(RIAUPOS.CO) - Buku kumpulan esai karya salah seorang sastrawan Riau, Griven H Putra, diperbincangkan secara meluas oleh segenap sastrawan, penulis, penyair dan mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak), Senin (25/2). Ruang seminar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak di lantai dua itu, penuh. Berbagai pergelaran musikalisasi puisi mewarnai perbincangan tersebut. Di antaranya, grup Kesara Unilak.
Bedah buku Celana Tak Berpisak yang terdiri dari 590 halaman ini, menghadirkan pembicara Dr. Junaidi M Hum, Syaukani Alkarim dan Griven sendiri yang dimoderatori Hang Kafrawi. Herman Rante, Dekan FIB, saat membuka kegiatan yang ditaja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FIB, menyebutkan, berbagai kegiatan sastra memang seharusnya sering dilakukan FIB sesuai dengan jurusan.
’’Tentu saya berharap agar kegiatan seperti bedah Buku ini lebih sering dilakukan di FIB, agar mahasiswa bertambah ilmunya, jam terbangnya, dan pengalamannya,’’ ujar Herman Rante.
Dr Junaidi, selalu pembedah pertama, buku karya Griven, memaparkan, buku ini berisi tentang perjuangan, keberanian orang Melayu dalam membela negeri. Kesimpulannya ini diambil dari tafsir ’pisak’ atau ’pesak’.
’’Ada makna yang lebih luas dalam judul makna tak berpisak ini. Keberanian dan perjuangan. Selain itu membicarakan tentang keresahan-keresahan tentang Riau. Sebagian juga berbau nasional atau isu global. Ini respon dari orang yang kritis dengan isu terkini, lalu ditulisnya, ’’ kata Junaidi.
Syaukani Alkarim, sastrawan Riau, memiliki cara bedah yang berbeda. Syaukani lebih banyak menyampaikan petatah petitih kepada mahasiswa yang hadir, karena mayoritas belum membaca buku tersebut. Ia juga mengungkapkan, apa yang dilakukan Griven dengan karyanya itu, menunjukkan bahwa Griven adalah contoh sastrawan yang giat menulis, melahirkan buku di tengah hiruk pikuk medsos yang jauh dari kertas.
’’Griven, dengan karyanya ini, membuktikan bahwa ia tetap dan terus tunak membudayakan tulis menulis dan mengajak yang lainnya untuk menulis. Inti buku ini adalah sorotan di berbagai bidang dan mengajak kita agar memiliki penyangga yang baik agar lebih kuat, ’’ katanya.
Perbincangan dan diskusi berjalan hangat. Saling mengisi, jawab menjawab. Isi feminisme pun mencuat, tersebab arah Celana Tak Berpisak seolah menunjukkan keberpihakan kepada kaum pria saja. Kegiatan ini dihadiri berbagai sastrawan dan penyair. Antara lain, Abel Tasman, Kunni Masrohanti, Jefry Al Malay dan Bambang Kariyawan.
Penulis, Griven H Putra, ’dijegal’ untuk tudak bersuara diawal perbincangan. Setelah diskuai berjalan leluasa, Griven baru diberi kesempatan. ’’Terimakasih kepada semua sahabat, sastrawan terkhusus FIB Unilak yang meghelat bedah buku saya ini. Semoga apa yang saya rekam melalui tulisan ini berarti bagi orang banyak dan bagi Riau, ’’ Kata Griven. (kun)