KASUS BARU DI RIAU BERTAMBAH 1.276 ORANG

10 Pelintas Reaktif saat Terjaring di Perbatasan

Pekanbaru | Kamis, 29 Juli 2021 - 11:15 WIB

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Perbatasan Kota Pekanbaru ditempatkan pos pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 untuk memantau mobilitas masyarakat serta menegakkan aturan sesuai Surat Edaran (SE) Wali Kota (Wako) Pekanbaru Nomor: 15/SE/SATGAS/2021 tentang Pedoman PPKM Level 4 di Kota Pekanbaru.

Sejak PPKM level 4 diterapkan, Senin (26/7) lalu, di pos penyekatan perbatasan Kota Pekanbaru ini terjaring sepuluh orang didapati reaktif Covid-19. Mereka dinyatakan reaktif setelah menjalani tes swab antigen ditempat oleh petugas.


Sesuai surat edaran, yang boleh melintas di lima  titik perbatasan /pintu masuk kota untuk transportasi darat antar kota dalam Provinsi Riau menunjukkan kartu vaksin (minimal vaksinasi dosis pertama). Untuk transportasi antar kota antar provinsi menunjukkan kartu vaksin dan swab antigen H-1.

Mereka terjaring di beberapa pos penyekatan PPKM yang berada di setiap pintu masuk Kota Pekanbaru dan tidak dapat menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19. "Sampai siang ini, total sudah sepuluh orang yang didapati reaktif setelah diperiksa," kata Tim Penyekatan PPKM, Khairunas, Rabu (28/7).

Ia mengungkapkan, tercatat tiga dari sembilan orang penumpang angkutan umum dari Kota Medan yang hendak ke Pekanbaru didapati reaktif. Mereka diperiksa di pos penyekatan Lintas Utara, Jalan Yos Sudarso, Senin (26/7) lalu. "Mereka memiliki KTP Pekanbaru. Karena antar provinsi maka dilakukan tes swab antigen. Ternyata tiga orang penumpang reaktif dan kami bawa ke RSD Madani," terangnya.

Mereka harus menjalani isolasi dan dilakukan swab PCR di RSD Madani. Lalu dua orang pengendara sepeda motor dinyatakan reaktif usai diperiksa di pos penyekatan Jalan Garuda Sakti. Kemudian di pos penyekatan Jalan HR Subrantas dekat Kampus UIN Suska Riau juga didapati dua orang supir travel reaktif. "Tadi (kemarin, red), di pos penyekatan lintas timur ada tiga orang, dua dari Siak, satu dari Inhu. Masing-masing mereka naik mobil pribadi," jelasnya.

Mereka juga dibawa ke Rusunawa Rejosari untuk dilakukan isolasi. Khairunas menyebut sepuluh orang yang terjaring telah diserahkan ke Dinas Kesehatan Pekanbaru. "Nanti Dinas Kesehatan yang menentukan mereka isolasi di mana. Tugas kami melakukan pemeriksaan di pos penyekatan," ujarnya.

Sementara itu, Kasus Covid-19 di Riau hingga saat ini masih terus mengalami peningkatan, dan belum menunjukkan akan menurun. Rabu (28/7), tercatat terdapat penambahan 1.276 pasien baru terkonfirmasi Covid-19 di Riau.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, dengan penambahan 1.276 tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 91.857 orang. "Dari total 91.857 tersebut, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit 1.200 pasien. Sedangkan yang menjalani isolasi mandiri 8.916 orang, sehingga saat ini kasus aktif Covid-19 di Riau sebanyak 10.116 orang," katanya.

Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 927 orang sehingga menjadi 79.265 orang yang sudah sembuh. Kabar dukanya, juga terdapat 23 pasien yang meninggal dunia sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 2.476 orang. "Untuk pasien yang meninggal dunia, selain yang berusia di atas 50 tahun, juga ada yang berusia di bawah 30 tahun," ujarnya.

Sementara itu, untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 3.648 orang dan yang isolasi di rumah sakit 319 orang. Total suspek yang selesai menjalani isolasi 96.306 orang, meninggal dunia 369 orang. "Untuk sampel swab yang diperiksa per hari Rabu (28/7) sebanyak 3.536 dan jumlah orang yang diperiksa 3.100. Total sampel swab yang sudah diperiksa di Riau sebanyak 440.537," paparnya.

Dengan terus bertambahnya pasien positif Covid-19 di Riau, Mimi juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan, terutama saat beraktivitas di luar rumah. "Mari kita sama-sama menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan dengan cara mencuci tangan, menjaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.

Sepekan, Sembilan Meninggal di Siak

Sementara itu, pasien positif Covid-19 yang meninggal di Kabupaten Siak selama sepekan terakhir tercatat sebanyak sembilan orang dan terkonfirmasi positif 457 orang. Hal ini diungkapkan Juru Bicara Penanggulangan Covid-19 Budhi Yuwono. Dikatakannya, data itu sesuai update dari Dinas Kesehatan.

