OLEH KHAIRUNNAS RAJAB - GURU BESAR PSIKOLOGI AGAMA UIN SUSKA RIAU

Keangkuhan, Pembunuh Berdarah Dingin

Petuah Ramadan | Senin, 13 Mei 2019 - 11:54 WIB

Keangkuhan, Pembunuh Berdarah Dingin

KEANGKUHAN, kesombongan, dan kecongkakan merupakan sifatiyah manusia yang muncul sejak zaman “baholak”. Sifat ini merugikan diri sendiri dan orang sekitar. Sifat angkuh, sombong, dan congkak perlu dieliminir dan didegradasi dari kepribadian muslim, untuk kesehatan mental paripurna. Sifat angkuh, sombong, dan congkak dalam psikoterapi Islam adalah pembunuh berdarah dingin yang mematikan, hingga hari ini banyak orang yang merasa kaya dan bertakhta, lalu kemudian miskin dan menjadi hina dina.

Umar ibn Khattab menyampaikan, “Aku heran melihat manusia, kenapa mereka sombong. Padahal mereka itu hanyalah tong sampah yang penuh noda. Mulai dari rambut dengan ketombe, mata yang bertahi, demikian juga telinga, hidung, gigi, perut apalagi.

Baca Juga :Kediaman Imam Al Aqsa Diserbu Pasukan Israel

Termasuk kuku, sekujur badan berlumur kotoran.”

Sombong adalah sifat Allah yang dinisbahkan dengan salah satu asma’ ul husna yaitu al-Mutakabbir. Al-Mutakabbir, Tuhan Yang Memiliki Kemegahan, kebesaran, angkuh, dan tidak dapat ditundukkan. Kemegahan, kebesaran, dan keangkuhan adalah asma’ yang tidak boleh disifati manusia. Sekalipun demikian, individu dapat menjadikannya sebagai sandaran dalam berperilaku, bertindak, dan berbuat, bahwa asma’ al-Mutakabbir adalah Sang Pemilik Kemegahan, Kebesaran, dan Keangkuhan. Sementara manusia adalah makhluk yang rendah, tidak boleh sombong, angkuh, dan bermegah-megah. Individu harus berperilaku, berbuat, dan bertindak dengan penuh ketawadukan. Internalitas sifat tawaduk ke dalam diri adalah upaya menyinergikan sisi kemanusiaan dengan ketuhanan yang memiliki ke-Mahaan asma’ al-Mutakabbir.

Manusia pada elemen ini adalah makhluk yang tidak punya upaya, rendah, dan hina dina. Oleh sebab itu manusia perlu sandaran yang kuat dari sang pemilik asma’ al-Mutakabbir tersebut. Yaitu Allah SWT. Individu diharuskan dan senantiasa berdoa, bermunajat, dan meminta kepada asma’ al-Mutakabbir. Individu yang benar-benar dan bersungguh-sungguh merendahkan diri, berdoa, dan bermunajat kepada al-Mutakabbir dapat diijabah sesuai dengan permintaan dan harapan.

Apabila individu bertawaduk, untuk kemudian berdoa, bermunajat, dan memohon kepada Al-Mutakabbir, sehingga harapannya terkabul, maka tahapan ini adalah prosedur psikoterapi Islam yang dapat merekonstruksi dan membangun kepribadian dan kesehatan mental. Sombong merupakan penyakit hati yang mana pengidapnya merasa bangga dan memandang tinggi diri sendiri. Diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim).

Kesombongan, keangkuhan, dan kecongkakan adalah penyakit mental yang mengganggu stabilitas diri dan masyarakat. Sikap merendahkan, meremehkan, dan menghina orang lain adalah penistaan yang melawan kodrat kemanusiaan. Manusia adalah bagian dari makhluk Allah Azza Wajalla yang diciptakan untuk tujuan pengabdian, khalifah fil ardh, dan memiliki sifat kemulian serta dijadikan sebagai komponen yang sempurna dan sebaik-baik bentuk. Manusia yang diciptakan sebagai hamba yang memiliki keharusan beribadah dan pengabdian adalah indikator bahwa mereka adalah hamba di sisi Tuhannya. Maka kemurkaan Tuhan kepada iblis yang sombong dan tidak berperilaku sebagai hamba yang tunduk kepada perintah, justru menjadikannya terusir dari surga.

Allah Azza Wajalla juga sangat murka kepada Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan,”ana rabbakumul a’la” sebuah statemen keangkuhan, kesombongan, dan kecongkakan yang mengalahkan semua sikap kemanusiaan sejak dunia terbentang. Fir’aun memang memiliki kemampuan yang lebih baik dari masyarakat di masanya, namun sifat angkuh, sombong, dan congkak membuatnya musnah. Karena sesungguhnya Allah Azza Wajalla adalah: “al-haqqu min rabbika”, bahwa kebenaran hanya di sisi Tuhan yaitu Allah SWT. Kemurkaan Allah Azza Wajalla juga ditunjukkan pada sosok yang kaya raya, Karun. Si Karun diluluh lantakkan ke bumi bersama dengan harta kekayaannya berlimpah ruah.

Untuk kemudian harta yang didapat pada simpanan perut bumi, orang menyebutnya harta karun. Baik iblis, Firaun, maupun Karun adalah bagian sejarah kelam untuk dihubungkan dengan sifat angkuh, sombong, dan congkak yang mendatangkan kemurkaan Sang Pemilik Ke-Mahaan Allah Rabbul Jalil. Keangkuhan, kesombongan, dan kecongkakan adalah wilayah sifatiyah al-Mutakabbir yang apabila dinisbahkan kepada manusia, maka mengundang kemurkaan dan kemarahan Allah Azza Wajalla si Pemilik asma’.

Keangkuhan, kesombongan, dan kecongkakan adalah sifat buruk yang dapat merusak sendi-sendi kepribadian dan masyarakat. Individu yang sombong adalah orang yang mengalami gangguan mental hebat. Sifat angkuh, sombong, dan congkak adalah bagian dari penyakit hati yang hanya dapat disembuhkan dengan inabah “taubat” yang diiringi dengan sifat tawaduk, di mana individu memandang sama di antara manusia, pembeda hanyalah ketakwaan kepada Allah SWT. Sifat takwa ini juga yang menjadikan manusia jadi mulia berbanding makhluk lainnya.

Sifat angkuh, sombong, dan congkak harus dikikis dari hati, di mana penguatan keimanan, peningkatan kualitas ibadah, dan sinergitas ihsan dapat dijadikan model internalitas kesadaran bahwa manusia hanyalah makhluk Tuhan yang diangkat derajatnya dengan ketakwaan, ketaatan, dan kesalehan kepada Allah SWT.

Semakin implementatif sifat takwa, taat, dan saleh dari diri individu, maka seyogyanya ia telah memasuki tahapan rekonstruksi ke arah kesehatan mental yang lebih baik. Apabila sifat angkuh, sombong, dan congkak tereliminir, maka ia telah mengikuti proses terapeutik secara kuratif menuju kesehatan mental dan kepribadian yang utuh.***

Editor: Eko Faizin









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook