Guru PAUD dan Kader Posyandu Diajarkan Mendongeng

Pendidikan | Rabu, 12 Juni 2019 - 11:07 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Tidak bisa dipungkiri, memfokuskan perhatian anak-anak dalam satu kelas memiliki kesulitan tersendiri. Tidak jarang anak-anak hanya fokus dengan apa yang menarik perhatian masing-masing dari pada mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.

Dalam suatu pelatihan yang diadakan di Pustaka Soeman HS beberapa waktu lalu, pendongeng nasional Agus Djava Sodik (DS) memberikan arahan kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan kader posyandu terkait cara menarik perhatian anak-anak agar fokus kepada pembicara.

Baca Juga :Drainase Pasar Induk Harus Segera Dibangun

Salah satu caranya, Agus DS menuturkan, dengan cara mendongeng. Memperagakan berbagai macam karakter di hadapan anak-anak, serta menggunakan berbagai properti yang ada untuk memperdalam karakter yang sedang diperankan.

“Ibu-ibu, ketika mendongeng agar anak fokus kepada kita, kita juga harus bisa mendalami sebuah karakter,” kata Agus.

Ia memulai dengan memperagakan karakter Malin Kundang dengan cara monolog. Agus menggunakan suara tegas dan berwibawa ketika memerankan Malin. Kemudian suaranya berubah menjadi suara perempuan tua. Tak lupa ia mengenakan kain penutup kepala seadanya dan berjalan terbungkuk-bungkuk.

“Jadi guru PAUD itu harus kreatif biar anak-anak tertarik, belajar menggunakan berbagai macam suara juga penting dan jangan lupa pakai properti yang ada,” kata Agus lagi.

Agus juga menekankan kepada para guru dan kader posyandu yang hadir, untuk menggunakan kata-kata jelas dan menghindari perumpamaan agar anak-anak cepat menangkap apa yang disampaikan. Menurutnya, banyak pendidik yang menggunakan kata-kata lain untuk menjelaskan sesuatu yang dianggap tidak pantas untuk diucapkan.

“Bahasa dengan anak-anak jangan pakai perumpamaan, biar anak-anak cepat tanggap. Kencing ya kencing bukan buang air kecil kalau begitu anak-anak akan susah memahami. Tai ya tai,” ucap Agus. Untuk menegaskan suara, Agus juga mengajarkan kepada peserta yang hadir untuk memperagakan suara binatang sesuai dengan suara sebenarnya. “Suara anjing itu bukan Guk Guk Guk ibu-ibu, harus belajar juga bagaimana membuat suara-suara hewan, suara harimau, suara kucing, suara bebek,” ujarnya.

Selain itu, Agus menjelaskan, jika dengan mendongeng menggunakan berbagai macam karakter dan suara yang berbeda akan mampu membangun interaksi dan komunikasi, serta menarik perhatian anak-anak. Sehingga apa yang ingin disampaian dapat dengan mudah tersampaikan kepada anak-anak.(*2)  

   









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook