JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Soal HOTS diduga diambil dari Soal Programme for International Students Assessment (PISA) karena ada beberapa soal yang konteksnya tidak sesuai dengan Indonesia.
"Di Indonesia, pembelajaran tidak HOTS, hanya L1 mentok-mentok di L2. Jadi, anak tidak bisa jawab soal UN bukan bodoh atau tidak kerja keras. Tapi alat ukurnya salah," katanya di Gedung LBH Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Pihaknya, imbuhnya, mendukung adanya soal HOTS. Namun, mereka tetap mendesak soal HOTS yang implementatif dan kontekstual, dapat lebih mengarah ke kehidupan sehari-hari.
"Soal HOTS harus kontekstual, yaitu sehari-hari seperti belajar teori di sekolah jadi anak dikasih soal HOTS bisa kerjakan. Kalau soal kemarin, anak disuruh mencari NaCl dalam 1 ton bola salju , padahal Indonesia negeri tropis, kalau itu soal untuk anak Eropa, paparnya.
"Jadi, kami duga ini soal di PISA, dinilai bagus lalu diambil jadi soal UN," ungkapnya.