Lanjutnya, menjelang hari ke-26 Ramadan, mulai menjual lampu botol lengkap dengan bambu dan minyak lampu. Per botolnya dibandrol Rp10 ribu. Lalu, pembeli banyak dari luar daerah. Beberapa yang pernah beli dari daerah Dumai, Siak dan Bengkalis. Bahkan, katanya pernah di tahun lalu pasangan tersebut iseng menyuruh anaknya menjual lewat online. Ternyata, respon masyarakat luar biasa.
“Ada orang dari Bengkalis memesan sebanyak 2 ribu lampu botol. Kami pun terkejut dan ketawa. Bahkan jika bisa memenuhi diberi harga lebih. Kami pikir tidak akan memesan sebanyak ini, paling sekitar 100 sampai 200 lampu. Karena terlalu banyak, maka kami pun tidak menyanggupi,” ungkapnya.
Untuk saat ini dalam seharinya bisa mendapat omzet Rp75 ribu sampai Rp90 ribu. “Dari pada tidak ada kegiatan, mending buat usaha dan berkreativitas, yang penting halal,” ujarnya.
Keluarga tersebut pun sering menjual barang musiman. Seperti, jualan saat musim layang-layang, musim 17 Agustusan dan berbagai musim lainnya. Namun dalam kesehariannya, mengelola bengkel dan jualan baju bekas di Pasar Tangor. Dari kerja kerasnya tersebut, bisa membangun rumah meski sekarang masih menempati rumah yang disewa di atas lahan orang.(*3/ade)
Laporan MARIO KISAZ, Kota