PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Lima dari enam warga Riau telah menginjakkan kaki di Kota Bertuah, Sabtu (15/2) malam. Namun, mereka belum bersedia bercerita banyak perihal yang dialami selama di Wuhan hingga masa observasi di Natuna. Hal itu, karena masih menunggu pelaksanaan konferensi pers secara bersama dengan Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau.
Lima warga Riau asal Pekanbaru yang telah tiba itu adalah Rio Alfi, Riza Delviani, Rizo Budi Prastowo, Langen Nidhana Meisyalla, dan Raffifatu Rayya Rabbani (buah hati Rio Alfi dan Riza Delviani). Sementara satu lagi Rifqa Gusmida langsung dijemput keluarganya di Jakarta dan sementara ini tinggal di sana. Mereka dipulangkan pemerintah bersama 231 warga negara Indonesia (WNI) lainnya ke Tanah Air, usai otoritas Cina melakukan isolasi terhadap kota di Provinsi Hubei pascamerebaknya virus 2019-nCoV, atau yang biasa disebut virus corona.
Ratusan warga itu dijemput menggunakan pesawat Batik Air jenis Airbus 330-300, dan tiba di Indonesia pada, Ahad (2/2) lalu. Meski begitu, mereka belum bisa pulang ke daerah masing-masing karena menjalani 14 hari ke depan di Natuna. Pada hari Sabtu (15/2), akhirnya seluruh warga itu dipulang melalui Jakarta, termasuk enam warga Pekanbaru.
Kepulangan mereka pun dijemput langsung Gubernur Riau H Syamsuar didampingi Kadiskes Riau Mimi Yuliani Nazir. Namun, sehari setelah kepulangan itu, tak satu pun mahasiwa yang menuntut ilmu di Negeri Tirai Bambu yang bisa diperoleh keterangannya.
Seperti halnya, Rio Alfi. Dia beralasan telah sepakat bersama rekannya untuk menunggu Kadiskes Riau untuk pelaksanaan konferensi pers. Hal itu agar berita dan data yang dipublikasi media lebih komprehensif. "Boleh (wawancara). Tapi kami kami sepakat menunggu Bu Kadiskes Riau untuk sesi konferensi pers bersama seluruh WNI Riau. Biar berita dan data yang didapat teman-teman media lebih komprehensif," sebut Rio Alfi melalui pesan singkat WhatsApps (WA).
Lanjut Rio, dirinya mengarahkan untuk menanyakan langsung kepada Kadiskes Riau perihal kapan konferensi pers itu dilakukan. Karena, dirinya bersama rekan akan mengikuti sesuai waktu yang ditentukan.
"Mungkin bisa tanyakan langsung waktunya sama Bu Kadis. Biar beliau aja yang arrange (mengatur, red), kami ngikut," tambah mahasiwa S2 yang tengah menempuh pendidikan di University Of Geosciencss Wuhan dengan jurusan Applied Psychology.
Hal senada disampaikan Langen Nidhana Meisyalla. Dikatakannya, pihaknya akan menyampaikan keterangan jika dilakukan konferensi pers bersama-sama dengan Diskes Riau. "Sewaktu pulang saya sudah berbicara dengan Buk Kadiskes. Kami minta konferensi pers secara bersama-sama," kata Langen.
Terpisah, Kadiskes Riau Mimi Yuliani Nazir mengaku, belum dapat memastikan kapan konferensi pers itu dilakukan. Karena disampaikannya, dia akan menghadiri kegiatan di luar kota dalam pekan ini. "Saya besok (Senin, red) padat kegiatannya. Hari Selasa, saya pergi ke Jakarta menghadiri Rakernas dan kegiatan itu sampai Jumat," sebut Mimi.
Namun, dikatakan Mimi, pihaknya berupaya mencari waktu dan menjadwalkan secepatnya pelaksanaan kegiataan itu bersama warga Pekanbaru yang menuntut ilmu di Wuhan. "Kami akan jadwalkan dan cari waktu yang pas untuk itu," kata Mimi.
Menko PMK Desak Segera Pemulangan
Masa karantina kru dan penumpang kapal pesiar Diamond Princess kurang dua hari lagi. Pada 19 Februari nanti, masa isolasi berakhir. Namun hingga kini belum ada sikap tegas dari pemerintah. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan otoritas kesehatan Jepang setiap hari mengecek kondisi kesehatan 78 orang kru WNI yang bekerja di sana.
"Kondisi mereka baik dan sehat sembari terus bekerja," terang Plt Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah kepada JPG, Ahad (16/2).
