PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Masih tingginya harga beras premium di pasar membuat masyarakat mulai beralih mengonsumsi beras Bulog, yakni beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Namun sayang di pasaran masih ditemukan pedagang yang menjual beras SPHP di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditentukan, yaitu Rp57.500 per 5 kilogram (kg).
Pantauan Riau Pos, Ahad (22/10) di salah satu toko beras di Pasar Dupa Kencana terdapat pedagang yang menjual beras Bulog SPHP di atas harga eceran tertinggi yaitu Rp60.000 untuk ukuran 5 kilogram. Padahal pemerintah telah menetapkan harga jual beras tersebut berkisar Rp57.500/5 kilogramnya.
Salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya kepada Riau Pos mengaku memang menjual beras Bulog SPHP itu sekitar Rp60.000/5 kilogram, namun saat ditanyakan lebih lanjut terkait kenaikan harga jual yang ia lakukan, pedagang tersebut enggan memberikan penjelasan dan malah sibuk melayani pembeli lainnya.
”Memang segitu jualnya, kalau mau diambilkan, kalau tidak ya tidak apa-apa,” ucap salah satu pedagang di pasar tersebut.
Hal yang berbeda terlihat di salah satu toko beras di Jalan Tengku Bey. Di toko tersebut harga jual beras SPHP masih berkisar Rp57.500/ 5 kilogramnya, sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah. Bahkan stok beras SPHP tersebut cukup melimpah sehingga banyak masyarakat yang sudah mulai membelinya.
”Saya baru sebulan ini jadi outlet RPK, untuk stok itu yang masuk kemaren ada 1 ton, tapi karena ini baru belum banyak yang tahu juga, namun lumayanlah penjualannya sekarang,” ucap Teo, pedagang beras di Jalan Tengku Bey.
Sementara itu, Yunisa salah seorang pembeli mengaku terkejut saat mengetahui harga jual beras Bulog tersebut sudah naik dan tidak lagi sesuai dengan harga yang berlaku. Ia pun meminta kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya dapat kembali menindak tegas para pedagang nakal yang memang sengaja menjual beras Bulog dengan harga yang cukup tinggi.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Pekanbaru melalui Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan DKP Kota Pekanbaru Dinal Husna, Disketapang Pekanbaru terus melakukan monitoring terhadap perkembangan harga beras dan kelancaran penyaluran beras SPHP, dari outlet hingga Rumah Pangan Kita (RPK).
Bahkan, petugas yang turun ke lapangan akan dilengkapi dengan tanda pengenal resmi, sehingga proses pemantauan akan mencakup pemastian outlet dan RPK memasang spanduk RPM dan mencantumkan Harga Eceran Tertinggi (HET) di depan tempat usaha mereka.
”Outlet atau RPK harus mencantumkan kegiatan mereka di depan tempat usaha, serta disebutkan HET untuk pembelian kepada masyarakat. HET untuk beras SPHP adalah Rp57.500 per kemasan 5 kilogram,” tambahnya.
Selain itu, monitoring ini juga bertujuan untuk memastikan beras yang disalurkan melalui outlet dan RPK yang telah bekerja sama dengan Bulog untuk penjualan langsung beras SPHP kepada masyarakat.
Upaya ini bertujuan untuk mencegah penjualan beras SPHP dengan harga lebih rendah, yang dapat menyebabkan kenaikan harga beras di kalangan masyarakat.
Dalam rangka memastikan distribusi beras SPHP sampai ke masyarakat, pemerintah akan menerapkan sanksi bagi outlet atau RPK yang melanggar ketentuan yang telah disepakati.
”Sanksi akan diterapkan secara berjenjang, dengan peringatan pertama. Namun, jika pelanggaran berlanjut, bisa mencapai langkah pemutusan kerja sama penyaluran beras SPHP,” tuturnya.
Lanjut Dinal Husna, di Pekanbaru terdapat ratusan outlet dan RPK yang telah terdaftar. Mereka tersebar di seluruh kecamatan dan kelurahan di Kota Pekanbaru. Di mana setiap bulan, masing-masing outlet menerima alokasi 1 ton beras SPHP untuk dipasarkan langsung kepada masyarakat.
”Kami akan terus melakukan monitoring dan evaluasi, ini merupakan bagian dari upaya serius untuk memastikan program SPHP berjalan dengan lancar dan beras yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Riau-Kepri Maidana Aulia Siregar mengatakan, stok beras di Provinsi Riau diprediksi aman hingga Februari 2024. Saat ini ketersediaan besar di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Riau-Kepri masih terdapat 19 ribu ton.
Di mana target penyaluran beras tahun 2023 di Riau sebanyak 35 ribu ton, dan sudah disalurkan untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 27 ribu ton.
”Stok beras kita masih ada 19 ribu ton dan akan kita tambah lagi paling tidak ada 8 ribu ton, maka diperkirakan sampai Februari 2024 nanti masih cukup,” katanya.
Dia menjelaskan, bahwa dalam 19 ribu ton stok beras tersebut masih terdapat cadangan beras pemerintah daerah. Di mana cadangan beras di Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura Riau berjumlah 185 ton, dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru memiliki cadangan sebanyak 22 ton.
Di mana cadangan beras milik Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pelalawan 12 ton, Kampar 49 ton, Rokan Hulu 4 ton, Bengkalis 49 ton, Indragiri Hulu 99 ton, Indragiri Hilir 11 ton, dan Kota Dumai sebanyak 10 ton.
”Harapan kita juga nanti ada juknis penyalurannya untuk teman-teman di daerah karena ada sampai 440 ton di gudang,” sebutnya.
Bulog saat ini sedang melakukan gerakan pasar murah di semua wilayah yang ada di Provinsi Riau. Akan tetapi, masih terdapat daerah-daerah yang tidak terjangkau seperti di kepulauan yang ada di Provinsi Riau.
”Jadi harapan saya nanti dinas pangan bisa bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional terkait transportasi untuk menyalurkan beras yang ada di gudang kami ke daerah-daerah tersebut,” tegasnya.(yls)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, PEKANBARU