VINCULOS INDONESIA 2018

Tontonan Bergizi

Pekanbaru | Minggu, 19 Agustus 2018 - 20:58 WIB

Tontonan Bergizi
ORKESTRA: Persembahan orkestra kelompok musik Orkestra Orquestra de Cámara de Siero (OCAS) dari Kota Asturias, Spanyol, Jumat (17/8/2018) di Anjung Seni Idrus Tintin, Riau.

Kolaborasi OCAS (Spanyol) dan Riau Rhythm Chumbers Indonesia (Indonesia), Jumat (17/8) di Anjung Seni Idrus Tintin menjadi tontonan "bergizi". Dua karya komposer Rino Dezapaty Mby, "Planet Zapin" dan "Sound of Svarnadviva" yang diaransemen komposer Spanyol itu menawarkan suguhan berbeda dan bergensi.

----------------------------------------------------------------------------------------

Baca Juga :"Jaga Kelestarian dan Nilai-Nilai Budaya Melayu"

(RIAUPOS.CO) - SELAIN dua karya kolaborasi itu, kelompok musik Orkestra Orquestra de Cámara de Siero (OCAS) dari Kota Asturias, Spanyol juga mempersembahkan enam karya lainnya. Karya-karya itulah yang suguhkan di kota-kota yang mereka disinggahi, salah satunya Pekanbaru. Publik yang memadati gedung teater tertutup megah di kompleks Bandar Serai pun memberikan apresiasi tinggi.

Di sela-sela konsernya, Conductor OCAS Manuel Vas berbicara singkat didamping Angela Lopez yang juga pianis dan penari flamenco. Dalam kesempatan singkat itu, Manuel mengatakan, bahwa karya-karya anak Riau, salah satunya komposer Rino Dezapaty sangat brilian. Dia mengakui, tidak menyangka Riau Rhythm Chumbers Indonesia (RRCI) mampu mencipta karya musik sehebat itu.

"Ini karya yang bagus dan harus terus di-support agar menginspirasi komposer lainnya di Riau dan Indonesia," ujar Manuel dengan bahasa Spanyol dan ditranslet ke bahasa Indonesia oleh Angela Lopez.

Konsep musik RRCI sendiri cukup sederhana. Pola Melayu dengan gesture yang dinamis dipadukan dengan konsep musik barat yang progresif. Sehingga musik Melayu yang sederhana dan bersahaja menjadi lebih padat karena secara komposisi menggabungkan progresive chord yang luas. Lebih tepatnya, etchno electro. Konsep ini memang sudah ada kajiannya dan OCAS sendiri merupakan salah satu followers tipe musik yang sama.

Menurut Rino Dezapaty, karya-karya RRCI berangkat dari proses riset (seni, red) yang cukup lama. Setelah bolak-balik ke kawasan XIII Koto Kampar, tepatnya di kawasan Candi Muaratakus, barulah karya-karya itu lahir. Diakuinya, kebudayaan Melayu memulai dari puncak dan berangsur-angsur memudar sesuai dengan bergulirnya zaman.

Cukup lama kebudayaan di pusat Swarnadwipa (Sumatera) itu terbenam dan nyaris tak dikenali lagi secara luas. Hanya jadi bahasan di ruang terbatas di kalangan adat dan segelintir akademisi serta seniman. Karenanya, sebagai anak jati Riau, Rino Cs merasa perlu membangkitkan, "Batang Terendam" untuk mengabarkan pada dunia, bahwa Muaratakus adalah pusat kebudayaan tua di dunia.

"Kami tidak menggaji sejarah secara keilmuan atau akademis, sebagai seniman kami punya cara tersendiri untuk mengangkat kekayaan budaya yang telah diwariskan kepada kita sebagai anak cucu peradaban tersebut. Hasilnya, lahir karya musik yang kami dedikasikan untuk bangsa ini," ulas Rino disela-sela konser malam itu.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook