Buku Budaya Melayu Riau Direvisi dan Diterbitkan Ulang

Pendidikan | Kamis, 16 Agustus 2018 - 12:30 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Isi buku pelajaran Budaya Melayu Riau untuk pelajar SMP kelas IX, menuai polemik karena memuat adat kawin lari yang ada di Taman Rekreasi Sekijang, Kampar. Buku itu diterbitkan oleh Impressa. Oleh karena itu, pihak penerbit akan menghapus bahasan itu, dan diterbitkan ulang.

  

Baca Juga :Drainase Pasar Induk Harus Segera Dibangun

“Kebetulan kita saat ini merevisi buku itu. Saya tidak akan cantumkan itu (bahasan sejarah di Taman Rekreasi Sekijang) lagi,” kata Direktur Penerbit Impressa Mustajab Hadi, Rabu (15/8) siang.

  

Terkait adat kawin lari ini, ada dalam bahasan pariwisata di Riau. Di lokasi pariwisata Sekijang itu, ada sejarah unik yang menjadi daya tarik. Tapi pihak penerbit berjanji akan mengganti dengan bahasan wisata di tempat lain. Setelah itu, diterbitkan ulang. “Saya terbitkan lagi. Saya cari wisata yang lain,” ujarnya.

  

Dia menjelaskan, isi buku tentang pariwisata itu, dikutip dari website resmi Dinas Pariwisata Riau. Oleh karena itu, pihaknya juga merasa keberatan dengan protes dari berbagai pihak.

“Kita kutip di online atau dalam jaringan (daring). Harusnya yang di online pariwisata itu dihapus juga,” katanya.

  

Dia menceritakan, perusahaan sudah menerbitkan banyak jenis buku sejak 2005. Salah satu terbitannya buku tentang Budaya Melayu Riau. Buku ini pertama terbit pada 2010. Buku ini diterbitkan, mengacu dari visi misi Riau yang menjadikan Riau sebagai pusat budaya di Indonesia.

   

“Salah satunya dengan adanya kurikulum pendidikan di sekolah tentang pelajaran budaya Melayu Riau,” kata Mustajab.

   

Dalam kurikulum itu katanya, ada pembahasan tentang wisata. Salah satunya wisata di Kabupaten Kampar, yakni Taman Rekreasi Sekijang. “Kenapa ini dimasukkan? Karena tempat ini ada sejarahnya. Ini saya kutip dari website Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Sumbernya dari situ. Diiambil di online,” ujarnya.

   

Jadi kata dia, kalau ini melanggar atau orang di sekitar tidak terima, dia minta kepada Dinas Kebudayaan Riau untuk tidak didaringkan lagi informasi itu. “Sampai sekarang, masih ada. Protesnya juga harus ke sana. Saya hanya mengutip, bahwa di sana ada sejarah seperti itu,” sebut dia.

   

Tapi sebenarnya kata dia, sejarah seperti itu tidak masalah. Sebab, itu adalah kejadian masa lalu. Kejadian masa lalu, bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat saat ini, untuk tidak melakukan hal yang sama.

 

“Contohnya di Jawa Barat, Sangkuriang, terjadinya Tangkuban Perahu, kisah tentang anak menikah dengan ibunya. Dan itu tidak ada masalah,” ujar dia.

  

Menurutnya, ini menjadi daya tarik wisata, karena di sana ada sejarah yang unik.

“Sebenarnya sejarah itu bisa menjadi pelajaran bagi kita saat ini. Tinggal kita mengambil hikmahnya,” ujar dia.

  

Dia menyebut, ada pihak yang sengaja mencari-cari kesalahan dalam buku tersebut. Pihak itu adalah pesaing bisnisnya.

  

“Siapanya, tak perlu saya sebutkan. Tapi dia ingin pula menerbitkan buku, tapi dengan cara menjelekkan seperti ini. Berarti ada persaingan bisnis,” sebutnya.

  

Sebelum menuai polemik kata dia, buku ini juga sudah diserahkan ke Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Sejauh ini kata dia, tak ada dari pihak LAM Riau yang mempersoalkan isi buku.

“Tidak yang diperbaiki. Artinya tidak ada masalah bagi LAM Riau,” ujar Mustajab.(dal)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook