LUNCURKAN PIL KB KHUSUS IBU MENYUSUI

Pekanbaru Terendah Kasus Stunting di Riau

Pekanbaru | Kamis, 20 Januari 2022 - 10:31 WIB

Pekanbaru Terendah Kasus Stunting di Riau
Kepala Perwakilan BKKBN Riau Mardalena Wati Yulia didampingi Kadisdalduk KB Kota Pekanbaru M Amin foto bersama peserta pada acara peluncuran pil KB bagi ibu menyusui di Puskesmas Rejosari, Rabu (19/1/2022). (ELVY CHANDRA/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kota Pekanbaru berada di urutan terendah stunting dibandingkan dengan kabupaten/kota se- Provinsi Riau dengan angka 11,4 persen. Sementara terendah kedua diduduki Kabupaten Siak 19,0 persen, selanjutnya Pelalawan 21,2 persen, Bengkalis 21,9 persen, Kuansing 22,4 persen, Dumai 23,0 persen, Kepulauan Meranti 23,3 persen, Inhu 23,6 persen, Kampar 25,7 persen, Rohul 25,8 persen, Inhil 28,4 persen dan Rohil 29,7 persen.

Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, sesuai amanat Keppres Nomor 72/2021 dalam rangka penurunan stunting, ada empat indikator yang diamatkan pada BKKBN. Salah satunya, meningkatkan KB pascasalin.


Selama ini KB pascasalin ini terbatas, sehingga BKKBN meluncurkan pil menyusui progrestin.Ini tidak mempengaruhi Air Susu Ibu (ASI) karena selama ini kan kendalanya mereka takut ASI-nya terganggu.

"Makanya, pada hari ini BKKBN meluncurkan pil khusus ibu menyusui dan tidak mengganggu ASI. ASInya lancar dan juga sehat," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi saat membuka acara peluncuran Pil KB bagi Ibu Menyusui Dalam Mendukung ASI Ekslusif guna mencegah stunting di Puskesmas Rejosari, Rabu (19/1).

Hadir dalam acara tersebut Kadisdalduk KB Kota Pekanbaru, Kepala Puskesmas Rejosari Pekanbaru, Mira Susmita, Koordinator Bidang KB KR BKKBN Riau Supriadi dan undangan lainnya.

Disinggung soal target, Mardalena mengharapkan ibu menyusui pascasalin, ada 34 persen dan dapat meningkatkan KB karena KB pascasalin ini salah satu upaya penurunan stunting. Ketika ibu ber-KB, maka ia mengatur jarak kelahiran sehingga bisa menyusui anaknya dengan maksimal.

"Kalau dari hasil penelitian, anak kasih sayangnya kurang, maka pertumbuhannya juga kurang," ujarnya.

Ditambahkan Mardalena, berdasarkan hasil studi status kesehatan gizi yang di launching di akhir 2021, Riau berada di nomor 10 terbawah stunting dengan 22,3 persen. Sementara Kota Pekanbaru cukup rendah yakni 11,4 persen dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Provinsi Riau.

"Walau pun telah di bawah target, tapi kita  harus melakukan pencegahan. Apalagi presiden menargetkan nasional bisa di angka 14 persen. Sementara Pekanbaru sudah di bawah itu," ujar Mardalena lagi.

Sementara itu, Kadisdalduk KB Kota Pekanbaru M Amin mengatakan, memang dari awal stunting di Kota Pekanbaru rendah. Dulu, pada rapat dengan Bappeda berada di angka 22 persen. Tapi, untuk menurunkan angka ini kami membentuk remaja peduli stunting yang berada di 12 kampung KB. Maka, Alhamdulillah kegiatan ini penanganannya langsung dan ada dampaknya," ujar Amin.

Namun, penanganan stunting bukan itu saja, tapi dari catinnya. Hari ini 11,4 pesen, tapi kalau tidak ditangani, maka angka 11,4 persen ini bisa naik. Sehingga saat ini lebih banyak melakukan pencegahannya.

Kepala Puskesmas Rejosari Mira Susmita menyampaikan ucapan terima kasih karena telah memilih Puskesmas Rejosari sebagai tempat launching Pil KB khusus ibu menyusui dalam rangka penanganan stunting.

"Kami di Puskesmas sangat mendukung untuk semua program, terutama program kesehatan. Salah satunya adalah soal pencegahan stunting," katanya.

Dikatakan Mira, pada 2020 adapun balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Rejosari sebanyak 230 balita. Tapi setelah dilakukan pembinaan, pengawasan dan pendamping ada pengurangan balita yang stunting.

"Dan per 31 Agustus 2021, untuk angka balita stunting berkurang jauh yaitu hanya 31 balita saja. Tapi kita tidak menutup kemungkinan di Bulan September hingga Desember 2021 ada penambahan lagi. Kami akan tetap melakukan pendataan," pungkasnya.(yls)

Laporan ELVY CHANDRA, Tenayan Raya









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook