Dewan Sayangkan Rusaknya Payung Elektrik

Pekanbaru | Selasa, 28 Maret 2023 - 09:30 WIB

Dewan Sayangkan Rusaknya Payung Elektrik
Kondisi beberapa payung konvertibel di kawasan/halaman Masjid Raya An-Nur Provinsi Riau yang mengalami kerusakan, Senin (27/3/2023). Proyek payung konvertibel Masjid Raya An-Nur mengalami kerusakan pascaditerpa angin kencang, Sabtu (25/3/2023). (DEFIZAL/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kerusakan payung elektrik yang terpasang di Masjid Raya An-Nur Riau menjadi pertanyaan banyak pihak. Pasalnya, payung elektrik tersebut baru saja terpasang. Bahkan anggaran yang digelontorkan untuk itu terbilang cukup fantastis. 

Yakni mencapai Rp42 miliar. Salah satu pihak yang mempertanyakan ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau.


Sekretaris Fraksi PAN DPRD Riau, Mardianto Manan mengaku heran dengan kualitas payung elektrik yang terpasang. Dia juga turut menyayangkan ambruknya payung yang digadang mirip dengan payung yang ada pada Masjid Nabawai tersebut.

"Ini menurut saya merupakan kecerobohan bukan persoalan kecelakaan karena bencana alam," sebut Mardianto, Senin (27/3).

Dilanjutkan dia, dalam prosesnya, pengerjaan payung elektrik tersebut terlihat seperti dipaksakan. Di mana seharusnya pada Desember 2022 lalu, pengerjaan payung elektrik tersebut selesai. Namun karena belum selesai, diperpanjang hingga Februari 2023. Pada masa perpanjangan ini, pemasangan juga belum selesai. Lalu diperpanjang lagi selama sebulan, hingga Maret.

"Kalau terjadi angin kencang, masa tiga hari serah terima pekerjaan saya ragukan kualitas kontruksinya. Apakah bahan payungnya, tulang-tulangnya. Saya minta supaya turunkan tim independen. Jangan serahkan ke PUPR. Karena pasti akan berpihak ke situ. Saya menduga ada main mata nanti. Makanya serahkan ke tim independen untuk audit payung ini," tegas Mardianto.

Soal nilai proyek yang mencapai Rp42 miliar, diakui Mardianto dirinya tidak paham dengan spesifikasi payung elektrik. Namun dari informasi yang ia dapat di luar Riau, pemasangan payung elektrik dengan jumlah belasan titik baru menelan anggaran sebesar Rp30-40 miliar. Sedangkan di Riau hanya 6 titik saja.

"Sangat besar dibanding tempat yang lain. Di sini hanya beberapa payung ke luar Rp42 miliar. Perlu dilakukan kajian. Saya secara pribadi agak curiga juga proses pengadaan tendernya. Maka saya tantang Dinas PUPR buka spesifikasi Rp42 miliar itu apa saja. Memang kira-kira betul atau tidak," pungkasnya.

Perbaikan Tanggung Jawab Kontraktor
Pembangunan payung elektrik di kawasan Masjid Raya An-Nur Riau, di Pekanbaru kembali menyita perhatian masyarakat. Pasalnya, belum selesai pembangunan payung tersebut, namun sudah mengalami kerusakan akibat hujan lebat dan angin kencang yang melanda Kota Pekanbaru, Sabtu (25/3) lalu.

Akibatnya, satu dari enam payung elektrik tersebut mengalami kerusakan. Padahal, ditargetkan payung elektrik tersebut sudah selesai pada akhir bulan Maret ini. Sebelumnya, pembangunan payung ini juga sempat mendapatkan tantangan dari DPRD Riau yang menganggap lebih baik anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki infrastruktur jalan di Riau yang banyak mengalami kerusakan.

Namun Pemprov Riau tetap melanjutkan dengan anggaran yang disediakan Rp42 miliar. Selain pembangunan payung elektrik, Pemprov Riau juga melakukan penataan kawasan masjid terutama di bagian gerbang masjid.

Kepala Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Kawasan Pemukiman Pertanahan (PUPR PKPP) Provinsi Riau Thomas mengatakan, payung tersebut rusak akibat terjangan angin kencang dan hujan lebat.

"Payung elektrik itu memang fungsinya bukan untuk menahan angin kencang atau hujan lebat, tapi untuk menahan panas di siang hari. Jadi sebelum digunakan kami mencoba membuka payung, tapi belum sempat ditutup, dilanda cuaca ekstrem hujan lebat dan angin kencang," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, atas kejadian tersebut, untuk perbaikan payung yang rusak masih menjadi tanggungjawab dari kontraktor PT Bersinar Jesstive Mandiri, sampai selesai dan digunakan. Walaupun saat ini masa perpanjangan kedua pembangun payung elektrik tersebut sudah habis. Pihak kontraktor berkewajiban memperbaiki tanpa ada tambahan anggaran dari pemerintah.

"Kontraktor bertanggungjawab untuk perbaikan. Untuk masa perpanjangan kedua memang sudah habis, tapi dengan kejadian ini tidak bisa kita paksakan. Kita sudah rapatkan masih ingin tahu berapa lama perbaikan, ini kejadian alam jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Dari pihak pengawas kami minta untuk buat justifikasi perbaikan," ungkapnya.

Menurut dia, untuk progres pembangunan Payung elektrik ini sudah 90 persen, yang tinggal hanya 10 persen di penyempurnaan payungnya. Lantai keramik sudah 95 persen.

Thomas menambahkan, pihaknya menarget pada Idulfitri nantinya, payung elektrik tersebut sudah dapat digunakan. Karena biasanya jemaah Salat Id akan membludak hingga ke halaman masjid.

"Saat Idulfitri nanti Insya Allah sudah bisa digunakan untuk salat," ujarnya. Meskipun demikian, akibat keterlambatan yang terjadi, pihak kontraktor tetap dikenakan sanksi berupa denda keterlambatan payung elektrik. Karena sudah dua kali diberikan perpanjangan waktu namun belum selesai.

"Sanksi tetap dikenakan, kita denda kontraktornya," sebutnya. Pembangunan payung elektrik yang mirip dengan Masjid Nabawi  ini, merupakan program  pemerintah provinsi.  Payung tersebut akan dipasang sebanyak 6 unit, dengan anggaran sebesar Rp40,7 miliar dari pagu lebih kurang Rp42 miliar.

Hingga saat ini pengerjaannya belum juga usai. Di mana, seharusnya pembangunannya selesai pada bulan Desember 2023 lalu, namun tidak selesai sehingga diberikan tambahan waktu selama 50 hari kerja. Namun juga belum selesai dan diberikan tambahan waktu kedua selama 40 hari.(gem)

Laporan AFIAT ANANDA dan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook