PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Henti jantung mendadak merupakan pembunuh terbesar nomor satu di dunia. Penyakit jantung pada orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Angka kematian dunia akibat penyakit jantung koroner berkisar 7,4 juta pada tahun 2012.
Di Amerika Serikat, henti jantung mendadak merupakan salah satu penyebab kematian mendadak tersering. Sedangkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen.
Hal inilah yang membuat Program Studi (Prodi) Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK Unri) tergerak pelatihan kemampuan dasar dalam penanganan pasien henti jantung mendadak, khususnya bagi tenaga medis di Puskesmas.
Ketua pelaksana kegiatan, dr Johannas SpAn kepada Riau Pos mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya sempat mendatangi Puskesmas Tambang, Kabupaten Kampar.
''Dalam rangka pengabdian masyarakat Prodi Anastesi FK Unri, kami memberikan pelatihan bantuan hidup dasar yang kali ini ditujukan untuk tenaga kesehatan. Berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan medis dalam hal bantuan hidup dasar berupa pijat jantung luar yang ditujukan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang mengalami henti jantung dan henti nafas mendadak,'' ujarnya, Ahad (18/9).
Dia melanjutkan, 70 persen dari out-of-hospital cardiac arrest (OHCA), kejadian henti jantung di luar rumah sakit terjadi di rumah, dan sekitar lima puluh persen tidak diketahui. Hasilnya pun biasanya buruk. Hanya sekitar 10,8 persen pasien dewasa OHCA yang telah menerima upaya resusitasi oleh penyedia layanan darurat medis atau Emergency Medical Services (EMS) yang bertahan hingga diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
“Sebagai perbandingan, in-hospital cardiac arrest (IHCA) atau kejadian henti jantung di rumah sakit, memiliki hasil yang lebih baik, yakni 22,3 persen- 25,5 persen pasien dewasa yang bertahan hingga diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Henti jantung mendadak adalah hilangnya fungsi jantung pada seseorang secara tiba-tiba yang mungkin atau tidak mungkin telah didiagnosis penyakit jantung,'' terangnya.
Dia menambahkan, henti jantung mendadak terjadi ketika malfungi sistem listrik jantung dan kematian terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti bekerja dengan benar. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak normal, atau tidak teraturnya irama jantung (aritmia). Sedangkan Basic Life Support (BLS) atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti napas, atau obstruksi jalan napas.
Bantuan hidup dasar meliputi beberapa keterampilan yang dapat diajarkan kepada siapa saja, yaitu mengenali kejadian henti jantung mendadak, aktivasi sistem tanggapan darurat, melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP) awal, dan cara menggunakan automated external defibrilator (AED).
''Idealnya di dunia, semua orang akrab dengan teknik dasar pertolongan pertama dan mengambil pelatihan teratur untuk memastikan pengetahuan tetap berjalan,'' tambahnya.(nda)