KOTA (RIAUPOS.CO) -- Berbagai macam sampah menjadi hal krusial di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Pekanbaru, Riau. Menurut Direktur Badan Kajian Rona Lingkungan FMIPA Universitas Riau, Tengku Ariful Amri, di Pekanbaru saat ini mobilitas penduduk tidak kurang dari 1,5 juta per hari. Ditumpu oleh penduduk Pekanbaru yang berkisar 1,2 juta.
Lalu 300 orang yang mobile (hilir mudik). Oleh sebab itu 1,5 juta orang akan menimbulkan problematika terhadap lingkungan, yakni sampah.
“Satu orang penduduk bisa menghasilkan 0,5 kg sampai 0,65 kg sampah per hari. Maka jika 1,5 juta penduduk akan menghasilkan 750 ribu kg sampah per hari. Jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah seperti tersumbatnya drainase, menimbulkan bau, sumber penyakit, sarang nyamuk dan lainnya,” ujarnya.
Sementara para pemungut barang bekas dalam satu hari di area car free day (CFD) bisa menghasilkan satu karung berukuran 100 kg.
Menurut Rosmiyati, sampah dari para pengunjung CFD ia punguti supaya tidak merusak lingkungan. “Satu karung 100 kg itu sama dengan 12 kantong kresek besar. Hasilnya tidak tentu, kadang dapat banyak kadang sedikit,” jelasnya.
Lanjutnya, berbagai macam sampah tersebut, khususnya plastik, jika dibersihkan dapat menghasilkan Rp50 ribu. Jika tidak dibersihkan, hasilnya sangat jauh.
“Biasanya, saya menjual setiap tiga pekan sekali. Bisa menghasilkan Rp485 ribu kadang sampai Rp600 ribu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, tidak hanya dirinya, namun ia memungut sampah bersama dengan enam temannya. Tak hanya di CFD, ia pun kerap mencari di sekitar Sail hingga Jalan Sudirman. Dengan membawa gerobak, ia pun cekatan memilah dan memilih sampah.
“Hasil dari penjualan digunakan untuk keperluan rumah dan anak sekolah. Jika hari libur anak saya yang paling kecil kelas IV SD, membantu mengutip. Ia mulai bantu saya sejak kelas III,” ucap wanita paruh baya yang tinggal di Jalan Hang Jebat ini.
Ia mengaku sudah 15 tahun memungut sampah. Sekarang selain memungut sampah, ia sambil jual kacang ke warung-warung. “Supaya dapat tambahan lebih untuk biaya hidup,” ujarnya.
Meski pekerjaannya sebagai pemungut sampah, ia berharap agar masyarakat Pekanbaru khususnya, agar sadar lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. “Jika tempat sampahnya jauh harus berusaha buang, jangan diletak begitu saja,” katanya.
Selain itu jika penduduk Pekanbaru sadar dengan sampah, memilah sampah mana yang bisa diolah untuk daur ulang, pemulung pun lebih mudah mengumpul sampah.
Pekerjaan pemulung memang terkesan kotor, tetapi jasanya sangat besar dalam menjaga kebersihan Kota Bertuah ini. Makanya mari bersama-sama menjaga kebersihan kota.(*3)
(Laporan MARRIO KISAZ, Kota)