"Pelaku radikalisme bukan hanya Islam, agama lain juga ada. Contohnya di Sulawesi Utara, pelaku radikalisme nonmuslim, tapi kan ini tidak terekspos. Yang di-blowup media kalau pelakunya muslim," katanya usai pertemuan para rektor perguruan tinggi negeri se- Indonesia dalam upaya menangkal radikalisme di Jakarta, Senin (25/6/2018).
Di sisi lain, menurut Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Panut Mulyono, mahasiswa terpapar radikalisme bukan di dalam kelas, melainkan di luar kampus, seperti masjid, musala, kos-kosan, atau tempat-tempat tertentu pada lingkungan sekitar.
"Sebenarnya di kampus itu bisa dikontrol semua kegiatan mahasiswa dan dosen. Namun, kegiatan di luar kampus itu yang susah diawasi," tuturnya.
Sementara itu, guna menangkal radikalisme di lingkungan perguruan tinggi, Nasir meminta seluruh rektor untuk mendata nomor telepon dan medsos dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini.
"Tujuannya satu, kami ingin ini jadi ajang komunikasi mahasiswa dan rektor, mahasiswa dengan kementerian. Selama ini sering terjadi permasalahan, misalnya beasiswa bermasalah, ada pengaduan. Di samping ada urusan radikalisme," tuntasnya. (esy)
Sumber: JPNN
Editor: Boy Riza Utama