ISTRI WAKO KE-10 PEKANBARU DAN GURU BESAR PEREMPUAN PERTAMA DI RIAU

Mendidik Anak dengan Keterbukaan dan Kebersamaan

Feature | Jumat, 22 Desember 2023 - 09:27 WIB

Mendidik Anak dengan Keterbukaan dan Kebersamaan
Prof Hj Aswarni Adam SH (ISTIMEWA)

Kasih ibu sepanjang masa, kasih ayah sepanjang jalan. Barangkali peribahasa yang masih kerap dibaca atau terucap secara lisan dalam beberapa kesempatan. Bahkan, dalam hadis nabi, Ibu disebutkan tiga kali baru kemudian ayah satu kali. Demikian juga peran ibu dalam kehidupan, tentu amatlah penting. Pada momen Hari Ibu 22 Desember ini, Riau Pos berkesempatan berbincang dengan profesor atau guru besar perempuan pertama di Riau, juga istri Wali Kota ke-10 Pekanbaru, Prof Hj Aswarni Adam SH.

Laporan Evan Gunanzar, Pekanbaru


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Aswarni kecil lahir dari keluarga pedagang sederhana di salah satu daerah di kaki Gunung Marapi bernama Sungai Puar (Pua), Sumatera Barat (Sumbar). Dirinya bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) atau saat ini Sekolah Dasar (SD) dengan menempuh jarak 14 km pergi dan pulang. Tidak jarang dirinya sampai ke rumah hingga malam karena jarak sekolah yang cukup jauh tersebut.

Lahir dari keluarga sederhana, menyebabkan dirinya mengetahui betul seperti apa perjuangan orang tuanya dalam membesarkannya. Bagaimana dirinya dididik untuk menggapai cita-cita yang diinginkan.

Melihat kebiasaan di kampungnya, di mana setiap anak harus punya modal mesin jahit dan kepintaran menjahit untuk modal dalam berumah tangga, nantinya alat dan kemahiran itu menjadi modal memenuhi kebutuhan hidup disamping menjadi ibu rumah tangga.

Kebiasaan ini menjadi tantangan perempuan satu-satunya dari empat saudara ini untuk merubah pola tersebut dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk menggapai cita-cita. Hal ini yang mendasari perempuan yang pernah menjadi Dekan Fakultas Hukum UIR tahun 1977 ini dalam mendidik kelima anaknya. Karena menurutnya anak-anaknya harus mengetahui norma-norma berperilaku dalam kehidupan.

”Anak-anak saya harus tahu bagaimana kehidupan itu berjalan, paling mendasar adalah bagaimana mereka harus memperoleh apa yang mereka ingin capai dengan cara yang halal,” kata Aswarni saat berbincang dengan Riau Pos di kediamannya di Jalan Mulyorejo No. 15  Pekanbaru, Senin (18/12).

Dikatakannya, memang mendidik anak bukan merupakan hal yang mudah, karena membutuhkan kesabaran dan cara tersendiri agar anak-anak bisa memahami orang tuanya. Apalagi disamping mendidik anak, dirinya juga disibukkan dengan berbagai kerjaan diluar sebagai pendidik.

”Membagi waktu yang baik dalam bekerja dan mengurus anak menjadi salah satu kunci saya agar tetap dapat selalu ada di saat anak-anak membutuhkan saya meskipun saya juga disibukkan dengan kerjaan lain di luar,” kata nenek dari 10 cucu dan 3 cicit ini.

Aswarni yang juga istri Wali Kota Pekanbaru ke-10 Ibrahim Arsyad ini mengatakan, komunikasi yang terus dilakukan dengan suami dalam mendidik anak juga menjadi faktor yang sangat penting. Terkadang saat suami marah, peran istri sebagai penenang ada di sana.

”Biasanya kalau bapak sedang marah dengan anak-anak diamin aja dulu, nanti kalau sudah tenang, baru saya ngobrol sama bapak mengenai pola-pola didik yang ingin kami terapkan kepada anak-anak,” ungkapnya.

Perempuan yang dikukuhkan sebagai guru besar wanita pertama di Riau pada tahun 1990 ini menceritakan bahwa dirinya memberikan kebebasan kepada anak-anak dalam menentukan pilihan hidup mereka. Meski begitu dirinya mengaku, kebebasan itu juga tetap dalam kontrolnya.

Selain itu dikatakan Aswarni, Dirinya juga mengajarkan anak-anak untuk selalu menjadi pribadi yang sederhana dan tidak sombong, terlebih menjadi anak pejabat, sehingga orang lain juga akan menghargai.

