Pesan-pesan mengenai Ramadan tidaklah baru, karena umat Islam tahu dan selalu menunggu kehadiran Syahrus Shiyam itu. Setiap kali Ramadan datang, geliat dan kiat-kiat ibadah khusuk di satu bulan penuh itu menjadi perhatian kaum muslimin.
Tidak jarang individu mengumpulkan uang yang diharapkan mampu menutupi keperluan selama Ramadan bergulir. Ada juga di antara masyarakat Islam yang terus menerus melakukan riadhoh (exercises) agar jiwa damai menghadapi Ramadan karim yang dimaksud.
Bulan Ramadan adalah Syahru Shiyam, di mana setiap individu muslim bertanggung jawab terhadap amalnya; menjaga dan merawat agar fungsi ibadah termanfaatkan bagi kesehatan fisikal dan psikologikal.
Ibadah puasa Ramadan adalah rahasia antara seorang ‘abid dengan Tuhannya. Dialog orang yang berpuasa dengan Allah Azza Wajalla secara vertikal adalah perjumpaan kejujuran dan sifat amanah secara simultan. Dialog ini jadi konkret terlihat nyata dengan riadhah yang dilakukan sang shaim, di saat luar Ramadan dengan berpuasa sunat di bulan Syakban. Ketika Ramadan karim datang, si shaim hanya meneruskan amalan yang sudah jadi kebiasaan yang internal di dalam diri.
Ramadan menyimpan banyak rahasia antara sang hamba dengan Tuhannya, sesama, bahkan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Rahasia itu tidak mudah disingkap, Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsy, Shumuliy wa Ana ajzibiy, berpuasalah untuk-Ku dan Aku yang membalasnya.
Pesan ini mendeskripsikan rahasia-rahasia seorang hamba yang sedang berpuasa dengan Tuhannya Yang Maha Mengetahui. Jika amanah sebagai shaim terjaga untuk tidak makan, minum, berjimak, bermaksiat, dan mengendalikan kejiwaan tetap senantiasa berada dalam koridor, maka Allah SWT akan membalasnya dengan sesuatu yang tiada tara dan sulit diukur.
Rahasia balasan bagi shaim secara implisit ada dalam QS. Albaqarah:183, yaitu takwa. Takwa adalah pemeliharaan dari kenistaan, fakhsya’ dan fujur. Orang yang bertakwa merupakan sosok yang terbebas dari ‘iqab (siksa) yang pedih baik di dunia maupun akhirat.
Karakteristik orang yang bertakwa tercermin pada sikapnya yang pemaaf, menolak dendam kesumat, gemar berinfak, dan meninggalkan kezaliman. Konstruksi kepribadian shaim yang takwa inilah yang kemudian menjadi rahasia Allah untuk memberikan tempat di jannah yang luasnya selebar langit dan bumi.
Rahasia lain antara hamba dengan Allah SWT, di mana shaim menghentikan semua perilaku buruk menuju takwa adalah rahasia sejati. Karena dalam kaitan ini, ketika shaim melakukan sesuatu yang dapat mengurangi atau membatalkan ibadah puasa, tidak semua diketahui orang lain, tetapi Allah SWT Maha Mengetahui.
Di sini letak kerahasiaan dan amanah puasa yang diterima seorang mukmin. Berpuasalah dengan rahasia-rahasia ketuhanan, sehingga menjamin keridaan segera menjadi milik sang shaim. Allahu a’lam bisshowab.***