JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Debat calon wakil presiden (cawapres) malam tadi lebih mirip paparan visi-misi. Hampir tidak ada adu argumen yang berarti antarkandidat. Cawapres 01 Ma’ruf Amin tidak banyak mendebat paparan cawapres 02 Sandiaga Uno. Begitu pula sebaliknya.
Debat cawapres yang diadakan di Hotel Sultan, Jakarta, itu dimulai sekitar pukul 20.00 WIB. Dalam paparan perdana, Ma’ruf Amin menekankan pentingnya keberlanjutan pembangunan yang sudah dijalankan selama masa kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla. Ma’ruf menegaskan bahwa dirinya akan melanjutkan program-program yang sudah ada. “Kami bertekad memperbesar manfaat program yang telah ada,” ujarnya.
Dia lantas menyebut program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Keluarga Harapan (PKH). Cakupan dua program itu akan diperluas. Untuk pendidikan, program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dilanjutkan dan ditingkatkan levelnya hingga jenjang kuliah. “Orangtua tidak perlu khawatir masa depan. La tahzan wala takhaf. Negara telah hadir dan akan terus hadir,” ujarnya.
Ma’ruf juga memperkenalkan kembali dua program tambahan. Yakni kartu sembako dan kartu prakerja. Kartu sembako diberikan sebagai solusi bagi ibu-ibu agar bisa membeli sembako murah. Sedangkan kartu prakerja memberi kemudahan pelatihan dan pekerjaan bagi anak muda. Ma’ruf juga mengeluarkan tiga kartu andalan pemerintah. Yakni KIP kuliah, kartu sembako murah, dan kartu prakerja. ‘’Supaya anak-anak miskin bisa kuliah, supaya ibu-ibu bisa belanja murah, dan supaya mudah mendapatkan kerja,’’ katanya.
Sandiaga juga lebih sering memaparkan program kerjanya ketimbang mengkritisi paparan Ma’ruf. Dia menekankan visi misinya pada hal-hal mendasar yang dia peroleh dari hasil menyerap aspirasi rakyat. Mulai dari pembukaan sektor usaha untuk lapangan kerja, akses kesehatan yang mudah, hingga pendidikan dan listrik yang murah. Sandi menjanjikan solusi atas sejumlah persoalan yang masih terjadi di sektor-sektor tersebut.
Di sektor pendidikan, Sandi berjanji menuntaskan persoalan ketidakjelasan status dan kesejahteraan guru honorer. Selain itu, sistem Ujian Nasional juga akan dihapuskan. “Sistem UN dihentikan, diganti minat dan bakat,” tegasnya. Sandi menilai, sistem pendidikan dengan mengikuti minat dan bakat lebih bermanfaat dan linier dengan kemampuan setiap siswa.
Persoalan linieritas dan kesinambungan menjadi konsen pasangan 02. Sandi menilai, pendidikan dan dunia kerja harus link and match. Dia berpendapat, salah satu penyebab banyaknya pengangguran adalah tidak bertemunya kualitas SDM yang ada dengan kebutuhan dunia kerja.
Ma’ruf sendiri mengaku memiliki pendekatan yang sama. Karena itu, kata Ma’ruf, ke depan pemerintah akan mengomunikasikan tenaga kerja dengan dunia kerja. Dia menyebutnya dengan istilah Dudi. “Dunia usaha dan dunia industri,” katanya.
Di sektor kesehatan, Sandi menetapkan penyelesaian persoalan defisit di tubuh Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) sebagai prioritas. Dia menargetkan, dalam 200 hari pertama, persoalan itu bisa dituntaskan. Menurutnya, defisit BPJS berdampak pada kualitas pelayanan rumah sakit yang buruk.
“Kita pastikan tenaga kesehatan dibayar tepat, ketersediaan obat juga terpenuhi,” tuturnya. Ma’ruf menilai, meski ada sejumlah persoalan, program JKN melalui BPJS sudah sangat maju. Hal itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang terdaftar. “Pemerintah sudah melakukan langkah besar memberi pelayanan dengan harga murah,” kata Ma’ruf.
Ke depan, kata dia, perbaikan pelayanan terus dilakukan. Melalui perbaikan infrastruktur fasilitas kesehatan, distribusi tenaga medis, dan kepastian ketersediaan obat. Selain itu, gerakan masyarakat sehat juga dicanangkan sebagai langkah preventif dengan pendekatan keluarga. “Sehingga diharapkan penyakit berkurang,” tuturnya.(far/lum/jpg)