Sesuai data itu, rata-rata setiap hari yang meninggal lebih dari satu orang, sementara yang terkonfirmasi positif setiap harinya di atas angka 40 orang. "Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Siak, penyumbang terkonfirmasi positif adalah Kecamatan Tualang dan Kecamatan Siak. Tualang penduduknya heterogen, demikian juga dengan Kecamatan Siak yang berada di ibu kota kabupaten," terang Budhi.

Dibeberkan Budhi, Selasa (27/7) terdapat 98 orang positif dengan dua meninggal, Senin (26/7) sebanyak 45 positif dan dua meninggal, Ahad (25/7) sebanyak 68 positif, Sabtu (24/7) sebanyak 75 positif dengan satu meninggal, Jumat (23/7) sebanyak 110 positif, dua meninggal, Kamis (22/7) sebanyak 117 positif, satu meninggal dan pada Rabu (21/7) sebanyak 42 positif dan tiga meninggal, sehingga totalnya 457 positif dan sembilan meninggal dunia.

Atas kondisi itu, Budhi meminta masyarakat meningkatkan kesadaran atas pentingnya mematuhi prokes. "Jangan abai, sebab Covid-19 masih ada. Mari bersama-sama mematuhi prokes untuk keselamatan diri sendiri, keluarga dan orang lain," ungkap Budhi.

"Jadikan mematuhi prokes sebagai gaya hidup sehingga status level 3 Kabupaten Siak saat ini segera menurun menjadi level 1. Hal ini menjadi tugas bersama, di tengah pemangku kepentingan terus berusaha menciptakan Siak bebas Covid-19," ujarnya.

Progress Vaksinasi 21,9 Persen, Stok Vaksin 440 Juta Dosis

Pemerintah mengklaim telah berhasil mengamankan total 440 juta dosis vaksin untuk mengejak target 2 juta suntikan per hari.  Jubir Pemerintah dan Duta Perubahan Perilaku Reisa Broto Asmoro mengatakan, Rabu (28/7) Indonesia telah kedatangan lagi vaksin Sinovac sebanyak 21 juta dosis dalam bentuk bahan baku atau bulk.

Kedatangan vaksin yang ke-30 ini membuat stok vaksin Covid-19 Indonesia bertambah menjadi lebih dari 173 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk dan bahan jadi. Dari 144,7 juta dosis total vaksin bulk yang telah diterima Indonesia, Bio Farma akan melakukan pengolahan sehingga menjadi sekitar 117 juta dosis vaksin bentuk jadi.

Hingga Selasa (27/7) pukul 18:00 WIB, dari 208,2 juta sasaran sekitar 64,4 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 45,5 juta orang yang menerima vaksin dosis pertama atau 21,9 persen dari sasaran. Kemudian sekitar 18,9 juta di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua.

"Jalan menuju herd immunity atau kekebalan kelompok masih panjang. Bapak Ibu lah yang bisa memperpendek jalan tersebut. Vaksinasi diri Anda segera, ajak keluarga, tetangga, dan kolega. Ayo segera vaksin Covid-19 untuk lindungi diri dan keluarga kita," kata Reisa.

Pernasalahan terkait Covid-19 tak hanya soal layanan dan pengobatan saja. Adanya pandemi ini membuat jumlah limbah medis lebih banyak. Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk memberikan perhatian kepada pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis Covid-19 secara sistematis.

Jokowi juga meminta agar dana yang tersedia diintensifkan untuk membuat sarana pengolahan limbah medis yang jumlahnya meningkat selama pandemi Covid-19.

Sementara itu, satgas Nasional Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa tren kasus positif harian di 7 Provinsi di Pulau Jawa dan Bali cenderung mengalami penurunan. Hal ini terlihat utamanya di 4 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten.

Sementara itu, untuk kasus harian, Provinsi Bali, DI Jogjakarta dan Jawa Tengah masih cenderung naik dan belum menunjukkan tren penurunan yang stabil.  Hal serupa juga terjadi pada tingkat keterisian tempat tidur di Rumah Sakit atau BOR. Lima Provinsi lain  mengalami penurunan kecuali Jogjakarta dan Bali.

Provinsi Bali masih mencatatkan BOR 77,87 persen. Sementara DIJ 86,66 persen. "Jogjakarta dalam beberapa hari terakhir memang sudah agak rata namun belum menurun," jelas Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah, Rabu (28/7).

Dewi mengatakan, dalam beberapa diskusi sebelumnya, dinyatakan bahwa dampak pengetatan selama PPKM darurat baru akan terlihat minimal 3 minggu setelah pelaksanaan. Saat ini, kondisi tersebut sudah mulai bisa dilihat. "DKI Jakarta naik menuju puncak kemudian turun. Sudah sempat mencapai kasus aktif 100 ribu kemudian sudah dibawah 60 ribu 50 ribu sekarang.  Sudah jauh sekali berkurang," jelasnya.

Tren pelandaian dan menuruni puncak ini adalah hasil yang diharapkan terjadi dengan berbagai intervensi pemerintah mulai dari level terkecil hingga level nasional.(ali/sol/mng/(tau/lyn/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook