PIALA EROPA 2020

Perang Balkan, Kroasia, dan Luka Modric

Perca | Sabtu, 26 Juni 2021 - 06:33 WIB

Perang Balkan, Kroasia, dan Luka Modric
Kapten Kroasia, Luka Modric, saat merayakan gol bersama para pemain lainnya ketika Kroasia menang 3-1 atas Skotlandia di penyisihan grup akhir Piala Eropa 2020. (TWITTER UEFA)

Catatan Hary B Koriun

Kroasia lahir dari Perang Balkan III yang berdarah dan melahirkan ribuan penderitaan itu. Perang dengan sentimen agama dan etnis, yang kemudian menhancurkan Federasi Yugoslavia yang besar dan megah. Negara-negara bagian akhirnya memerdekakan diri, yang didapat dengan mengorbankan ratusan ribu nyawa.


Ini bukan Perang Balkan I yang pecah para 8 Oktober 1912 antara Turki Ottoman  yang menguasai Makedonia melawan Liga Balkan yang terdiri dari Bulgaria, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Makedonia sendiri. Setelah mengalahkan Turki, mereka justru berperang di internal Liga Balkan setelah pembagian wilayah kekuasaan lebih menguntungkan Makedonia. Akhirnya Serbia, Montenegro, Makedonia, Kroasia, Slovenia, atau Bosnia bersatu membentuk Federasi Yugoslavia menghadapi Bulgaria yang dikenal sebagai Perang Balkan II.

Perang Balkan III justru kebalikan dari Perang Balkan II. Jika Perang Balkan II menyatukan negara-negara tersebut menjadi Yugoslavia, kini negara-negara tersebut berjuang untuk memisahkan diri karena Serbia dianggap terlalu sewenang-wenang, terutama terhadap etnis non-Serbia. Sentimen agama juga muncul dalam perang ini karena negara-negara bagian yang mayoritas penduduknya beragama Islam, mendapatkan tekanan begitu kuat dari Serbia.

Dari semua perang melepaskan diri dari Yugoslavia (yang dikuasai entis Serbia) itu, Perang Bosnia menjadi yang paling mengerikan. Sentimen etnis dan agama bercampur di sini. Salah satu jendral Serbia, Radovan Karadzic, dianggap orang paling tertanggung jawab atas genosida (pembersihan etnis) Bosnia di Srebrenica pada tahun 1995, yang membantai 8.000 lebih penduduk Bosnia.

Perang Balkan III ini memunculkan banyak penjahat perang yang kemudian diadili oleh Mahkamah Internasional Den Haag, Belanda. Selain Karadzic, mereka adalah mantan Presiden Yugoslavia saat perang berlangsung yang mendapat julukan "Penjagal dari Balkan", Slobodan Milosevic. Lalu ada "Jagal Bosnia" Jendral Ratko Mladic, Franjo Tudjman (pernah menjabat sebagai Presiden Kroasia), Zelko Raznatovic, Slobodan Praljak, Ante Gotovina, dan sekian nama lainnya yang rata terlibat dalam Perang Balkan-Bosnia --pembersihan etnis Bosnia-- dan Kosovo.

Dalam kondisi perang yang sangat memilukan itu, anak-anak kecil pencinta sepakbola tetap bermain di antara ranjau-ranjau yang ditanam para tentara. Banyak dari mereka yang terpijak ranjau dan tewas, tetapi banyak juga yang tetap hidup hingga hari ini.

Beberapa pemain Bosnia seperti Edin Dzeko atau Vedad Ibisevic adalah dua di antara yang lolos dari maut yang akhirnya menjadi kekuatan Bosnia Herzegovina dalam membangun fondasi sepakbola mereka. Atau kapten Makedonia Utara (dulu Makedonia/Macedonia) di Piala Eropa 2020 ini --yang untuk pertama kali lolos ke putaran final--, Goran Pandev.

Dari ribuan anak-anak Kroasia yang lolos dari dalam  perang mematikan itu, salah satunya adalah Luka Modric. Pemain-pemain yang lebih muda dari Modric yang disulamkan di tim Kroasia saat ini, mungkin tak pernah mengalami pedihnya perang seperti Modric.  Dalam sebuah wawancara. Modric pernah mengatakan bagaimana dia dan keluarganya harus hidup mengungsi. Di penampungan yang kumuh, kekurangan air bersih dan makanan, dengan selimut seadanya di musim dingin, dia dan teman-temannya tetap bermain bola.

 

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook