Produksi Kapal Kuala Kampar Tembus Pasar ASEAN

Pelalawan | Senin, 09 Januari 2023 - 10:36 WIB

Produksi Kapal Kuala Kampar Tembus Pasar ASEAN
Masyarakat Desa Sungai Upih, Kecamatan Kuala Kampar, Pelalawan bergotong royong mengerjakan pembuatan kapal. Foto diambil belum lama ini. (M AMIN/RIAUPOS.CO)

KUALA KAMPAR (RIAUPOS.CO) - Warga Kecamatan Kuala Kampar punya cara jitu mengatasi masalah ekonomi keluarga yakni dengan bersama-sama (gotong royong) membuat galangan kapal. Di mana kerajinan kapal yang terbuat dari kayu khusus tersebut, mampu menutupi kekurangan keperluan anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang universitas. Bahkan, motor kapal tersebut  mampu menembus pasar ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

''Warga kami memiliki keahlian membuat kapal motor yang kapasitasnya mencapai 350 ton lebih. Namun, keahlian ini hanya dipakai saat kami tidak turun ke sawah guna membantu penghasilan akibat hasil sawah belum dapat di panen,'' kata salah seorang warga Desa Sungai Upih, Kecamatan Kuala Kampar, H Zulaikha (46) kepada Riau Pos, Ahad (8/1).


Sedangkan pengerjaan pembuatan galangan kapal ini, dilakukan pada awal Februari hingga bulan Agustus. ''Hanya kami juga cukup kesulitan untuk mendapatkan bahan material kayu karena tidak boleh sembarangan menebang pohon dari hutan di belakang kampung. Apalagi tidak semua kayu yang bisa dijadikan bahan kapal, karena hanya kayu pilihan saja yang bisa dipakai untuk ketahanan kapal tersebut mengangkut barang,'' terangnya.

Dikatakannya,  keahlian membuat kapal tersebut, merupakan pekerjaan yang telah dilakukan sejak lama (turun-temurun,red) yang diturunkan orang tuanya selaku suku yang terkenal dengan suku pelaut. Di mana pengerjaan kapal tersebut, hanya bisa dikerjakan pada masa-masa sebelum turun ke sawah.

Pasalnya, waktu itu dipilih karena memang ke sawah bagi masyarakat dijadikan kebutuhan pokok. Karena hal ini dimaklumi kebutuhan untuk memenuhi keperluan pokok berupa beras hanya didapat dari bercocok tanam di sawah.

''Sementara di sela waktu, pada sore hari sebelum turun mengerjakan kapal, warga memilih melaut mencari ikan untuk kebutuhan lauk pauknya. Dari tangkapan ikan di laut hanya sebagian kecil yang bisa dijadikan duit (dijual,red). Maka ke laut tidak dijadikan warga untuk menopang kehidupan keluarganya,'' paparnya.

Dilanjutkannya, karena hasil laut tidak bisa diandalkan, maka sebagian warga memilih memanfaatkan lingkungan rumah untuk menanam tanaman sayur-sayuran. Sedangkan bagi warga yang memiliki tanah cukup luas, maka selain digunakan sebagai lahan sawah, juga digunakan untuk membangun kebun kelapa. Akan tetapi, sebelum masuk bulan-bulan di mana hasil padi sawah bisa panen, maka di masa-masa tersebut akan digunakan warga untuk membuat kapal.

Ditambahkannya,  proses pengerjaan pembuatan kapal tersebut, memakan waktu enam bulan lebih, tergantung besar dan motifnya kapal yang dipesan. Sementara harga yang ditetapkan untuk satu kapal, tergantung besar dan kekuatan tonasenya kapal.

Seperti daya tampung barang kurang lebih 350 ton, harganya bisa mencapai Rp350 juta. Dari kekuatan hati dan keuletan tekad, maka dirinya beserta rekan-rekan seprofesi, sejauh ini telah mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi yang ada di Pekanbaru hingga luar negeri. Bahkan, ada beberapa siswa dari kampung ini yang telah selesai kuliah dan memilih kerja di pemerintahan.

''Satu yang menjadi cita-cita para orangtua khususnya kami yang susah ini, bekerja tidak kenal siang dan malam agar dapat membiayai anak kami sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yakni tingkat universitas. Karena dengan bersekolah tinggi mereka nantinya akan sukses, tidak seperti kami ini yang hanya menjadi petani dengan penghasilan kecil,'' ujarnya.(gem)

Laporan M AMIN, Kualakampar

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook