MELAWAN KARHUTLA DENGAN CARA BERBEDA

Puluhan "Kera" Sampaikan Syair di Kantor Gubernur

Pekanbaru | Kamis, 30 Januari 2020 - 09:06 WIB

Puluhan "Kera" Sampaikan Syair di Kantor Gubernur
syair kera: Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Al azhar saat memberi sambutan pada penampilan syair kera di halaman kantor Gubernur Riau, Rabu (29/1/2020). (soleh saputra/riau pos)

Raungan suara kera silih berganti bersahutan di halaman kantor Gubernur Riau, Rabu (29/1) sore. Ratusan pasang mata menyaksikan secara langsung para “kera”syang diperankan oleh para anak muda dari komunitas syair kera network Pekanbaru.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Dengan mengenakan pakaian serba hitam, kain sarung serta wajah yang dirias layaknya kera. Para pelakon tersebut berlarian dan ada juga yang membacakan syair kera karya almarhum Tenas Effendy. Para pelakon begitu tampak menjiwai perannya masing-masing.


Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Al azhar mengatakan, syair kera adalah salah satu karya almarhum H Tenas Effendy. Syair ini bercerita tentang hewan-hewan yang hidup di hutan rimba. Mereka cemas tempat tinggalnya akan hilang, karena ada manusia mau mengubahnya menjadi kebun yang luas.

"Syair kera ditulis oleh almarhum Tenas Effendy pada 1995. Pada masa itu, hutan rimba sudah banyak yang rusak," katanya.

Dikatakan Alazhar, almarhum Tenas Effendy menulis syair kera sebelum Riau dilanda kabut asap. Atau dengan kata lain, syair ini ditulis mendahului fenomena Riau yakni dikala musim kering dilanda asap, dan musim hujan dilanda banjir.

"Alasan beliau menulis syair kera ini yakni, beliau menganggap manusia saat ini sudah sulit untuk mengikuti perkataan manusia lainnya dalam menjaga alam. Untuk itu, ia berusaha menyampaikan suara hewan sebagai makhluk Tuhan agar manusia bisa lebih sadar dan bersabar dalam menjaga lingkungan," sebutnya.

Menurutnya lagi, tidak salah juga jika manusia berguru kepada hewan dalam menjaga lingkungan dengan mencerna nasib mereka. Apalagi, sejak tahun 1997 asap mengepung Riau hingga tahun 2019 lalu. Hanya ada satu atau dua tahun, kota Pekanbaru tidak berasap. Namun beberapa daerah lainnya masih mengalami asap.

"Tahun ini merunut prediksi BMKG, Riau akan menghadapi musim kemarau yang lebih panjang dari tahun sebelumnya. Ancaman yang akan dihadapi di musim kemarau, sebaiknya kita pikirkan saat kondisi Riau seperti sekarang ini, yakni ketika suhu masih teduh dan hujan rinai rintik-rintik," ajaknya.

Dengan syair kera ini, Alazhar mengajak semua pihak bersatu. Untuk menggelorakan, jangan lagi ada asap di Riau mulai saat ini hingga masa-masa yang akan datang. Apalagi titik api tahun ini masih tersebar di Riau, seperti tahun-tahun sebelumnya. Maka upaya-upaya untuk menyelamatkan negeri ini masih memerlukan perjuangan panjang.

"Sesungguhnya alam Riau ini, amat tergantung pada tuah kita. Tuah para pejabat, tuah para penegak hukum, tuah TNI, tuah NGO, tuah siapa saja kelompok masyarakat. Alam sangat bergantung pada tuah kita, maka mari satukan tuah yang ada untuk membuktikan bahwa kita amat merindukan kehidupan yang berperadaban dan bebas dari asap," ujarnya.(gem)

Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook