JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Jelang Pilpres 2019 mendatang, media sosial mulai marak adanya berita bohong atau hoax. Apabila tidak ada filter, maka masyarakat bisa dengan mudah mempercayainya.
Ketua Himpunan Pemerhati Hukum Siber Indonesia (HPHSI), Galang Prayogo mengajak masyarakat untuk tidak termakan isu berita bohong atau hoaks dalam menghadapi tahun politik di Indonesia.
Kata Galang, berdasarkan laporan Tetra Pax Index 2017, ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia dan 40 persen dari itu merupakan penggila media sosial. “Artinya, dari data tahun lalu itu saja, ada sekitar 50 juta orang yang berkecimpung di media sosial, dan berpotensi menjadi sasaran hoax,” ujar Galang dalam keterangan tertulis yang diterima JPG, Jumat (17/8).
Oleh sebab itu, dosen di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) itu memprediksi akan banyak bermunculan akun-akun baru di media sosial jelang Pilpres 2019. Akun tersebut akan melakukan aksinya untuk membuat keruh suasana jelang Pilpres 2019. “Baik akun yang dibuat oleh para timses, maupun pihak-pihak luar yang bisa jadi justru akan membuat keruh suasana media sosial di tahun politik ini,” katanya.
Galang menegaskan, pemerintah harus memberi perhatian lebih mengenai hal ini, khususnya untuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Pasalnya hoax ini akan menggangu jelang hajatan lima tahunan mendatang. Kata dia, BSSN harus bekerja. Pasalnya hoax ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dunia siber Indonesia.
“Kasus-kasus pidana dari dunia maya saya prediksi bisa meningkat di tahun politik. Kalau hal ini bisa dicegah dengan program BSSN, kan kepolisian tidak harus jadi pemadam kebakaran,” ujarnya.(gwn/jpg)