Wako: Tetap Bongkar TPS

Pekanbaru | Kamis, 27 Februari 2020 - 09:19 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menegaskan bahwa pembongkaran tempat penampungan sementara (TPS) di sekitar Sukaramai Trade Center (STC) akan dilanjutkan. Meski sempat terjadi bentrok, Selasa (25/2), Wako menyebut tak bisa hanya mengakomodir satu pihak saja.

Hal ini ditegaskannya, Rabu (26/2) usai menggelar rapat bersama Kapolresta Pekanbaru, Dandim Pekanbaru, pimpinan DPRD Pekanbaru serta jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di Mal Pelayanan Publik (MPP) Pekanbaru.


"Kami rencanakan sebelum hari raya (Idulfitri, red) sudah rapi. Pedagang sudah masuk ke dalam toko. Semua kami harus tampung, tidak bisa hanya satu kelompok saja. Pelayanan hadir kepada semua," kata Wako.

Diakuinya, jeda dua hari diambil agar ketegangan yang muncul mereda. "Sekarang jeda dua hari. Karena kalau dengan emosi kan tidak selesai. Setelah dua hari kita lanjutkan. Dengan pendekatan persaudaraan," paparnya.

Dia kemudian menyampaikan rencana yang akan diterapkan disana. Yakni penyiapan infrastruktur jalan serta fasilitas parkir yang akan dimanfaatkan oleh pengunjung STC serta masyarakat luas. "Jalannya akan kita aspal. Dengan adanya TPS di atas Jalan Cokro, Jalan Kopi, Jalan Sudirman, ini sudah empat tahun mengganggu hak publik, sekarang tempat sudah ada. Isi dong," ucap dia.

Dia juga mengungkapkan bahwa areal sekitar STC juga akan dilakukan penanganan agar layak. "Ini agar semua dapat pelayanan yang baik, mesti kami bersihkan semua. Jalan Agus Salim sudah kami perbaiki. Harapan kami tidak ada lagi yang berjualan di jalan. Juga Jalan Sudirman, karena  itu kawasan tertib lalu lintas," singkatnya.

Cari Solusi, Pemko Diminta Arif Polemik antara pedagang, pengelola Sukaramai Trade Center (STC) yaitu PT Makmur Papan Permata (MPP) harus disikapi dengan arif dan bijaksana oleh Pemko Pekanbaru . "Dalam membuat keputusan, tentunya mengedepankan kepentingan masyarakat," kata anggota DPRD Riau daerah pemilihan Pekanbaru Ade Hartati Rahmad kepada Riau Pos, Rabu (26/2).

Ade yang ikut hadir dalam rapat mediasi, Selasa (25/2) lalu itu berharap semua pihak bisa menahan diri untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Masing-masing pihak harus terus mengedepankan cara diplomasi yang persuasif dan tidak merugikan. Saya berharap ada solusi yang saling menguntungkan. Pemko untung, pengelola untung, pedagang untung," harapnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Achmad Hidir juga berharap pemko bisa memberikan kemudahan kepada pedagang dalam menempati kios di dalam STC.

"Menurut saya, pemerintah harus menjelaskan terlebih dulu. Apakah kontan atuapun dicicil. Jika dicicil, berikanlah waktu yang panjang. Misal 10 tahun. Jangan kontan. Karena itu membuat publik melihat bahwa pemerintah tidak empati dalam kondisi ekonomi saat ini," pintanya.

Diakuinya, hasil renovasi bahan bangunan ada inflasi. Sehingga otomatis harga mahal. Apalagi STC berada di pusat kota dan pusat bisnis. "Inflasi bahan bangunan sangat mempengaruhi kenaikan harga. Sehingga harga jual kios naik," terangnya.

Tapi yang juga harus diperhatikan adalah saat ini daya beli masyarakat menurun. Sehingga mempengaruhi pendapatan pedagang. "Untuk ukuran sekarang berat. Sebab ekonomi terpuruk sehingga masyarakat berat karena daya beli menurun. Secara otomatis omzet menurun. Turunnya pendapatan ini tentunya membuat pedagang berat untuk membayar kios di dalam STC.," jelasnya.