Kemenlu bersama Kementerian Perhubungan sudah melakukan rapat membahas kepulangan para kru WNI tersebut ketika masa karantina sudah berakhir. Faiza, sapaan akrabnya, menuturkan, keputusan untuk pulang dikembalikan kepada masing-masing kru. Mengingat, mereka terikat dengan kontrak kerja. Ingin tetap lanjut bekerja atau pulang ke Indonesia. Para kru yang kontraknya habis atau akan habis akan difasilitasi untuk pulang melalui kerja sama dengan agensi yang merekrut. Mengingat, masih ada tanggung jawab agensi yang melekat selama para kru masih bekerja.
Faiza menyatakan, 78 kru WNI tersebut ketika kembali ke Tanah Air bisa langsung pulang ke daerah asalnya masing-masing.
"Mengacu pada standar WHO, mereka sudah melewati masa karantina kapal pesiar Diamond Princesa selama 14 hari. Ya, kalau sudah melewati 14 hari karantina bisa kembali langsung ke daerah asalnya," beber mantan staf khusus Hubungan Luar Negeri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Menko PMK Muhadjir Effendy menyarankan agar seluruh WNI di kapal pesiar tersebut dapat segera dievakuasi. Hal ini mengingat ada risiko penularan Covid-19. "Hanya saja keadaan mereka lebih terjamin dibanding WNI yang dari Provinsi Hubei (Cina)," ucapnya kemarin.
Muhadjir menuturkan bahwa belum ada pembicaraan khusus untuk evakuasi 78 orang yang bekerja di kapal tersebut. Menurutnya, untuk pemulangan harus dibicarakan khususnya dengan Kemenlu dan Kemenkumham. Di sisi lain, Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Anung Sugihantono mengatakan bahwa sempat ada komunikasi dengan Faiza. Jubir Kemenlu itu menanyakan bagaimana sebaiknya penanganan 78 WNI di Jepang itu. Sebab ada rencana evakuasi.
"Rencana ini muncul karena Amerika juga berencana mengevakuasi warganya," tutur Anung.
Pria kelahiran Temanggun itu menyatakan jika 78 WNI keluar dari Kapal Princess Diamond sebelum masa isolas berakhir, maka harus diobservasi. Hal ini sama dengan yang dilakukan terhadap 238 WNI dari Hubei yang harus menjalani observasi selama 14 hari di Pangkalan Terpadu TNI di Natuna. Sedangkan ketika mereka dievakuasi saat masa isolasi selesai, maka bisa diperlakukan selayaknya orang sehat lainnya.
Sementara itu, pascakepulangan peserta observasi, Muhadjir sempat bermalam di Natuna. Dia bersama Kepala BNPB Doni Monardo bertemu dengan masyarakat Natuna.
"Semalam kami menggelar silaturahmi dengan masyarakat Natuna sekaligus terima kasih atas dukungan mereka," kata Muhajdir.
Menurutnya Natuna telah berperan penting dalam penanggulangan bencana khususnya pencegahan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Atas keberhasilan dan peran penting Natuna, pemerintah pusat akan berfokus memajukan Natuna khususnya dari segi perekonomian sesuai dengan visi Presiden yaitu membangun dari pinggir.
Muhadjir mengatakan laut Natuna adalah gudangnya ikan segar. Pemerintah akan memfokuskan pengembangan ekspor ikan segar ke luar negeri. Menurutnya pemerintah pusat akan merancang dan merencanakan kerangka kebijakan untuk meningkatkan peran ekonomi Natuna. Seperti memperpanjang runway dan mempertebal landasan pacu bandar udara sehingga pesawat-pesawat berbadan besar bisa masuk ke wilayah Natuna.
"Kalau bisa nanti statusnya kita buat sebagai bandara internasional sehingga nanti pesawat kargo yang bisa mengangkut ikan-ikan segar produk-produk Natuna bahkan ikan hidup itu bisa langsung dalam waktu yang singkat bisa langsung di bawa ke internasional," tutur Muhadjir.
Sebelumnya Doni Monardo menyatakan tidak memungkiri sebelumnya ada kesalahpahaman saat pemulangan WNI dari Huebei untuk observasi di Natuna. Pada beberapa pekan yang lalu sempat terjadi gejolak di masyarakat karena adanya disinformasi tentang pemulangan WNI dari Huebei.
World Health Organization (WHO) mengapresiasi penanganan Covid-19 di Tanah AIr. WHO Representative for Indonesia Paranietharan menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia sudah sangat baik dalam menangani dan melayani mereka yang dievakuasi dari Cina. Paranietharan mengatakan bahwa penanganan pemerintah Indonesia kepada warganya sudah melalui proses yang tepat sesuai rekomendasi protokoler WHO. Dia juga mengingatkan agar tidak perlu khawatir terhadap kehadiran mereka yang kembali pulang ke kampung halamannya.
"Mereka telah melalui prosedur yang ditaati dan dilaksanakan dengan baik, maka bisa dipastikan bahwa peserta observasi ini sudah dalam keadaan yang sehat. Kita jamin dan pastikan mereka sehat," kata Paranietharan.(rir/han/jpg)