KOTA (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) bekerja sama dengan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) menggelar Laboratorium Inovasi Daerah Kota Pekanbaru 2019. Acara berlangsung 23-25 April di Hotel Grand Zuri.
Peneliti madya LAN, Suripto mengatakan bahwa karena ini masih awal untuk melahirkan inovasi baru di Pekanbaru, hasil setelah ini dikumpulkan lagi oleh OPD ke Balitbang. Dilihat dari idenya sebagian besar sudah memenuhi target bagus, namun ada juga pemahamannya yang belum pas.
‘’Permasalahannya bukan mereka tidak paham. Karena yang ditugaskan ke sini pada hari ke tiga bukan yang ikut pembelajaran pada hari pertama dan kedua. Mungkin karena pimpinanannya yang ada acara sehingga menyuruh stafnya,’’ ungkap dia.
Setelah diskusi dan diberi arahan, harapannya nanti diusulkan kembali dengan yang diminta saat pertama kali diusulkan. Jika masih ada yang belum memahami masih ada coaching clinic dari Balitbang dan juga bisa berkonsultasi dengan kami via online maupun WA,’’ jelasnya.
Ke depannya, untuk ide-ide yang sudah digagas akan di- launching langsung oleh Wali Kota. Jadi tidak hanya sekadar memberi ide, namun tetap harus dikawal. ‘’Pekanbaru yang merupakan ibu kota, nantinya diharapkan juga agar bisa menjadi landmark di Riau. Secara umum di kawasan Riau, Kepri bahkan Jambi bisa berkiblat ke Pekanbaru,’’ harapnya.
Adapun organisasi perangkat daerah (OPD) yang diundang dalam acara tersebut berjumlah 26 dari total 44 OPD di Pekanbaru. Menurut Kabid Inovasi dan Teknologi Darmalina, melalui Kasubid Inovasi dan Pengembangan Teknologi Yudi Adrian, Laboratorium Inovasi Daerah dikhususkan untuk OPD. Bermaksud mengedukasi OPD supaya bisa mengeluarkan ide dan inovasi untuk OPD-nya masing-masing agar bermanfaat. Sehingga bisa meningkatkan pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan.
Yudi memberi contoh Disdukcapil terkait pelayanan KTP-el yang lama. Saat acara berlangsung, katanya, mereka sudah banyak melakukan inovasi tetapi saat di laboratorium mereka pun dituntut untuk mengeluarkan ide baru. ‘’Banyak yang beranggapan jika inovasi perlu biaya banyak, ternyata tidak. Contoh, Dinas Perhubungan bisa memanfaatkan biaya yang rendah. Untuk mengatur alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL pihak Dihub menempel nomor handphone-nya untuk dihubungi. Adapula, tempat birokrasi administrasi yang awalnya empat meja kini bisa satu meja,’’ ujarnya.
Sehingga dengan diadakan Laboratorium Inovasi, membuat setiap kepala OPD dan ASN-nya untuk selalu melakukan inovasi sesuai dengan keinginan Wali Kota Pekanbaru, yang selalu berkata dalam pidatonya bahwa inovasi harga mati, tidak ada inovasi itu mati. ‘’Balitbang menerjemahkan itu, sehingga ada kegiatan laboraturium inovasi. Laboratorium inovasi untuk kegiatan yang belum ada dan masih ide,’’ jelasnya.
Mereka yang sudah merenovasi diberi pembinaan dan penghargaan. Tujuan krenova lainnya dengan terjaringnya mereka tentu akan kami publikasikan dan bisa menjadi promosi.
Menurutnya, meski baru pertama kali dilakukan lomba krenova, ternyata banyak masyarakat Kota Pekanbaru yang ikut mendaftar. Ada 50 masyarakat yang mendaftar, sementara OPD hanya 12 yang mendaftar dari total 44 OPD di Pekanbar. ‘’Nantinya pada 29 April mendatang, akan diadakan presentasi karya di depan juri,” jelasnya.(*3)