gelombang Omicron di Indonesia akan terjadi di akhir Februari. Penyesuaian strategi PPKM, karantina dan penyiapan faskes terus dilakukan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan puncak gelombang Omicron di Indonesia akan terjadi di akhir Februari. Jumlahnya akan lebih besar dua sampai tiga kali daripada puncak gelombang varian Delta. “Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57 ribu kasus per hari kita mesti siap-siap dan hati-hati," ucapnya, kemarin.
Berkaca pada negara lain yang juga tengah menghadapi gelombang Omicron mencatat persentase kasus aktif di bawah varian Delta. Namun secara nominal jumlah orang yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari varian Delta. “Kalau misalnya terkena tanpa gejala atau ada batuk, pilek sedikit, demam sedikit tapi saturasinya masih di atas 94-95 persen, dirawat saja di rumah. Biar rumah sakit diberikan untuk orang-orang memang yang memerlukan," kata Budi.
Dia menambahkan, bagi pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah dan membutuhkan obat-obatan dapat melalui apotek atau telemedisin aplikasi. “Kami sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis Favipiravir atau Avigan dan Molnupiravir, dua itu obat antivirus yang disetujui oleh organisasi profesi," ujarnya.
Terkait dengan vaksinasi, Menkes mengatakan pihaknya akan memprioritaskan lansia dan anak-anak. “Enam puluh persen yang meninggal belum divaksin atau belum vaksin lengkap 63 persen. Yang sedang dan berat adalah belum divaksin atau divaksin lengkap," tegasnya.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa kenaikan kasus terjadi secara signifikan di Jawa dan Bali. Per tanggal 30 Januari 2022, kasus harian masih berada di angka seperlima dari dari puncak gelombang Delta pada Juli tahun lalu. "Kemudian tingkat rawat inap rumah sakit di Indonesia saat ini masih cukup aman yakni sepersepuluh dari puncak Delta," jelas Luhut, kemarin (31/1).
Luhut mengatakan, pemerintah terus memonitor jumlah pergerakan kasus konfirmasi secara harian. Selain itu pemerintah juga melihat berbagai aspek seperti angka keterisian rumah sakit, hingga jumlah vaksinasi di daerah.