PEKANBARU (RIUAPOS.CO) - Ratusan karyawan berstatus tenaga harian lepas (THL) Rumah Sakit Daerah (RSD) Madani Kota Pekanbaru mengeluhkan gaji mereka yang dipotong. Pemotongan dilakukan manajemen RSD Madani sebesar 40 persen sejak September 2022 lalu.
"Kami merasa dizalimi. Kehidupan kami susah sekarang. Gaji dipotong 40 persen sejak bulan lalu (September, red)," ungkap salah seorang THL yang tak bersedia namanya di ekspose saat ditemui Riau Pos di area parkir sepeda motor RSD Madani, Rabu (23/22) siang.
Sejumlah THL tersebut memakai pakaian baju kemeja putih dan celana panjang hitam. Saat ditemui, mereka sedang berkumpul di parkiran. Mereka mengungkapkan jumlah THL di RSD Madani ada sekitar 600 orang.
"Kami pusing sekarang, Bang. Dulu kami terima gaji sekitar Rp2,2 juta per bulan. Tetapi sejak September (2022, red) gaji yang kami terima dipotong sekitar 40 persen. Jadi terima gaji tinggal sekitar Rp1,3 juta per bulan. Apa tak pusing kami? Itu pun memang tidak diinformasikan kalau ada pemotongan gaji," tambah karyawan THL lainnya yang juga tak bersedia disebut namanya itu.
"Kami jangan disebutkan namanya ya Bang. Bisa dipecat nanti," tambahnya.
Karena gaji dipotong, para THL mengaku harus berutang untuk memenuhi keperluan rumah tangga mereka.
"Terpaksa kami ngutang uang dan ngutang sembako untuk memenuhi keperluan hidup sejak gaji dipotong oleh pihak rumah sakit," kata karyawan THL lainnya.
Mereka mengungkapkan, karyawan berstatus outsourcing tidak ada pemotongan gaji. Mereka menerima gaji di atas Rp2 juta per bulan. Karyawan outsourcing merupakan satpam RSD Madani. Sedangkan pegawai THL yang gajinya dipotong adalah dari karyawan medis dan non-medis.
Saat Riau Pos ingin mendapatkan keterangan soal pemotongan gaji THL dari manajemen RSD Madani, Riau Pos diminta menunggu oleh pegawai berseragam putih hitam.
Lalu, THL di bagian informasi menemui Riau Pos dan mengatakan bahwa di ruangan humas RSD Madani kosong, tidak ada pejabat terkait. "Tidak ada pejabat di bagian humas. Kabag-kabagnya juga tak ada. Direktur RSD Madani juga tidak ada di ruang kerjanya," jelasnya.
Riau Pos lalu meminta salah satu nomor pejabat rumah sakit, namun para karyawan tidak ada yang berani memberikannya. "Kami tidak bisa memberikan nomor kontaknya. Kami dilarang menyampaikan informasi apapun keluar," kata THL lainnya di meja informasi itu.
Seorang petugas satpam RSD Madani, Tria R yang ditemui Riau Pos di luar pintu masuk utama rumah sakit mengaku tidak mengetahui apapun. "Saya tak tahu Pak Direktur dan Kabagnya sore ini masuk kerja di rumah sakit lagi atau tidak. Saya tidak tahu ke mana mereka keluarnya," ungkap Tria.
Sementara itu, Direktur RSD Madani Kota Pekanbaru dr Naldo tidak merespon saat dikonfirmasi terkait pemotongan gaji ratusan THL di RSD Madani melalui sambungan telepon dan pesan WA sampai pukul 16.30 WIB.
Terpisah, Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun mengatakan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru tidak ada keinginan memotong honor pegawai THL RSD Madani.
"Tadi malam saya dapat berita dan saya kros cek ke BPKAD, ada gak dipotong? Ternyata tidak dipotong tetapi laporan dari BPKAD ternyata penganggaran uang itu kurang untuk honor (THL, red). Untuk itu saya minta kepada direktur rumah sakit agar disampaikan yang sebenarnya kalau uang ini kurang harusnya dibayarkan yang sesuai. Nanti cabo ditambahkan di tahun depan," kata Pj Wako, kemarin.
Lanjutnya, artinya ini kesalahan dari penganggaran dari RSD Madani itu sendiri. "Kita selama ini malah mengembalikan tukin (tunjangan kinerja, red), honor RT/RW, masak kita potong, kan gak masuk akal. Tapi jangan digiring-giring lah.
Nanti saya minta khusus rumah sakit sesuaikan gaji ini kurangnya dibayarkan tahun depan. Karena memang penganggarannya kurang di APBD," katanya.
Untuk itu dirinya juga telah meminta Sekko untuk menelusurinya di mana terjadi miss nya ini. "Intinya jangan pernah ada bahasa kalau pemerintah kota memotong, kami disini tidak pernah memotong," tegasnya.(ilo)