Selanjutnya, untuk memindahkan pedagang agar tidak tergesa-gesa, meski sudah sosialisasi. Harus bertahap. "Sekitar satu atau dua bulan lagi puasa. Jika pedagang hanya sekadar pindah kemudian tanpa bayaran, mereka pasti mau. Dengan catatan tempat layak (listrik, air, akses lainnya, red). Karena ini orang yang pindah, bukan barang," tuturnya.

Kemudian, jika masyarakat sudah diberi keringanan dan tenggang waktu, maka negosiasi yang perlu. "Negosiasi dan sosialisasi yang memanusiakan manusia itu perlu. Harus diajak dialog. Sehingga tidak terjadi arogansi pemerintah. Menjadikan timbul antipati," ulasnya.

Meski demikian, jika sudah dilakukan semua oleh pemerintah, tidak menutup kemungkinan pedagang yang salah. "Kalau saya lihat ada ketidakjelasan. Pertama, bagaimana mencicil barang yang mereka tempati. Saya yakin mahal karena pusat bisnis. Kedua, tempat layak atau tidak. Lalu diundi lagi atau tidak. Sehingga menimbulkan permasalahan," ujarnya.Pedagang Masih Berjualan di TPS

Dalam pada itu, usai aksi demo, Selasa (25/2) lalu, kemarin para pedagang kembali berjualan di kios tempat penampungan sementara (TPS) yang belum dibongkar.

Pantauan Riau Pos, Rabu (26/2) sejumlah pedagang pakaian, gorden, pedagang emas hingga perlengkapan haji tampak menjajalkan dagangan mereka kepada setiap pembeli yang datang.

Meskipun tidak seramai hari biasanya dan diperparah dengan minimnya cahaya lampu yang ada, para pedagang tetap bersemangat berjualan. Mereka harus membongkar atap seng yang ada di depan kios mereka agar cahaya serta udara masuk ke dalam setiap lorong kios.

Sejumlah pedagang mengaku menjual murah barang dagangannya untuk bisa mendapatkan pemasukan usai beberapa hari terakhir tidak berjualan.

Defan, seorang pedagang gorden mengatakan, ia sengaja tetap berjualan hari ini untuk memenuhi keperluan hidupnya setelah kemarin mengikuti aksi demo bersama sejumlah pedagang kios lainnya.

"Ya, sudah dua hari kami tak jualan. Tak ada pemasukan. Makanya hari ini (kemarin, red) jualan. Tapi pengunjung sepi. Kami memberi harga juga nggak bisa terlalu tinggi seperti dulu," ucapnya.

Lanjut Defan, dirinya dan beberapa pedagang lainnya akan tetap bertahan di TPS hingga Idulfitri tiba.  "Kalau kami akan tetap bertahan sampai Idulfitri nanti. Walaupun lusa (Jumat, red) bakal digusur dan dilakukan pendataan, kami tetap ingin di sini berjualan sampai lokasi (dalam STC, red) siap seluruhnya", kata dia.

Hal berbeda diungkapkan Dedi Basir. Ia bersedia pindah ke dalam STC setelah empat tahun lamanya berjualan di TPS pasca-kebakaran hebat Plaza Sukaramai akhir 2015 lalu.

Meskipun STC belum rampung sepenuhnya, namun ia menilai TPS sang selama bertahun-tahun ini para pedagang tempati tidak layak. Belum lagi omzet yang didapat berkurang dan akses pembeli juga terhalang.

"Sekarang STC sudah mendekati finish. Momen puasa seharusnya membuat perdagang semua panen dan harus bangkit setelah berlalu empat tahun. Harusnya stakeholder tuntaskan semua permasalahan ini secepatnya," katanya.

Sementara itu, Kabid Ops dan Tibmas Satpol PP Pekanbaru, Desheriyanto SSTP mengatakan, pihaknya akan melakukan pembongkaran kepada sejumlah kios yang telah dikosongkan oleh pemiliknya.

Sedangkan untuk pendataan serta masih adanya pedagang yang bersikukuh untuk berjualan dikawasan tersebut menjadi wewenang pengelola.

"Kita hanya akan bongkar yang sudah kosong. Sedangkan yang masih bersikukuh, nanti dari tim percepatan yang akan negosiasi lanjutan," katanya.(ali/ayi/yls)


Laoran: TIM RIAU POS









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook