PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kota Pekanbaru menjadi percontohan pengembangan transportasi massal berbasis jalan atau Bus Rapid Transit (BRT). Pasalnya, Kota Pekanbaru termasuk salah satu dari enam kota di Indonesia yang akan menjadi percontohan dalam pengembangan BRT. Enam kota itu yakni Makassar, Pekanbaru, Batam, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Penjabat Wali Kota (Pj Wako) Pekanbaru Muflihun mengatakan, rencananya di Kota Pekanbaru akan dibangun BRT dengan lajur khusus yang akan dibawahi oleh Sustainable Urban Transport Programe Indonesia (Sutri Nama) dan Indonesiaan Bus Rapid Transit Corridor Development Project (Indobus).
”Kami telah menggelar pertemuan dengan Country Director GIZ Indonesia Hansen Martin, itu dalam rangka ekpos tentang rencana pengembangan transportasi umum massal di Pekanbaru. Rencananya, di Kota Pekanbaru akan dibangun BRT dengan lajur khusus yang akan dibawahi oleh Sustainable Urban Transport Programe Indonesia dan Indonesian Bus Rapid Transit Corridor Development Project. Dalam ekspos ini fokus untuk pengembangan sektor transportasi, mungkin jalur bus. Bus penumpang Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Nangka (Jalan Tuanku Tambusai), Jalan HR Soebrantas, dan Jalan Garuda Sakti,”kata Muflihun, Kamis (19/10).
Menurutnya, dari design yang ditawarkan oleh Sutri Nama dan Indobus sangat bagus. Apalagi, manfaat dengan adanya transportasi yang terintegrasi. ”Kalau kita lihat memang desainnya cukup bagus dan banyak manfaatnya. Manfaatnya itu mengurangi kemacetan dan mengurangi polisi udara,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, dengan dihematkannya volume kendaraan di jalan dan beralih ke transportasi umum merupakan langkah yang bagus untuk sekelas Kota Pekanbaru termasuk 10 kota terpadat di Indonesia.
Hanya saja kata Muflihun, Pemko Pekanbaru masih mencoba mencari solusi untuk pembiayaannya. Pasalnya, untuk biaya tersebut akan menggunakan biaya yang sangat besar. ”Cuma hari ini kami masih mencoba mencari pembiayaannya. Karena ini membutuhkan uang yang sangat banyak sekali. Kami bisa sharing dengan provinsi dan juga pusat bagaimana bisa mengakomodir di Pekanbaru,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, bahwa gagasan itu masih rencana dan belum ada penganggaran dari Pemko Pekanbaru. Jika memang diperlukan, pihaknya juga tidak akan mengambil kebijakan sendiri. ”Tapi kalau ini memang sangat-sangat dibutuhkan kita tidak bisa putuskan sendiri, kita akan sharing,” terangnya.
Dijelaskannya, fokus Pemko Pekanbaru saat ini adalah bagaimana menyelesaikan persoalan jalan rusak di Kota Pekanbaru. Pasalnya, jalan-jalan di Kota Pekanbaru belum memadai.
”Kita hari ini bagaimana mengaspal jalan, jalan berlubang. Itu yang fokus kami. Contoh hari ini Jakarta, semua jenis transportasi sudah ada di sana. Kita juga harus sudah memikirkan ke sana. Hari ini kita belum bisa fokus dan belum menjadi program kita karena memang kondisi keuangan kita yang belum baik. Dan juga fisik jalan-jalan kita belum memadai Jadi pelan-pelanlah,” pungkasnya.
Diketahui, Kemenhub RI bersama Gubernur Riau dan Wali Kota Pekanbaru sebelumnya sudah melakukan MoU terkait sinergi perencanaan dan pelaksanaan pengembangan koridor Bus Rapid Transit dengan jalur khusus di bawah proyek Sutri Nama dan Indobus pada 8 Oktober 2019 lalu.
Menindaklanjuti MoU tersebut, Sutri Nama dan Indobus telah mendukung Kota Pekanbaru dengan melakukan berbagai kegiatan di antaranya, pengembangan kapasitas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Pekanbaru. Sutri Nama dan Indobus telah bekerja sama dengan Dishub, PUPR dan Manajemen Transportasi untuk meningkatkan kompetensi Pemko Pekanbaru mengenai pengembangan sistem transportasi.
Sutri Nama dan Indobus juga melakukan pendampingan teknis terkait pembuatan naskah akademik Perda terkait alokasi anggaran daerah yang akan digunakan untuk penyelenggaraan angkutan umum di Pekanbaru.
Selain itu, Sutri Nama dan Indobus juga sudah melakukan studi kelayakan untuk merancang sarana dan prasarana angkutan massal BRT, mengidentifikasi kebutuhan biaya, serta menganalisis manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan BRT.
Dalam perencanaannya, ada 15,8 kilometer koridor BRT dengan lajur khusus dan 23 unit stasiun BRT yang akan dibangun. Untuk rutenya, BRT akan melayani 9 rute dengan estimasi penumpang hingga 50 ribu perjalanan setiap harinya. Kemudian untuk titik integrasinya ada di Bandara SSK II Pekanbaru dan Terminal BRPS.
Untuk pembangunan infrastruktur tersebut, Pemko Pekanbaru harus mengeluarkan anggaran sekitar Rp800 miliar.(dof)