Memaknai Kemerdekaan dari Atap Sumatera

Pesona Indonesia | Minggu, 27 Agustus 2017 - 05:00 WIB

Memaknai Kemerdekaan dari Atap Sumatera
UPACARA BENDERA: Suasana upara bendera yang dilaksanakan di Tugu Yudha, peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Hari kemerdekaan adalah momen paling merdeka bagi siapa saja untuk merayakannya. Bisa di mana saja dan dari mana saja. Bisa juga dengan cara yang sedikit berbeda karena waktu dan kondisi yang tidak sama. Begitu juga sekelompok orang yang memaknainya dari puncak tertinggi Sumatera.

JAMBI (RIAUPOS.CO) - PAGI yang cerah, Kamis (15/8), tiba-tiba menjadi gelap dan gerimis berkepanjangan. Cuaca tiba-tiba berubah begitu cepat di sepanjang pendakian Gunung Kerinci siang itu. Riau Pos bersama Pendaki Gunung Indonesia (PGI) Korwil Riau dan beberapa voulentir, bersiap dengan jas hujan. Puluhan pendaki lain yang sama-sama naik, juga begitu. Sangat dingin. Padahal puncak masih sangat jauh. Ekspedisi baru dimulai. Tapi, jalur yang sulit, licin, mulai  tidak bisa dihindari.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tidak ada pendaki yang tidak membawa beban di pundaknya. Kecuali beberapa pendaki perempuan. Carrier berbagai ukuran, bahkan lebih tinggi dari si pendaki, menempel di punggung mereka. Puluhan kilo, bahkan ada yang mendekati seratus kilo. Keperluan pribadi dan perlengkapan bersama  seperti tenda dan logistik untuk tiga hari, menumpuk di dalamnya. Semua tertutup rapi. Berlapis plastik packing di dalamnya, dan ditutup dengan raincoat di luarnya. Aman dari hujan. Di beberapa bagian carrier, di lengan, tangan dan kening beberapa pendaki, ada merah putih yang terikat kuat.  

Jumlah pendaki kali ini sangat ramai. Barangkali mendekati angka seribu.  Tidak seperti hari biasa yang hanya puluhan. Mereka semua ingin mengibarkan bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan merayakan hari kemerdekaan di puncak gunung tersebut. Hampir semua gunung di Sumatera dan guung-gunung lain di Indoensia tidak ada yang sunyi di hari itu. Hanya saja, pendaki di Gunung Kerinci tidak seramai di Gunung Talang, Singgalang dan Marapi di Sumbar. Di ketiga gunung ini, jumlahnya lebih dari lima ribu pendaki. Sementara pendaki di Gunung Kerinci diperkirakan seribu paling banyak. Selain jalurnya sulit, lokasi kemping juga terbatas. Bahkan pendaki harus antre dan bergantian untuk bisa mencapai puncak karena hanya bisa menampung sekitar 30 pendaki saja.

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian puncak 3805 mdpl dan masuk dalam kawasan Taman Nasonal Kerinci Seblat (TNKS). Gunung yang terletak di kawasan Sungai Penuh, Provinsi Jambi ini juga menjadi gunung tertinggi Sumatera dan menjadi salah satu dari tujuh gunung tertinggi di Indonesia (Seven Summits) dengan urutan kedua. Enam gunung lainnya, atau enam gunung tertinggi di enam pulau lainnya yakni, Jaya Wijaya 4.884 mdpl (Papua), Gunung Rinjani 3.726 mdpl (NTT), Gunung Semeru 3.676 mdpl (Jawa), Gunung Latimojong 3.430 mdpl (Sulawesi), Gunung Binaiya 3027 mdpl (Maluku), Bukitraya 2.278 mdpl (Kalimantan). Tak heran jika gunung ini didatangi banyak pendaki dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan manca negera.

Udara sejuk sudah mulai terasa ketika para pendaki beristirahat sebelum melakukan pendakian. Pada umumnya pendaki datang sore atau tengah malam, istirahat tidur, dan paginya melakukan pendakian. Tempat istirahat untuk para pendaki juga banyak disediakan masyarakat tempatan. Ada basecamp dan juga homestay di beberapa tempat. Hamparan kebun teh nan hijau dan luas, membentang luas di bawah kaki gunung ini. Di depan basecamp hingga sepanjang jalan menuju tempat terakhir kendaraan, dipenuhi kebun teh. Banyak juga sayur-sayuran.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook