PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sudah dua hari dua malam, puluhan mahasiswa Universitas Lancang Kuning memutuskan untuk menginap di kampus. Hal itu agar mahasiswa bisa menemui sang rektor untuk menyampaikan aspirasi. Di mana, sejak persoalan pemilihan kepengurusan organisasi mahasiswa dianulir rektor, sempat terjadi beberapa kericuhan antarmahasiswa di Universitas Lancang Kuning.
Presma Unilak priode 2019-2020 Amir Aripin Harahap saat dikonfirmasi Riaupos.co menceritakan, sudah dua hari ini puluhan mahasiswa dari kubu Cep Permana, selaku presiden mahasiswa terpilih pada kongres pertama Desember lalu menginap di kampus.
"Benar. Sebetulnya riak di tengah mahasiswa ini sudah terjadi sejak Desember lalu. Itu karena tidak adanya kebijaksanaan rektor yang turut mencampuri urusan organisasi kemahasiswaan. Alhasil, sesama mahasiswa saling bertikai. Sehingga terjadi gesekan sampai saat ini," ujar Amir kepada Riaupos.co, Kamis (18/2/2021).
Lebih jauh disampaikan, selama dua hari menginap di kampus, sejak Selasa-Rabu (16-17/2), puluhan mahasiswa kubu Cep Permana sempat melakukan aksi seperti membakar ban serta membuat pernyataan sikap. Sebab, kebijakan tanpa musyawarah yang telah diputuskan rektor, dinilai mahasiswa sangat tidak wajar dan mengganggu tatanan sistem demokrasi di Unilak.
Mahasiswa yang kritis, lanjut dia, tentunya sangat tidak menerima keputusan yang dinilai semena-mena. Sehingga lahirlah gerakan untuk penyampaian aspirasi dan keinginan untuk bertemu langsung dengan pimpinan tertinggi Unilak. Sebagai mahasiswa senior, Amir sendiri mengaku peristiwa serupa ini baru pertama kali terjadi semenjak Rektor Unilak dijabat Junaidi.
Ia bahkan secara resmi telah bersurat kepada rektor supaya ada langkah bijak yang bisa diambil agar situasi di Unilak bisa terkendali. Dikhawatirkan, bila rektor terus diam dan tidak mau menemui mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi, persoalan tersebut bakal terus meluas sehingga mengganggu terhadap aktivitas perkuliahan di kampus.
"Pertama dari sisi etika, tidak pantas menurut saya rektor turut campur bahkan membuat keputusan yang semena-mena. Saya dapat rekamannya. Bahwa rektor terang-terangan agar kubu Jimmy Saputra dilantik. Padahal, kongres pertama dilaksanakan oleh Plt Ketua DPM yang di SK-kan langsung oleh rektor. Ini ada apa?" sambungnya.
Selain dari sisi etika, aktivis yang dikenal keras saat melaksanakan aksi demo ini, juga menilai rektor melanggar aturan tentang panduan organisasi kemahasiswaan.
Sementara ketika dikonfirmasi Riau Pos.co melalui telepon selulernya, Kamis (18/2/2021), Rektor Unilak Dr Junaidi SS MHum mengatakan, apa yang dilakukan oleh mahasiswa itu terkait permasalahan yang sebelumnya sudah terjadi.
"Terkait permasalahan kemarin juga," ujarnya.
Bahkan ketika ditanya lebih lanjut, Dr Junaidi enggan memberikan tanggapan. "Silahkan ke humas saja ya, maaf saya tidak bisa memberikan tanggapan," singkatnya.
Diketahui sebelumnya, kericuhan antarmahasiswa sempat terjadi di Unilak pada Kamis (11/2/2021) lalu. Kericuhan tersebut turut memakan korban dua orang luka dari kalangan mahasiswa. Hal itu terjadi karena Presiden Mahasiswa Unilak terpilih pada kongres pertama, hendak menemui Wakil Rektor 3 untuk melakukan klarifikasi. Namun saat itu mahasiswa dari kubu Presma Unilak terpilih pada kongres kedua melakukan penghadangan sehingga terjadi bentrokan.
Laporan: Afiat Ananda dan Dofi Iskandar (Pekanbaru)
Editor: Rinaldi
Catatan Redaksi:
Judul dan isi berita ini telah dilakukan proses editing dari sebelumnya karena adanya informasi dari narasumber yang kurang akurat dan belum diverifikasi ulang. Demikian kesalahan kami perbaiki dan mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.