JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sejumlah survei yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa elektabilitas PDI Perjuangan ( PDIP ) mengalami penurunan. Bergabungnya Basuki T Purnama alias Ahok diduga sebagai salah satu penyebab penurunan tersebut.
Pengamat politik Karyono Wibowo mengatakan, Ahok adalah figur yang kontroversial. Masih banyak orang yang tidak bisa melupakan kasus penistaan agama yang menjeratnya.
"Ahok memang bisa membawa dampak negarif bagi PDIP tapi di sisi lain bisa juga menimbulkan sentimen positif. Mengapa demikian, karena dalam diri Ahok terdapat dua sisi yang diametral atau sisi yang betentangan. Ahok adalah sosok kontroversial, ada yang pro dan kontra," kata Karyono saat dihubungi, Jumat (27/2).
Namun, menurut Direktur Indonesia Public Institute (IPI), elektabilitas PDIP yang turun tak bisa ditelan mentah-mentah karena faktor bergabungnya Ahok. Apalagi hanya mengacu pada segelintir data survei.
"Apalagi survei LSI dilakukan sebelum Ahok resmi bergabung PDIP pada awal Februari," ujar dia.
Untuk diketahui, LSI mencatat, elektabilitas PDIP pada Desember 2018 sebesar 27,7 persen. Sementara pada Januari 2019 turun menjadi 23,7 persen. Adapun elektabilitas Gerindra pada Desember 2018 sebesar 12,9 persen, kemudian pada Januari 2019 naik menjadi 14,6 persen.
Sementara, survei terbaru Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research memperlihatkan elektabilitas PDIP per 15 Februari berada di angka 22,9 persen. Padahal, pada periode November 2018 elektabilitas PDIP sebesar 25,7 persen.
Survei indEX juga memperlihatkan peningkatan elektabilitas cukup signifikan terhadap elektabilitas partai baru. PSI kini sudah menembus parliamentary treshold (PT) dengan elektabilitas 4,1 persen. Sedangkan Perindo makin mendekati dengan 3,4 persen. (dil/jpnnjpg)