”Anak saya pernah ada yang dari bandara mau pulang ke rumah, jadi saat diantar ke rumah sopirnya bilang ini rumah wali kota, namun anak saya tidak mau ngomong kalau dia anak wali kota, dia malah bilang nanti kita izin aja sama penjaganya kepada sopir itu,” ceritanya.

Aswarni juga mengingatkan agar selalu menghormati, dan patuh kepada orang tua. ”Siapapun kita, kita keluar dari perut ibu, oleh karena itu perlu penghormatan kepada ibu, itu yang perlu kita sadari,” ungkapnya.

Ditambahkannya, sebagai anak, jangan pernah lupa asal kita dari mana, jangan pernah buat ibu kita terluka dan bersedih. ”Jangan pernah malu terhadap ibu apabila kita sudah sukses, Siapa saja kita dari golongan apapun, dan pekerjaan apapun, Setiap anak harus selalu menghormati ibu mereka,” tutupnya.

 

Aswarni lahir dari ayah dan ibu yang pada waktu itu merantau ke Medan untuk mengadu nasib yang mana pada saat itu di kampung belum mendapat penghasilan yang memadai. Disaat perjuangan hidup di Medan juga belum berhasil sehingga saat Aswarni berusia satu tahun kembali dibawa pindah ke kampung di Sungai Puar.

Aswarni yang lahir dari keluarga sederhana ingin mengingatkan kepada anak hingga cucu serta generasi muda untuk selalu ulet dan tabah menghadapi setiap cobaan dan kesulitan yang dihadapi. Aswarni merupakan seorang ibu dengan lima anak, anak pertamannya Dr Irda Fidrianny M.Sc, anak keduanya bernama Ir Irda Meirina, Anak Ketiganya Drs Irvandi Gustari MBA, anak keempatnya bernama Drs Irvandi Ferizal MM, dan anak terakhirnya Irda Anggreiny  SE MM.

Anak ketiga Aswarni Adam, Irvandi Gustari menceritakan mengenai  ajaran mami (panggilan Aswarni) yang selalu mengajarkan anak-anaknya mengenai kesederhanaan dan mengingatkan anak-anaknya untuk mencari rezeki yang halal. “Mami selalu mengingatkan agar kami jangan pernah sombong, karena semua ini adalah titipan, mami juga mengatakan jabatan sekarang ini adalah amanah yang harus kami pergunakan untuk kemaslahatan umat,” katanya.

Irvandi Gustari yang juga merupakan Direktur Utama Bumi Putera ini mengatakan kalau ibunya selalu mengingatkan kami agar selalu bersyukur dan rendah hati. “Mami selalu bilang saya hidup seperti saat ini bukan karena saya hebat, tetapi saya dikasi pintar sama tuhan itu adalah anugerah yang harus saya syukuri dan berbagi kepada orang lain,” katanya kepada Riau Pos.

Diceritakannya, ibunya sering mengingatkan mereka bagaimana perjuangan Aswarni saat sekolah dulu, dimana saat perang, harus bersekolah dengan serius. Hal itu menjadi lecutan sendiri bagi anak-anaknya untuk bersekolah lebih semangat apalagi dimasa kemerdekaan.

Hingga saat ini dirinya masih menganggap apa yang sudah dicapai  masih belum ada apa-apanya dengan apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang tuanya. Sebagai ibu, Aswarni pun tidak pernah meminta balasan apa-apa dari anak-anaknya. "Mami pernah bilang kepada kami, kalau mami gak perlu harta anak-anak mami, tapi mami perlu perhatian anak-anak,” kata mantan Dirut Bank Riau-Kepri itu.

Dirinya juga pernah bertanya kepada Aswarni mengenai ukuran kesuksesan dari ibunya. “Saat kami tanya, apa yang jadi ukuran sukses dari mami, mami bilang,sekolahnya harus lebih bagus dari mami, kalau kalian dikasi harta akan habis, tp kalau dengan ilmu itu bisa kalian kembangkan terus,” ungkapnya.

Irvandi Gustari juga mengatakan kalau ibunya tidak pernah merepotkan anak-anaknya, ibunya pun masih memberlakukan mereka seperti anak-anak. “ Mami itu masih memberlakukan kami -kami seperti anak kecil. Ibu selalu bilang, bagaimanapun kalian adalah anak dimata mami,” jelasnya.

Aswarni Adam dimata seorang Irvandi Gustari adalah sosok yang pantang menyerah, dan memiliki disiplin yang luar biasa, meski mendidik dengan lemah lembut, tapi semua yang dimintanya selalu menjadi pedoman kami dalam menjalani kehidupan.*









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook