Sesungguhnya saat Ramadan inilah Allah SWT menggembleng kadar keimanan dan ketakwaan kita dengan harapan sertifikasi takwa pada akhirnya berhasil kita raih. Setiap kali bulan Ramadan datang, kita senantiasa mengucapkan “marhaban ya Ramadan”. Kata marhaban, artinya selamat datang, sebagai kata seru untuk menyambut dan menghormati tamu. Marhaban diambil dari kata rahb yang berarti luas/lapang. Sehingga Marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dengan lapang dada, penuh dengan kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Marhaban ya Ramadan mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak menggerutu karena akan mengganggu ketenangan/suasana nyaman kita.
Allah SWT telah mengaruniakan berbagai bentuk nikmat dan anugerah yang tidak terhingga banyaknya kepada kita. Antara anugerah yang paling berharga itu ialah bulan Ramadan yang sedang kita lalui sekarang ini. Ibadah puasa yang dilaksanakan dengan sempurna selama sebulan mampu mengembalikan manusia kepada fitrah kejadiannya. Berdasarkan kelebihan puasa ini, maka Allah SWT turut mewajibkan umat Islam dan umat yang terdahulu untuk berpuasa. Firman Allah SWT di dalam surah al-Baqarah ayat 183 yang artinya, ” ”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu supaya kamu bertakwa.””
Ayat tersebut menjelaskan bahwa puasa dapat mendidik seseorang menjadi mukmin bertakwa kepada Allah SWT, yaitu mukmin yang patuh kepada semua perintah Allah SWT serta menjadi mukmin yang takut dan gentar kepada Allah dengan meninggalkan segala bentuk maksiat baik lahir atau pun batin.
Selain itu, puasa bukan saja menahan diri daripada makan dan minum, lebih daripada itu seluruh anggota seperti telinga, mulut, mata, kaki, tangan dan hati juga hendaknya turut berpuasa. Seseorang itu tidak dinilai sempurna ibadah puasanya apabila tidak menahan diri daripada melakukan segala larangan Allah SWT.
Bulan Ramadan dikaruniakan dengan banyak keistimewaan yang luar biasa. Di antaranya ialah pintu surga akan terbuka dengan seluas-luasnya. Sedangkan pintu neraka akan tertutup serapat-rapatnya dan para syaitan akan diikat dan dirantai. Sepuluh hari pertama Ramadan merupakan rahmat, pertengahannya keampunan dan akhirnya kebebasan dari api neraka. Ini menunjukkan bahwa pundi-pundi amal kebaikan di bulan Ramadan sangatlah banyak.
Gambaran ini menunjukkan betapa luasnya ruang yang disediakan oleh Allah SWT melalui bulan Ramadan untuk mendidik nafsu manusia agar tunduk di bawah pengaruh iman dan takwa. Alangkah bahagianya orang yang mengambil faedah dari kesempatan yang Allah sediakan ini.
Oleh karena itu, agar puasa kita semakin sempurna dan kian meningkat kualitas pahalanya, sebaiknya dalam memasuki bulan Ramadan ini, kita senantiasa perlu merebut beberapa hikmah yang mesti diambil dari tarbiyah Ramadan. Antara lain, kejujuran, kedisiplinan, dan kesehatan fisik.
Sungguh, puasa amat memberikan dorongan besar bagi suksesnya peradaban muslim. Hal ini dapat diketahui bahwa sejarah juga menunjukkan sukses-sukses besar yang diperoleh umat Islam pada masa Rasulullah SAW yang diperoleh pada bulan Ramadan, seperti kemenangan umat Islam atas kaum kafir Qurais dalam perang Badar yang terkenal dahsyat dan tidak berimbang. Akan tetapi walaupun umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa justru puasa Ramadan itulah yang memberikan kemenangan dengan adanya dorongan, motivasi dan etos kerja islami dan spirit yang tinggi kepada umat Islam untuk memperoleh kemenangan.***