Negara Indonesia sekarang ini bisa dikatakan sedang mengalami bahaya atau darurat karakter. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini. Banyaknya persoalan-persoalan yang menimpa bangsa ini yang dilakukan mulai dari para wakil rakyat, pejabat-pejabat pemerintahan sampai ke anak-anak bahkan anak-anak yang masih di bawah umur. Persoalan-persoalan yang terjadi yang menjerat bangsa ini mulai dari masalah korupsi entah itu secara perorangan atau berkelompok, narkoba, tawuran, kekerasan seksual dan fisik sampai dengan pornografi dan mungkin banyak yang lainnya.
Dari semua persoalan yang muncul bisa dikatakan akar permasalahan tersebut adalah masalah moralatau karakter bangsa. Padahal Indonesia terkenal sampai keluar negeri sebagai negara yang memiliki keramahan dan negara yang menjunjung tinggi kesopanan yang merupakan budaya ketimuran.
Oleh karena itu, pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sekarang sedang gencar-gencarnya melaksanakan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Pendidikan karakter ini dilaksanakan yang dimulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan menengah dan atas. Pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud ini merupakan penerapan dari visi kemendikbud 2019 yaitu membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter.
Ada 3 strategi yang dapat dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut yaitu penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan mutu dan akses, dan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik.
Melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, Kemendikbud mendorong agar semua pelaku pendidikan memiliki budi pekerti. Caranya yaitu dengan menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang lebih baik, agar semua warganya turut berbudi pekerti. Agar visi Kemendikbud 2019 itu bisa terwujud dan menghasilkan iklim sekolah dan lingkungan yang baik sehingga nantinya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkarakter yang memiliki budi pekerti yang baik maka perlu diciptakan sebuah budaya sekolah.
Budaya sekolah tersebut hendaklah yang dapat mendukung semua program-program yang dibuat oleh sekolah dalam rangka menciptakan dan menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan berbudi pekerti yang baik.
Budaya sekolah adalah pandangan hidup, nilai-nilai atau norma-norma yang dianut yang ditunjukkan dan dilakukan oleh seluruh warga sekolah yang dijadikan pedoman dalam bekerja dan bertingkah laku untuk mencapai tujuan sekolah. Nilai-nilai yang dianut tersebut tercermin dalam sikap dan prilaku seluruh warga sekolah yang dapat terlihat dari kebiasaan-kebiasaan dari seluruh warga sekolah, dimulai dari siswa, guru, penjaga sekolah dan seluruh warga sekolah lainnya. Karena budaya sekolah merupakan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di sekolah maka seluruh warga sekolah harus mempunyai gaya hidup yang sama disekolah yaitu gaya budaya sekolah.
Nilai-nilai yang ada didalam budaya sekolah haruslah nilai-nilai yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah. Nilai-nilai yang telah disepakati bersama tersebut kemudian dijadikan norma-norma yang berlaku di sekolah. Sikap dan prilaku dari seluruh warga sekolah itulah nantinya yang akan menjadi sebuah budaya disekolah tersebut. Seluruh warga sekolah harus konsisten dan secara terus menerus melaksanakan budaya sekolah tersebut dalam berprilaku disekolah.
Sebuah budaya sekolah haruslah didukung penuh dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah agar benar-benar menjadi sebuah budaya sekolah.
Apa pun bentuk dari sebuah budaya yang dilaksanakan sekolah misalnya Sekolah Adiwiyata, sekolah sehat, sekolah ramah anak ataupun bentuk lainnya semuanya merupakan hasil dari bentuk penanaman karakter pada seluruh warga sekolah. Sebuah budaya sekolah akan berhasil bila didukung penuh dan dijalankan oleh seluruh warga sekolah. Bukan hanya siswa yang menjadi objek pembentukan karakter di dalam sebuah budaya sekolah tetapi seluruh warga sekolah termasuk penjual makanan di kantin, penjaga sekolah, satpam, petugas kebersihan sampai dengan masyarakat sekitar. Guru juga merupakan garda terdepan yang tak luput dalam melaksanakan budaya sekolah. Malahan peran guru sangatlah besar dalam hal ini karena guru merupakan sosok yang menjadi panutan yang dilihat, di mana sikap dan prilaku guru diamati oleh semua siswa yang ada disekolah bahkan oleh warga yang ada disekitar sekolah bahkan juga oleh warga yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Bagaimana mungkin budaya sekolah bisa berhasil kalau warga sekolah termasuk gurunya tidak berprilaku dan bersikap seperti nilai-nilai yang ada di sekolah. Bagaimana mungkin sekolah tersebut bisa disebut sekolah berwawasan lingkungan kalau warga sekolah tak perduli dengan tumbuhan yang ada disekolah, tak peduli akan kebersihan lingkungan sekolah. Kantin-kantin masih menjual makanan kemasan, sampah-sampah yang hanya sekedar dibuang ketempat pembuangan sampah yang tidak didaur ulang kembali. Bagaimana mungkin sekolah tersebut bisa disebut sekolah sehat kalau gurunya tidak berprilaku sehat, merokok di areal sekolah, tidak perduli dengan kebersihan kelas dan kesehatan siswanya.
Slogan-slogan yang berisi ajakan-ajakan ataupun imbauan yang ada, yang ditempel di dinding-dinding sekolah jangan hanya menjadi pajangan sekolah tapi merupakan cerminan dari perilaku seluruh warga sekolah. Bila semua nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam budaya sekolah tersebut dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga sekolah niscaya akan terbentuk budaya sekolah yang baik dan hasil akhirnya akan membentuk karakter-karakter peserta didik yang berbudi pekerti. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan dan Pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup ”.***
Februartati MPd, Guru SMPN 40 Pekanbaru