KOTA (RIAUPOS.CO) - Pembangunan jalan layang (flyover) di Pekanbaru, khususnya di Simpang SKA disebut-sebut kurang perencanaan yang matang. Hal ini dikaitkan dengan belum difungsikannya terowongan yang ada di jalan layang tersebut.
Pendapat ini disampaikan pengamat perkotaan Mardianto Manan. Ia menyebut, pembangunan jalan layang SKA kurang perencanaan yang matang. “Seharusnya pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Riau terlebih dulu bisa memikirkan perencanaan yang matang agar dalam pembangunan jalan layang tidak menimbulkan permasalahan lagi di kemudian hari setelah difungsikan,” ujarnya, akhir pekan lalu.
Ia mengatakan, Dinas PUPR tidak bisa terus beralasan masih dilakukan rekayasa lalu lintas pascajalan layang difungsikan. Di mana alasan melakukan rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan.
“Itu namanya tidak memiliki perencanaan yang matang sebelum membangun flyover,”katanya.
Seharusnya, sebut Mardianto, sebelum pembangunan jalan layang dilakukan, sudah dipikirkan bagaimana arus lalu lintas begitu jalan layang difungsikan. Seperti bagaimana pengaturan lalu lintas, dari mana arah pengendara yang banyak melintas dan sebagainya.
“Dulu ya, setahu saya, dulu saya juga pernah ikut membahasnya bersama Kadis PU desain perencanaan awalnya tidak seperti itu (yang sekarang, red). Dalam perencanaan dulu berbentuk angka delapan,” terangnya.
Dikonfirmasi, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Riau, Yunnan Haris menjelaskan masih ditutupnya akses trowongan di jalan layang SKA karena dinas terkait masih melakukan rekayasa lalu lintas. “Memang sampai saat ini terowongan di bawah flyover itu ditutup karena dinas terkait sedang melakukan rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan. Untuk mempelajari, melihat etika dan tingkah laku pengendara. Belum tahu sampai kapan akan ditutup dan dibuka,” ujarnya.
Ia juga membantah ada yang salah dalam perencanaan pembangunan jalan layang simpang SKA. Ia katakan, terowongan masih ditutup hanya karena sedang dilakukan rekayasa lalu lintas.
“Ketika usai diresmikan, traffic light dihidupkan dan terjadi kemacetan. Setelah itu dimatikan dan dilakukan rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan. Setelah itu, traffic light dihidupkan kembali dan sampai saat ini tidak ada terjadi kemacetan. Mengapa masih ditutup terowongan di bawah flyover itu? Karena sedang merekayasa lalu lintas untuk mempelajari agar tidak terjadi kemacetan dengan dibukanya trowongan itu. Dan terowongan itu tidak boleh dan memang tidak dibolehkan untuk dilewati mobil besar,” terangnya.(dof)