GELAR RITUAL SEKELUARGA MANDI DEPAN RUMAH

Mengaku Dapat Wahyu, Anak Bungsu pun Dikorbankan

Pekanbaru | Selasa, 18 Februari 2020 - 08:53 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Garis polisi melintang di depan rumah Her (38), warga Jalan Cipta Karya, Gang Anturium, Tampan. Pasalnya keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu serta tiga anaknya sempat melakukan ritual mandi di depan rumah. Kejadian itu sudah sejak Jumat (14/2) lalu.

Senin (17/2), warga dihebohkan karena satu keluarga tersebut tidak membuka pintu rumahnya. Kecurigaan muncul ketika Jun adik kandung menelepon abangnya Her. Namun Her tidak mengangkatnya. Sehingga sang adik yang tinggal di Garuda Sakti pun mendatangi rumah sang abang. Begitu sampai rumah Her, warga sudah ramai di depan rumahnya. Karena tidak juga dibuka pintunya, dia pun menghubungi polisi untuk membantu mendobrak pintu.


Saksi mata Endi (39) yang berada di lokasi mengatakan, kejadian sekitar pukul 10.30.

"Karena tak kunjung dibuka, kami bersama adiknya dan polisi ke belakang rumah. Dan diintip dari ventilasi jendela. Saat diintip dilihatlah anaknya yang bungsu (ketiga) bernama F (3) sudah telungkup. Lalu pintu didobrak. Dan kami masuk. Bagian lehernya terlilit hanger. Kemudian terdapat muntahan susu," sebut Endi.

Begitu masuk, orangtua bersama dua anaknya berada di dalam kamarnya dengan mengenakan pakaian putih. "Waktu kami bilang, anakmu meninggal nih? Terus dijawabnya biar ajalah dia meninggal, dia anak soleh, dia masuk surga," ungkap Her.

Lebih jauh, keluarga Her meresahkan warga sejak empat hari terakhir. Pada Jumat atau sekitar empat hari lalu mandi bersama dengan istri dan anaknya di depan rumah.

"Sempat divideokan warga dan dia marah. Sementara kalau bercerita menerima wahyu sudah satu bulan," terang Endi.

Endi melanjutkan, Her rajin beribadah dan berjamaah ke masjid. Ditambahkannya, selain mandi di depan rumah, Her pun sempat mencari ku­cing dan hewan lainnya.

"Kemungkinan itu wahyu yang diturunkan juga. Yang membuat saya tercengang sampai mengorbankan anaknya," jelasnya.

Sementara Ketua RT 03 RW 10 Djamal Ambo mengatakan, saat insiden itu terjadi dirinya sedang berada di luar.

"Jadi warga tadi menghubungi ke saya kalau anaknya yang paling kecil dibunuhnya. Terus saya pulang dan suruh telepon bhabinkamtibmas. Lalu polisi datang dan kami bersama-sama mendobraknya," sebutnya.

Dalam kesehariannya, Her dikenal baik dan punya jiwa sosial tinggi. Pun, katanya, rajin beribadah. Namun, sejak Jumat tingkahnya aneh. Bahkan pada malam minggu tidak boleh ada yang bertamu.

"Warga tidak boleh bertamu ke rumahnya. Dan yang hanya boleh bertamu saya, adiknya dan temannya yang bernama Pak Endi. Bahkan adiknya berjaga di luar, takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," tutur Djamal Ambo.

Benar saja pada Senin pagi dia tidak berangkat kerja. Itulah yang membuat adiknya yang satu kantor dengannya datang karena panik.

"Ternyata warga sudah ramai di rumahnya dan anak­nya telah dibunuh," ucapnya.

Kapolsek Tampan AKP Juper Lumban Toruan saat dikonfirmasi, membenarkan itu. "Sekitar 10.30 WIB laporan masyarakat yang merupakan adik kandung pelaku. Satu kerja dengan pelaku. Hari ini (kemarin, red) tidak masuk kerja dengan alasan sakit," jelasnya.

Polsek Tampan melakukan olah TKP. Ditemukan anak tiga tahun dalam posisi telungkup. "Diduga dilakukan ayah kandungnya. Dibunuh sekitar pukul 03.00. Dengan alasan, selama ini kuntilanak yang ada pada istrinya berpindah ke anaknya," terangnya.

Lalu dimatikan kuntilanak dengan cara membunuh anaknya. Pertama, dibekap anaknya. Kemudian mulutnya disumpel pakai kertas Alquran yang sudah disobek-sobek hingga penuh. Selanjutnya diangkat ke meja makan dengan posisi telentang. Gulungan Alquran dibakar dengan alat bakar plastik sampai akhirnya anak tersebut tidak bernapas dan meninggal. Karena ada bisikan lagi, mayat anak akan dibawa kuntilanak. Maka ayahnya mengikat leher anak dengan hanger.  

"Karena bisikan itu. Saat ditanya ajaran dari mana, pelaku mengaku belajar sendiri. Sampai saat ini mimik wajah pelaku tidak ada penyesalan," sebutnya.

Saat kejadian istri korban pun melihat. Begitu ditanyakan tidak menolong si anak? Dikatakannya, takut pada suaminya. Anak kedua dipaksa tidur sedangkan anak pertama mendengar bahwa adiknya menjerit kesakitan. Namun, tidak dibolehkan ayahnya.

"Saat digerebek rumahnya, anggota keluarga tersebut memakai pakaian putih. Katanya, akan terbang ke Makkah," tuturnya.

Juper mengatakan, hubu­ngan Her dengan tetangga baik. Bahkan, jika kendaraan tetangganya rusak bisa dibawa ke rumahnya dan dibantu untuk diperbaiki. Anaknya sudah diamankan dan diberi makan. Karena selama dua hari tidak tidak boleh makan oleh ayahnya. Hingga berita diturunkan, keluarga tersebut sudah dibawa ke Polsek Tampan. Sementara anak sulungnya dibawa ke RS Bhayangkara Polda Riau untuk divisum.(s)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook