PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Semakin menjamurnya gelandangan dan pengemis (gepeng) di sejumlah ruas jalan di Kota Pekanbaru membuat masyarakat semakin merasa gerah. Pasalnya, keberadaan mereka dianggap sudah sanggat mengganggu para pengguna jalan.
Pantauan Riau Pos, Rabu (19/1) di simpang Arengka, tampak sejumlah gepeng sengaja datang ke sejumlah kendaraan bermotor untuk mendapatkan uang dengan cara meminta kepada pengendara.
Bahkan tak jarang, mereka sengaja membawa anak kecil hanya untuk mendapatkan perhatian dari para pengendara yang melintas.
Salah seorang masyarakat Dian mengaku sudah sangat merasa resah dengan banyaknya gepeng yang sengaja memanfaatkan keberadaan anak kecil sebagai ladang meminta-minta kepada masyarakat.
"Kadang kasihan melihat anak-anak yang masih kecil dibawa berpanas-panasan hanya untuk mereka mendapatkan uang dari pengendara. Ya saya berharap pemerintah segera bisa mengambil tindakan tegas agar jangan ada yang menyalahgunakan keberadaan anak kecil . Apalagi sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi," ucapnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pekanbaru berencana memberikan pelatihan kepada gelandangan dan pengemis (gepeng) yang berhasil terjaring razia petugas.
Kepala Dinsos Kota Pekanbaru Dr H Idrus SAg MAg mengatakan, pihaknya akan melalukan pelatihan jika anggaran memungkinkan.
"Kami saat ini sedang merancang sesuai dengan anggaran yang ada. Keinginan kami memang harus ada pelatihan untuk gepeng. Jadi begitu mereka terjaring razia oleh petugas dan dimasukkan ke shelter, kita lakukan pelatihan," ujar Idrus.
Meskipun begitu, Idrus juga merasa khawatir, karena jika sudah menjadi kebiasaan mendapatkan uang dengan cara instan, gepeng yang sudah diberikan pelatihan dikhawatirkan akan kembali mengemis di jalanan.
"Inilah salah satu solusinya. Tapi kalau sudah mendarah daging, dia akan kembali ke jalan. Sebab kalau diberikan pelatihan, ini prosesnya panjang. Dia ingin prosesnya instan dapat duit. Tegak di jalan dapat duit Rp100 hingga Rp 200 perhari. Kalau menjadi penjahit, mungkin perlu modal. Ini yang agak sulit. Namun kita akan berupaya," ujar Idrus.
Idrus berharap agar mensyarat tidak lagi memberikan bantuan berupa uang kepada para gepeng di Kota Bertuah, sehingga mereka bisa berusaha untuk mencari pekerjaan lain dan tidak lagi meminta kepada masyarakat.
"Semua ini berkaitan. Kalau masyarakat tidak memberikan uang kepada mereka, pasti mereka akan memutar otak agar bisa tetap makan, ya salah satu caranya dengan bekerja lain. Buka dengan cara meminta lagi," tegasnya.(ayi)