PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Aksi pemberhentian paksa aktivitas bongkar muat di gudang perusahaan jasa ekspedisi J&T Ekspres, Jalan Soekarno-Hatta, Kamis (23/6) malam berujung ricuh. Seorang pekerja perusahaan mengalami kekerasan. Baju yang dikenakannya malam itu sobek akibat diserang sekelompok pelaku aksi.
Kejadian bermula sekitar pukul 19.00 WIB malam ketika sekitar 100-an orang mendatangi gudang J&T. Massa memaksa menghentikan aktivitas bongkar muat barang ekspedisi.
Kejadian ini menyebabkan terjadinya antrean kendaraan dan memicu kemacetan. Tiba-tiba, di tengah mediasi atas aksi yang berawal damai tersebut, seorang karyawan mengalami penyerangan hingga bajunya sobek.
Aksi penyerangan itu sendiri viral di media sosial lokal Pekanbaru. Hingga Jumat (24/6) siang, video ini ditonton lebih dari 4 ribu kali dan dikomentari lebih dari 380 pengguna.
Peristiwa itu sendiri berbuntut pelaporan ke Polresta Pekanbaru Jumat siang kemarin. Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Andri Setiawan membenarkan pelaporan tersebut.
"Iya benar sudah membuat laporan. Masih pendalaman peristiwa tersebut dari keterangan saksi dan petunjuk lainnya di tempat kejadian perkara,’’ sebut Kompol Andri saat dikonfirmasi pada Jumat (24/6) sore.
Terpisah, General Manager (GM) J&T Riau Supriyanto membenarkan kejadian tersebut. Dia menceritakan, yang datang melakukan aksi adalah serikat pekerja. Kejadian malam itu bukanlah yang pertama. Supriyanto mengatakan masalah bermula ketika serikat pekerja meminta pekerjaan bongkar muat barang dilakukan oleh mereka.
"Masalah ini sudah pernah mediasi ke Disnaker yang ditengahi Polresta Pekanbaru. Tapi tidak ada kata sepakat. Permintaan mereka tidak sesuai dengan hitungan bisnis kami. Tapi kami sudah menawarkan solusi dengan mempersilakan anggota serikat pekerja bergabung menjadi karyawan, tapi mereka menolak," jelasnya.
Supriyanto menjelaskan, pada dasarnya mereka tidak perlu pekerja tambahan. Karena karyawan J&T wilayah Riau yang mencapai 600 orang sudah cukup untuk melakukan aktivitas bongkar muat. Selain itu menurutnya barang-barang yang diturunkan dari mobil ekspedisi juga tidak berat. Barang itu menurutnya barang konsumen yang bahkan beratnya banyak di bawah 1 kilogram (kg).
"Selain itu kami juga dalam bongkar ini perlu perlakuan khusus, karena banyak barang pesanan konsumen yang rentan. Kemudian ada proses sortir, hingga yang harus mengerjakan ya harus karyawan. Makanya kami tawarkan kami siap menerima karyawan dari serikat, tapi mereka menolak," kata Supriyanto lagi.
Supriyanto tidak menampik karyawannya yang menjadi korban aksi tersebut melapor ke polisi. Selain karyawan, akibat insiden tersebut, beberapa kendaraan ekspedisi dan barang konsumen dari perusahaan tersebut juga mengalami kerusakan.(end)