WISUDA AKMR

Sarjana yang Seniman, Seniman yang Sarjana

Pendidikan | Minggu, 18 Oktober 2015 - 11:55 WIB

Sarjana yang Seniman, Seniman yang Sarjana

Akamdemi Kesenian Melayu Riau (AKMR) kembali melaksanakan sidang senat terbuka untuk mewisuda lulusannya. Kampus seni kedua di Sumatera, Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) kembali melahirkan sarjana yang seniman, seniman yang sarjana.

---------------------------------------

Baca Juga :Dirikan Tenda Tanggap Darurat di Wilayah Banjir

KIPRAH AKMR yang merupakan satu-satunya intitusi seni di Riau ini tak perlu diragukan lagi. Para alumni yang berjumlah sekitar 500 ini, 75 persen sudah berkiprah di tengah-tengah masyarakat sesuai bidangnya masing-masing. Para alumni itu menjadi tenaga pengajar, PNS dan juga seniman profesional dengan mendirikan sanggar-sanggar. Itu juga dapat diartikan tempaan ilmu seni budaya Melayu sudah teruji dan terbukti.

Plt Direktur AKMR, Armansyah Anwar mengakui mahasiswa-mahasiswi dari segi jumlah tidaklah ramai. Mahasiswa di AKMR harus memiliki minat dan bakat seni yang seimbang secara simultan. Kedua hal itu menjadi penentu dalam proses belajar-mengajar.

“Minat saja tidak cukup kalau tidak diikuti bakat seni. Oleh karena itu, menjadi konsekuensi logis, pada jumlah siswa yang masuk, tidak sebanyak mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi lainnnya,” jelasnya, pada 10 Oktober lalu di gedung Graha Pena Riau Pos.

Keberadaan AKMR akan diperhitungkan mengingat kebijakan pemerintah yang meletakkan kesenian dan kebudayaan Melayu sebagai tonggak pertumbuhan dan perkembangan negeri.

 “Berkat kerja sama dari pihak lainnya, AKMR dapat diperhitungkan, terutama dalam negeri. AKMR menjadi suatu keniniscayaan apabila dikelola dengan semestinya.  Apalagi mengingat mahasiswanya tidak hanya berasal dari Riau, juga provinsi lainnya Sumatra Utara, Sumatera Barat dan Jambi. Tentu saja hal ini cukup menggembirakan,” jelasnya.

AKMR juga dengan keterbatasannya hari ini hadir sebagai pengawal, sekaligus mengisi ruang-ruang sunyi seni pertunjukan di Riau. Para alumni telah memberikan warna dan keramaian tersendiri bagi seni pretunjukan dalam kontek keRiauan baik dari kuantitas maupun kualitas.

Arman menjelaskan, seni pertunjukan di Riau memang belum mendapat tempat yang layak. Salah satu penyebab adalah derasnya arus globalisasi.  Seni pertunjukan masih setakat memenuhi konteks pelipur lara, sunyi dari apresiasi. Belum adanya kesadaran dan atmosfir di mana seni pertunjukan menjadi  tontonan sekaligus tuntutan, minimnya kajian komprehensif.

“Itulah beberapa penyebab muramnya seni pertunjukan Melayu di Riau. Nah, kondisi itu, tidak berlebihan jika dikatakan, peran AKMR, suatu intitusi yang melahirkan para lulusan yang bertanggung jawab di bidang karya dan ilmu pengetahuan.  Di bidang musik, misalnya, sebelum ada AKMR, jumlah pemain musik sangat terbatas, feomena ini terjadi juga pada bidang seni teater dan tari. Namun setelah AKMR ada, banyak seniman muda yang lahir, yang bisa dipertanggung jawabkan dari karya dan ilmu kaademisnya,” jelas pria yang sehari-hari dikenal dengan nama karya Arman Rambah itu.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook