(RIAUPOS.CO) -- Banyak tempat makan di Kota Pekanbaru yang menampilkan nuansa perkampungan. Atap rumbia menjadi salah satu ciri khasnya. Ini menjadi berkah bagi pengusaha atap rumbia.
Tempatnya yang epik bak perkampungan, menjadikan banyak rumah makan diminati pengunjung. Sebut saja seperti warung penyetan yang ada di jalan-jalan seputar Pekanbaru. Beratapkan daun rumbia, di situlah konsep perkampungan semakin menonjol.
Di balik konsepnya yang epik, siapa sangka penjual atap rumbia tersebut tinggal di daerah Kulim, Tenayan Raya. Aprizal, namanya. Ia telah menggeluti usaha tersebut selama 12 tahun.
“Sudah 12 tahun usaha atap. Enam tahun usaha di depan (dekat jalan raya Lintas Timur) dengan ngontrak, kemudian membangun rumah di tanah dan lahan sendiri,” ucapnya.
Awalnya, ia berjualan barang harian, lama kelamaan memulai bisnis kayu. Namun, karena dianggapnya rumit dengan berbagai macam izin, perlahan bisnis kayunya diganti dengan dengan atap rumbia. Atap-atap rumbia tersebut ia selipkan di dagangan kayunya menjelang habis. Pada akhirnya, ia memantapkan diri berjualan atap daun.
“Pertama kali, atap dari Okura, kini berganti atap rumbia dari Selat Panjang baru kemudian Sumbar. Memperkenalkan secara bertahap kepada pembeli,” jelasnya.
Sejauh ia berjualan atap, banyak pembeli dari Rohul, Bangkinang, Talukkuantan, Buluh Cina, Pasir Putih, Kubang dan lainnya. Kalau resto banyak untuk di Pekanbaru.
Perihal pendapatan, ia katakan kalau pasokan lancar, bisa memperoleh Rp8 juta per bulan. ‘’Normalnya bisa Rp8 juta per bulan jika lancar. Kadang bisa lebih dan kurang, tergantung pembeli,’’ katanya.
Dikatakannya, berjualan atap, menurutnya gampang-gampang susah. Sebab, pembeli banyak menggunakan untuk usaha keluarga seperti rumah makan dan kandang ayam. Selain itu, atap daun akan terbeli kembali setelah rusak dalam jangka waktu tiga tahun. Atap-atap yang dijualnya, kebanyakan dari Selatpanjang. Sebab, sekali pesan bisa langsung satu kapal, meski dalam jangka waktu dua bulan. Katanya per kapal bisa memuat sebanyak 23 ribu atap.
“Atap dari Selatpanjang dibuat di sana. Ada tiga kampung yang membuat. Pembuat banyak dari kalangan ibu-ibu. Sehingga ibu-ibu di sana pada makmur dan sejahtera, ada yang dibelikan kebun karet,” ungkapnya.
Lebih lanjut, rumah makan yang di Pekanbaru banyak membeli atap rumbia di tempat usahanya. Katanya, sekarang banyak yang tak mau usaha atap dan bambu karena lambat.
‘‘Sementara orang ingin penjualan dan pendapatan cepat. Meski rodanya lambat tapi pasti,’’ katanya.(*3)
Laporan MARRIO KISAZ, Kota