Pengaruh GMC terhadap Perilaku Kelulut Dikaji

Pekanbaru | Sabtu, 28 Desember 2019 - 08:24 WIB

Pengaruh GMC terhadap Perilaku Kelulut Dikaji
merekam kelulut: Tim peneliti Unri merekam kelulut pascaterjadinya gerhana Matahari cincin di Sungai Apit, Siak Kamis (26/12/2019). Penelitian tersebut dilakukan guna mengetahui perubahan perilaku hewan tersebut. (Tim Unri for Riau Pos)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Gerhana matahari cincin (GMC) merupakan  peristiwa langka. Terhalangnya matahari oleh bulan dengan sendirinya menghalangi sebagian besar radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi, meskipun hanya sesaat.

Hal ini menyebabkan perubahan kondisi atmosferik di sepanjang lintasan GMC yang kemungkinan berbeda apabila dibandingkan dengan peristiwa sekadar terhalanginya radiasi matahari oleh awan.


Hewan-hewan sering memiliki kepekaan terhadap perubahan atmosferik yang dipicu oleh kejadian gerhana, seperti GMC. Dalam hal ini, hewan-hewan yang bersifat diurnal atau aktif pada siang hari kemungkinan jauh lebih peka terhadap GMC.

Tertarik kepada hal ini dua peneliti Universitas Riau (Unri), Ahmad Muhammad dari Jurusan Biologi FMIPA dan Nurul Qomar dari Jurusan Kehutanan Faperta bersama beberapa orang mahasiswa lainnya, mereka mencoba menguji dugaan adanya pengaruh tersebut, khususnya terhadap kelulut.

Kelulut adalah lebah tak bersengat (stingless bees) anggota suku meliponini, famili Apinae, dan ordo Hymenoptera yang biasa menghuni rongga-rongga pohon.

Mengingat nilai ekonomi madunya, lebah juga dikenal sebagai penghasil propolis ini sejak beberapa tahun terakhir ini semakin banyak di pelihara masyarakat di pedesaan di Indonesia, termasuk di Riau.

Kebetulan kedua peneliti Unri tersebut termasuk penggiat pemeliharaan kelulut di beberapa desa, terutama yang berada di wilayah pesisir bergambut. Melalui informasi para peniliti tersebut, Kampung Rawa Mekar Jaya (RMJ) yang berada di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, adalah salah satu di antaranya.

Menurut informasi yang disampaikan ke Riau Pos, tim peneliti Unri tersebut telah melakukan pengamatan Kamis (26/12/2019). "Pada sejumlah koloni kelulut yang dipelihara anggota masyarakat di RMJ," kata salah seorang peneliti.

Meskipun proses gerhana hanya berlangsung kurang lebih  antara pukul 10:20-14:20, pengamatan telah dilaksanakan mulai dari pukul 06:00-18:00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memotret secara utuh aktivitas pencarian makan serangga diurnal (sifat atau prilaku hewan dan tumbuhan yang aktif di siang hari, red) ini pada hari GMC terjadi.

Seperti yang telah dipahami masyarakat pada umumnya, aktivitas mencari makan lebah menjadi salah satu penentu utama banyak-sedikitnya madu yang diproduksi oleh koloni lebah.

Di sini, para peneliti tersebut tertarik untuk secara lebih terperinci mengungkapkan apakah perubahan tingkat pencahayaan, suhu dan kelembaban udara pada saat radiasi matahari terhalangi bulan bakal mengubah pola aktivitas lebah-lebah pekerja meninggalkan maupun kembali ke sarang, serta apa yang mereka bawa, baik ketika mereka keluar maupun memasuki sarang.

Kedua peneliti beserta para mahasiswa yang terlibat berharap hasil penelitian mereka dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan menjadi.(egp)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook