DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Kemendikbud Dinilai Tidak Peka Perjuangan Guru

Pendidikan | Kamis, 28 Januari 2021 - 14:06 WIB

Kemendikbud Dinilai Tidak Peka Perjuangan Guru
Guru memberikan materi mata pelajaran olahraga secara daring di sebuah kelas kosong di SDN Pondok Cabe Udik 01, Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat (8/1/2021) lalu. (DOK JAWAPOS.COM)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merencanakan hanya guru berprestasi yang mendapat tunjangan profesi. Hal ini lantaran kualitas pendidikan yang tidak meningkat meskipun ada tunjangan.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan pernyataan ini menyakiti hati guru yang tengah berjuang di tengah pandemi untuk memberikan pembelajaran yang optimal.


"Pernyataan Kemendikbud ini sangat tidak peka terhadap perjuangan guru apalagi di daerah-daerah selama PJJ. Mereka harus mengajar mengunjungi rumah-rumah siswa, banyak tantangannya dalam mengajar PJJ. Mereka tetap semangat mengajar walaupun di masa pandemi," terang dia kepada JawaPos.com, Kamis (28/1).

Pihaknya sangat kecewa atas pernyataan tersebut. Menurutnya, profesi guru seakan tidak dihargai apabila rencana tersebut dilakukan. "Kawan-kawan guru sangat kecewa mendengar ucapan itu. Profesi guru justru direndahkan oleh orang tua sendiri, yakni Kemendikbud," ucapnya.

Adapun, dari hasil survei P2G terhadap guru pada awal Desember 2020 di 100 kota/kabupaten dan 29 provinsi menunjukkan, mayoritas hampir 70 persen guru tetap semangat, bahkan bahagia mengajar walaupun terkendala pandemi. Menurutnya, apabila itu terjadi, ini adalah perlakuan tidak adil kepada guru.

"Kemendikbud mestinya menangkap optimisme guru ini, bahkan tak jarang guru yang bersikap altruistik atau berjiwa pengorbanan," tambahnya.

Kemudian juga pernyataan ini bertolak belakang dengan apa yang sering disampaikan oleh Kemendikbud, yaitu menyejehterakan para guru. Dengan rencana ini, Kemendikbud bukan menyejahterakan guru, melainkan menyengsarakannya.

"Di sisi lain Kemendikbud selalu bicara bahwa komitmen mereka untuk mensejahterakan guru, mendapatkan penghasilan yang layak, mengingat masih banyak guru yang belum sejahtera. Jadi saya melihat pernyataanya saling bertolak-belakang. Paradoksal," tegas Satriwan.

Oleh karenanya, dia meminta pernyataan tersebut ditarik kembali oleh pihak Kemendikbud. "Kami berharap, pernyataan Kemdikbud tersebut ditarik kembali oleh Kemdikbud. Jelas-jelas ini telah melukai kami para guru," pungkasnya.

JawaPos.com pun mencoba menghubungi Kabalitbangbuk Kemendikbud Totok Suprayitno, namun sampai berita ini terbit, dia masih belum memberikan jawaban perihal kebenaran pernyataan tersebut.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemebdikbud Hendarman mengatakan belum mengetahui isu tersebut. "Belum tahu saya. Nanti tunggu berita resmi ya," kata dia kepada JawaPos.com.

Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemendikbud, Totok Suprayitno menilai tunjangan yang diberikan untuk guru belum memberikan dampak positif pada hasil belajar anak didik. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk memberikan tunjangan hanya kepada guru yang berprestasi.

"Untuk merespons bahwa tunjangan tadi belum secara nyata berpengaruh pada hasil belajar, maka ke depan kita berharap penghargaan atau tunjangan lebih akan diberikan kepada guru dengan kompetensi yang baik atau performa berkualitas, dikaitkan dengan kinerja," jelasnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI secara daring, Rabu (27/1).

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook